Sabtu, 25 Desember 2010

Serba-serbi Lukisan Monalisa Karya Leonardo da Vinci

Lukisan Mona Lisa, atau La Gioconda (La Joconde), adalah lukisan minyak di atas kayu poplar yang dibuat oleh Leonardo da Vinci pada abad ke-16. Lukisan ini sering dianggap sebagai salah satu lukisan paling terkenal di dunia dan hanya sedikit karya seni lain yang menjadi pusat perhatian, studi, mitologi, dan parodi. Lukisan ini dimiliki oleh pemerintah Perancis dan dipamerkan di Musée du Louvre di Paris.
Lukisan setengah badan ini menggambarkan lukisan wanita yang tatapannya menuju pengunjung dengan ekspresi yang sering dideskripsikan sebagai enigmatik atau misterius.
Nama atau judul lukisan Mona Lisa berasal dari biografi Giorgio Vasari tentang Leonardo da Vinci, yang terbit 31 tahun setelah ia meninggal dunia. Di dalam buku ini disebutkan bahwa wanita dalam lukisan ini adalah Lisa Gherardini, istri seorang pengusaha Firenze yang kaya bernama Francesco del Giocondo. Mona dalam bahasa Italia adalah singkatan untuk madonna yang artinya adalah “nyonyaku”. Sehingga judul lukisan artinya adalah Nyonya Lisa. Dalam bahasa Italia biasanya judul lukisan ditulis sebagai Monna Lisa (dengan n ganda).
Lukisan Monalisa
Lalu La Gioconda adalah bentuk feminin dari Giocondo. Kata giocondo dalam bahasa Italia artinya adalah “riang” dan la gioconda artinya adalah “wanita riang”. Berkat senyum Mona Lisa yang misterius ini, frasa ini memiliki makna ganda. Begitu pula terjemahannya dalam bahasa Perancis; La Joconde.
Nama Mona Lisa dan La Gioconda atau La Joconde menjadi judul lukisan ini yang diterima secara luas semenjak abad ke-19. Sebelumnya lukisan ini disebut dengan berbagai nama seperti “Wanita dari Firenze” atau “Seorang wanita bangsawan dengan kerudung tipis”
Sejumlah ilmuwan seni asal Prancis berhasil memecahkan sejumlah rahasia di balik pesona karya legendaris Leonardo da Vinci itu.
Para pakar dari Pusat Penelitian dan Restorasi Museum Prancis itu menemukan bahwa lukisan da Vinci dilakukan dengan teknik lapis ekstratipis. Da Vinci menerapkan 30 lapisan untuk lukisannya yang mengagumkan. Setiap lapis hanya setebal 40 mikrometer, setengah dari ketebalan rambut.
“Teknik itu disebut sfumato,” kat salah satu peneliti, Philippe Walter. Teknik itulah yang membuat da Vinci berhasil menciptakan ilusi dan bayangan menakjubkan dalam lukisannya.
Tak hanya lukisan ‘Mona Lisa Smile’, tim juga meneliti enam lukisan karya da Vinci lainnya yang seluruhnya tersimpan di museum Louvre. Penelitian dilakukan dengan teknis X-ray fluorescence spectroscopy untuk mempelajari lapisan cat dan komposisi kimianya.
Mereka membawa peralatan berteknologi tinggi itu ke museum saat tutup dan mengamati wajah potret ‘, yang merupakan simbol dari Sfumato. Proyek ini dikembangkan melalui kerjasama dengan European Synchrotron Radiation Facility di Grenoble.
“Sekarang kita bisa mengetahui campuran pigmen yang digunakan da Vinci untuk setiap lapisan lukisannya,” kata Walter. “Dan, itu sangat, sangat penting untuk memahami teknik ini.”
Analisis dari sejumlah lukisan itu mengungkap bahwa da Vinci terus mencoba metode baru dalam setiap karyanya. Dalam ‘Mona Lisa Smile’, da Vinci menggunakan oksida mangan untuk menciptakan dimensi. Ia juga menggunakan tembaga, bahkan glasir.
Spekulasi soal kode di balik Mona Lisa pernah diungkap penulis Dan Brown dalam bukunya ‘Da Vinci Code’.
Seperti dimuat laman PR Inside, 10 Juni 2010, seorang investigator asal Los Angeles, Amerika Serikat, Scott Lund juga mengaku memecahkan kode rahasia tersembunyi dalam lukisan Mona Lisa.
Ahli bahasa kuno simbolis itu mengungkapkan,  Mona Lisa bukan potret seorang wanita melainkan menunjukkan satu jiwa dalam  dua tubuh. Mona Lisa adalah sebuah paradoks dari jiwa perempuan dan laki-laki.
Dalam artikel ‘Kode Mona Lisa’ yang dipublikasikan dalam Majalah Bel-Air edisi Juni-Juli, Lund  menjelaskan bagaimana dan mengapa Da Vinci melukiskan masing-masing elemen itu.
Pertama, Da Vinci menggambarkan penyatuan jiwa ibu dan anaknya yang belum lahir.  Da Vinci sedang berusaha untuk memahami misteri penyatuan jiwa — seperti halnya memahami janin dan rahim.
Ini tantangan Da Vinci untuk tidak melukis tubuh manusia biasa, tapi sebuah jiwa yang membelah diri menjadi dua jiwa yang terpisah.
Sisi kanan ‘Mona Lisa menggambarkan laki-laki dan kirinya adalah perempuan.
Alasan Mona Lisa tak memiliki alis atau bulu mata menggambarkan keadaan bayi yang belum lahir. Horizon menggambarkan sisi kanan lebih besar, menggarisbawahi superioritas ibu.
Da Vinci juga menggunakan dualitas Dewa Janus sebagai inspirasi.
‘Anima Sol’ juga bisa berarti ‘jiwa Janus’. Lund  menemukan adanya hubungan antara lukisan tersebut dengan  Dewa Janus — dewa berkelamin dua dengan dua wajah berjanggut  menghadap ke arah berlawanan.
“Meski janus digambarkan sebagai dewa yang maskulin, dia adalah dewa setengah perempuan [sebagai Jana]. Janus punya sisi seksualitas yang ambigu,” kata Lund seperti dimuat Majalah Bel-Air.
Penggambaran Janus dalam ‘Mona Lisa’ diduga adalah cara Da Vinci menunjukkan identitas  seksualnya.
Diungkapkan Lund, alasan butuh belasan tahun menggambar “Mona Lisa’ , karena Da Vinci menggunakan teknik sfumato, menggabungkan ribuan titik berwarna.
Bukti bahwa lukisan itu bukan sekedar pesanan wanita kaya yang membayarnya. Perempuan bernama Lisa Gherardini yang disebut-sebut sebagai model ‘Mona Lisa’ hanya dipakai Da Vinci untuk menggambarkan sisi feminitas.
Juga dimungkinkan Da Vinci menggabungkan lukisan dirinya, Salai – asistennya yang seorang homoseksual, dan Lisa Gherardini.
“Aku hanya punya sedikit keraguan bahwa Mona Lisa adalah ego Da Vinci sebagai wanita yang mencintai dirinya sendiri,” kata Lund.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar