Menggelitik mendengar cerita Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Herdiwan Ling Suranta, ketika bercanda dengan Kadisbudpar Bali dan Malaysia. Ternyata orang Malaysia marah besar ketika Selat Malaka diusulkan diubah menjadi Selat Sumatera. Orang Bali marah, Selat Bali diusulkan berubah nama menjadi Selat Jawa ( dengan pertimbangan, Jawa lebih besar dari Bali dan Sumatera lebih besar dari Semenanjung Malaka ( Malaysia dan Singapura )). Bali lebih terkenal dari Indonesia, argumen orang Bali ( anda bisa merasakan sikap mereka jika datang ke sana, terlebih yang berada di strata bawah ). Wah, kalau begini ( APA ?? Bali lebih terkenal dari Jabar ??? ), Jawa Barat yang someah ( ramah ) mesti bangkit dari tidur panjangnya ( maung sudah waktunya bangun ). Jabar dengan penduduk terbesar di Indonesia, 42 juta dari 235 juta jiwa, wajib bikin ngeper ( ciut ) orang Bali. Caranya ?
Jadikan kota Bandung, ibukota provinsi Jabar ini, etalase produk, kerajinan dan seni tradisi 26 kota/ kabupaten di Jawa Barat. Silakan para warga Jabar ini berpameran di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat ( MPRJB ), Jl.Wirayuda. Gratis ( tapi minta izin dulu, ya ). Keluar provinsi Jabar, promosikan apa pun karya anda sebagai karya orang Jabar. Tidak ada Bandung, Bogor, Cimahi, dst. Yang ada Jabar. Jawa Barat. Bayangkan orang menyebut nama Jawa Barat sampai 26 kali. Top abis. Beken, pasti. Setelah datang ke MPRJB, wisatawan akan tahu lebih detail. O, ini bordir dari Tasikmalaya. O, ini kerajinan kayu dari Cipacing ( kabupaten Sumedang ), dst. Penasaran lebih jauh, rombongan bisa diajak pesiar ke Tasik, Cipacing, dll, untuk memuaskan rasa ingin tahu dan belanja sepuasnya. Lebih dekat, berinteraksi dengan warga penghasil produk dan budaya tsb. Infrastruktur pariwisata dan produksi, seperti jalan dan moda transportasi, mesti mulus, lancar dan aman. Jangan sampai Jabar dikenali wisatawan karena bis mereka tersandung-sandung ketika melewatinya ( banyak lubang ).
Bandara mesti bisa didarati pesawat berbadan besar ( Airbus, dll ) yang menjadi trend maskapai penerbangan dunia. Warga Majalengka mesti berbesar hati melepas tanah dengan harga yang disepakati semula. Bayangkan jika Jawa Barat punya bandara internasional dan pelabuhan ekspor sendiri ( tidak numpang di Tanjung Priok ). Kisah sedih, gigit jari, tempat menyampah org2 yang lewat, jadi masa lalu. Izinkan Bandara Kertajati terwujud demi kesejahteraan dan kejayaan urang Jabar. Warga Majalengka akan memiliki kebanggaan tersendiri menjadi jalan bagi majunya orang Jabar. Jawa Barat jadi provinsi termaju ( ciee.. ). Belum lagi kecipratan rezeki dengan akses mulus dan potensi ekonomi yang menyertai kehadiran bandara Kertajati. Berani berkorban untuk Jabar ?
Selat Malaka diganti Selat Sumatera. Apa reaksi Malaysia ?
Dahulu Asia Tenggara disebut Sundaland. Di peta, ada Dangkalan Sunda, Selat Sunda, pelabuhan Sunda Kelapa. Semua pada nyunda. Tarumanagara adalah kerajaan di tanah Sunda yang melahirkan Sriwijaya dan Majapahit. Ada 800 ikon tradisi di Jabar yang bisa diorbitkan. Harta terpendam yang belum digali dan dikilapkan. Belum lagi, jika Banten dan Jakarta masih bagian Jabar. Kita akan terheran-heran dengan kejayaan masa lalu. Where have you been all this years ?
Jabar revealed. Jika itu terwujud, kita bisa bikin orang Malaysia lebih sering marah ( ketimbang kita selama ini yang dibikin marah oleh klaim2 mereka atas budaya dan wilayah perbatasan kita. Baru kerasa, ya, kalau milik diaku orang lain, begitu rasanya ). Selat Malaka bisa disebut Selat Sumatera di iklan pariwisata kita. Dalam dan luar negeri. ( jika mereka masih menggunakan angklung, wayang, dll, dalam iklan pariwisata mereka. Tari Pendet jelas2 dari Bali, bagaimana mungkin bisa di Malaysia ? Semata ada warga keturunannya di sana ? Orang Jabar saja dimarahi kalau mengaku-aku Pendet dari Jabar, padahal banyak orang Bali di sini. Lebih banyak ).
Mereka jadi bisa berempati, kenapa orang Indonesia marah2 ketika seni budayanya diaku negara lain. Betapa sulit, mahal dan lamanya sebuah brand diciptakan. Ratusan bahkan ribuan tahun. Lalu, dicomot begitu saja ? ( mereka tak mengatakan Pendet dari Bali, Indonesia, pada wisatawan ? ). Marah adalah sense of belonging, kalau saja mereka tahu. Seni tradisi adalah jati diri. Kebanggaan memilikinya, memacu kita bekerja keras dan cerdas untuk kejayaan bangsa dan negara. The most important stuff, dude. Don’t take that away from us, ok ? ( we can be very, very, very angry and .. dangerous )
Selat Bali diganti Selat Jawa ? Hmm .. ( jika mereka merasa lebih beken dari Jabar, Jawa dan Indonesia. It’s really a big thing, you know ). Kita tahu siapa sebetulnya yang mempopulerkan pulau dewata itu ke mancanegara. Bukankah jika ke luar negeri, kita mestinya memperkenalkan Indonesia. Tidak ada Jabar, Bali, Jakarta, ketika kita cas cis cus dengan bule ( orang asing/ warga negara lain ). Yang ada In-do-ne-si-a. Indonesia disebut 33 kali ( baca : oleh warga 33 provinsi, termasuk Bali ).
sumber :anisavitri.wordpress.com