Kamis, 18 November 2010

Sejarah Uang Indonesia

Masa Awal Kemerdekaan

Keadaan ekonomi di Indonesia pada awal kemerdekaan ditandai dengan hiperinflasi akibat peredaran beberapa mata uang yang tidak terkendali, sementara Pemerintah RI belum memiliki mata uang. Ada tiga mata uang yang dinyatakan berlaku oleh pemerintah RI pada tanggal 1 Oktober 1945, yaitu mata uang Jepang, mata uang Hindia Belanda, dan mata uang De Javasche Bank.
.

Mata uang Hindia Belanda dan mata uang De Javasche bank
.

Diantara ketiga mata uang tersebut yang nilai tukarnya mengalami penurunan tajam adalah mata uang Jepang. Peredarannya mencapai empat milyar sehingga mata uang Jepang tersebut menjadi sumber hiperinflasi. Lapisan masyarakat yang paling menderita adalah petani, karena merekalah yang paling banyak menyimpan mata uang Jepang.
.
.
Mata uang Jepang (Dai Nippon Teikoku Seihu)
.
.
Kekacauan ekonomi akibat hiperinflasi diperparah oleh kebijakan Panglima AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) Letjen Sir Montagu Stopford yang pada 6 Maret 1946 mengumumkan pemberlakuan mata uang NICA di seluruh wilayah Indonesia yang telah diduduki oleh pasukan AFNEI. Kebijakan ini diprotes keras oleh pemerintah RI, karena melanggar persetujuan bahwa masing-masing pihak tidak boleh mengeluarkan mata uang baru selama belum adanya penyelesaian politik. Namun protes keras ini diabaikan oleh AFNEI. Mata uang NICA digunakan AFNEI untuk membiayai operasi-operasi militernya di Indonesia dan sekaligus mengacaukan perekonomian nasional, sehingga akan muncul krisis kepercayaan rakyat terhadap kemampuan pemerintah RI dalam mengatasi persoalan ekonomi nasional.


Karena protesnya tidak ditanggapi, maka pemerintah RI mengeluarkan kebijakan yang melarang seluruh rakyat Indonesia menggunakan mata uang NICA sebagai alat tukar. Langkah ini sangat penting karena peredaran mata uang NICA berada di luar kendali pemerintah RI, sehingga menyulitkan perbaikan ekonomi nasional.


Mata Uang NICA

Oleh karena AFNEI tidak mencabut pemberlakuan mata uang NICA, maka pada tanggal 26 Oktober 1946 pemerintah RI memberlakukan mata uang baru ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai alat tukar yang sah di seluruh wilayah RI. Sejak saat itu mata uang Jepang, mata uang Hindia Belanda dan mata uang De Javasche Bank dinyatakan tidak berlaku lagi. Dengan demikian hanya ada dua mata uang yang berlaku yaitu ORI dan NICA. Masing-masing mata uang hanya diakui oleh yang mengeluarkannya. Jadi ORI hanya diakui oleh pemerintah RI dan mata uang NICA hanya diakui oleh AFNEI. Rakyat ternyata lebih banyak memberikan dukungan kepada ORI. Hal ini mempunyai dampak politik bahwa rakyat lebih berpihak kepada pemerintah RI dari pada pemerintah sementara NICA yang hanya didukung AFNEI.

Untuk mengatur nilai tukar ORI dengan valuta asing yang ada di Indonesia, pemerintah RI pada tanggal 1 November 1946 mengubah Yayasan Pusat Bank pimpinan Margono Djojohadikusumo menjadi Bank Negara Indonesia (BNI). Beberapa bulan sebelumnya pemerintah juga telah mengubah bank pemerintah pendudukan Jepang Shomin Ginko menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Tyokin Kyoku menjadi Kantor Tabungan Pos (KTP) yang berubah nama pada Juni 1949 menjadi Bank tabungan Pos dan akhirnya di tahun 1950 menjadi Bank Tabungan Negara (BTN). Semua bank ini berfungsi sebagai bank umum yang dijalankan oleh pemerintah RI. Fungsi utamanya adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta pemberi jasa di dalam lalu lintas pembayaran.

.
Terbentuknya Bank Indonesia

Jauh sebelum kedatangan bangsa barat, nusantara telah menjadi pusat perdagangan internasional. Sementara di daratan Eropa muncul lembaga perbankan sederhana, seperti Bank van Leening di negeri Belanda. Sistem perbankan ini kemudian dibawa oleh bangsa barat yang mengekspansi nusantara pada waktu yang sama. VOC di Jawa pada 1746 mendirikan De Bank van Leening yang kemudian menjadi De Bank Courant en Bank van Leening pada 1752. Bank itu adalah bank pertama yang lahir di nusantara, cikal bakal dari dunia perbankan pada masa selanjutnya. Pada 24 Januari 1828, pemerintah Hindia Belanda mendirikan bank sirkulasi dengan nama De Javasche Bank (DJB). Selama berpuluh-puluh tahun bank tersebut beroperasi dan berkembang berdasarkan suatu oktroi dari penguasa Kerajaan Belanda, hingga akhirnya diundangkan DJB Wet 1922.

Masa pendudukan Jepang telah menghentikan kegiatan DJB dan perbankan Hindia Belanda untuk sementara waktu. Kemudian masa revolusi tiba, Hindia Belanda mengalami dualisme kekuasaan, antara Republik Indonesia (RI) dan Nederlandsche Indische Civil Administrative (NICA). Perbankan pun terbagi dua, DJB dan bank-bank Belanda di wilayah NICA sedangkan "Jajasan Poesat Bank Indonesia" dan Bank Negara Indonesia di wilayah RI. Konferensi Meja Bundar (KMB) 1949 mengakhiri konflik Indonesia dan Belanda, ditetapkan kemudian DJB sebagai bank sentral bagi Republik Indonesia Serikat (RIS). Status ini terus bertahan hingga masa kembalinya RI dalam negara kesatuan. Berikutnya sebagai bangsa dan negara yang berdaulat, RI menasionalisasi bank sentralnya. Maka sejak 1 Juli 1953 berubahlah DJB menjadi Bank Indonesia, bank sentral bagi Republik Indonesia.
.
Sumber Bank Indonesia

1901-1924 (seri Coen I)


Seri Coen I hanya terdiri dari satu pecahan saja, yaitu 5 gulden. Terdapat 2 variasi nomor seri yaitu hitam dan merah. Terdapat setidaknya 9 jenis tanda tangan ditambah satu variasi tanda tangan no 18 yang terdiri dari 2 jenis warna nomor seri, sehingga total semua terdapat 10 variasi.
.
.


Pengaman

Uang ini memiliki pengaman berupa tanda air (watermark) berupa bertulisan JB besar dengan gaya Gothic, bentuknya seperti pada gambar berikut :


Watermark berupa tulisan JB besar
.
.

VARIASI
.
Mari kita lihat variasi yang ada menurut katalog PICK 12th edition DVD



Menurut Pick, uang yang diberikan nomor urut 61 ini dibedakan berdasarkan warna nomor serinya:
.
61a : warna nomor seri hitam (2 huruf 5 angka)
61b : warna nomor seri ada yang hitam dan merah
61c : warna nomor seri merah (2 huruf 6 angka)



Nomor seri hitam (atas) dan merah (bawah)
.
.
Bila diperhatikan dengan lebih teliti ternyata terdapat perbedaan text undang-undang pada bagian sisi belakang, seri dengan tanda tangan no 10 sampai dengan 16 memiliki text yang berbeda dengan yang 17 dan seterusnya. Menurut informasi yang saya dapatkan dari seorang kolektor, kemungkinan peralihannya terjadi pada variasi tanda tangan nomor 17 (KF van den Berg-Zeilinga) di sekitar tahun 1917 dengan 1918. Silahkan perhatikan gambar berikut:
.

Text undang2 berbeda antara seri sebelum tahun 1917 dengan sesudahnya
.
.
Bila diperhatikan dengan teliti terdapat beberapa kekurangan atau kesalahan pada semua katalog yang ada:
.
Mevius : hanya melampirkan 7 jenis variasi tanda tangan tetapi dengan tepat membedakan variasi text undang-undang dan perbedaan nomor seri warna hitam dan merah pada variasi no 18.
PICK: 61b yang terdiri dari 2 jenis warna nomor seri diberikan pada variasi no 17 (KF van den Berg-Zeilinga), padahal yang benar adalah variasi no 18 (L von Hemert-Zeilinga). Jadi seharusnya yang tepat adalah:
61a : Signature 10, 13, 14, 15, 16, 17
61b : Signature 18
61c : Signature 19, 20
KUKI : hanya menampilkan 4 jenis variasi tanda tangan dan kesalahan gambar sisi belakang uang no H-117. Gambar tersebut bukan milik uang yang sama melainkan milik H-117B, selain itu terjadi penghilangan stempel SPECIMEN pada semua gambar uang-uang tersebut.
.
.
Mari kita lihat variasi tanda tangan yang sampai saat ini telah terdata:
.
1. JFH de Vignon Vandevelde dengan J Reijsenbach (1899-1901)
Pick 61a variasi tanda tangan no 10, Mevius 128a atau H-117

2. AF van Suchtelen dengan J Reijsenbach (1902-1906)
Pick 61a variasi tanda tangan no 13
Gambar belum ditemukan, mohon bantuan teman-teman
.
.
3. AF van Suchtelen dengan G Vissering (1906-1908)
Pick 61a variasi tanda tangan no 14

4. J Gerritzen dengan G Vissering (1908-1912)
Pick 61a variasi tanda tangan no 15 atau Mevius 128b
.
5. J Gerritzen dengan EA Zeilinga (1912-1913)
Pick 61a variasi tanta tangan no 16 atau H-117A


6. KF van den Berg dengan EA Zeilinga (1912-1920)
Pick 61a variasi tanda tangan no 17, Mevius 128c atau H-117B



7. L von Hemert dengan EA Zeilinga (1920-1922) hitam
Pick 61b variasi tanda tangan no 18 atau Mevius 128d



8. L von Hemert dengan EA Zeilinga (1920-1922) merah
Pick 61b variasi tanda tangan no 18, Mevius 128e atau H-117C
.
9. JF van Rossem dengan EA Zeilinga (1922-1924)
Pick 61c variasi tanda tangan no 19 atau Mevius 128f
.
10. JF van Rossem dengan LJA Trip (1924-1928)
Pick 61c variasi tanda tangan no 20 atau Mevius 128g
.
.
.
Seri Coen I ini seringkali disebut sebagai seri Coen kecil alias Coen baby. Mungkin karena pecahannya yang bernilai kecil. Seri ini cukup sulit ditemukan dalam keadaan baik, apalagi yang bernomor seri hitam. Variasi SPECIMEN bernomor jalan seperti pada gambar di atas lebih banyak ditemukan dibanding seri non specimennya, sehingga harga variasi SPECIMEN menjadi lebih murah sekitar 30-50%nya. Ada kemungkinan terdapat variasi tanda tangan yang belum terdata, bila diantara teman-teman ada yang memilikinya dimohon kesediaannya untuk menghubungi penulis sehingga pengetahuan kita menjadi bertambah. Karena variasi tanda tangan cukup banyak, rasanya tidak mungkin kita bisa mengumpulkan semuanya secara lengkap. Jadi saran saya, cukup kumpulkan satu lembar yang bernomor seri hitam dan satu lembar yang merah. 

1920 (seri munbiljet II)

Seri ini terdiri dari 3 pecahan yaitu:


Pecahan 1/2 gulden





Pecahan 1/2 gulden 1920

Bergambar lambang kerajaan Belanda baik di sisi depan maupun belakang. Tanggal tercetak 14 Januari 1920. Uang ini masih relatif sering ditemukan, tetapi untuk yang berkondisi baik sudah cukup sulit didapat. Nomor seri hanya terdiri dari 2 huruf diikuti 5 angka.

Karena tidak adanya pengaman seperti watermark maka jenis muntbiljet rentan pemalsuan. Untuk membedakannya cukup sulit, apalagi khusus untuk pecahan 1/2 gulden terdapat 2 variasi yaitu :

a. Terdapat serat-serat biru di seluruh kertas uang

b. Polos, sama sekali tanpa serat

Variasi pertama karena ada serat biru maka jelas berbeda dari yang palsu, tetapi variasi kedua karena tidak adanya serat biru maka sangat sulit membedakannya dengan yang palsu. Sayang sekali saya tidak memiliki versi palsunya atau mungkin ada diantara teman-teman yang memiliki dan bersedia membagi gambar kepada para pembaca?

Ada pendapat dari beberapa kolektor yang menganggap versi kedua justru palsu mengingat pecahan-pecahan lainnya selalu memiliki serat-serat biru sebagai pengaman.


Dua variasi kertas, serat biru (atas) dan polos (bawah)



Pecahan 1 gulden
Pecahan ini memiliki kesulitan beberapa kali lipat dibandingkan pecahan 1/2 gulden. Tanggal tercetak adalah 1 Januari 1920.
Semua pecahan ini memiliki pengaman berupa serat2 biru dan terdiri dari 2 variasi nomor seri yaitu:

a. satu huruf 6 angka

b. dua huruf 6 angka
.
.



Pecahan 1 gulden 1920 variasi satu dan dua huruf
Secara teori variasi dua huruf jelas baru dipakai setelah variasi 1 huruf habis digunakan. Yang mana yang lebih sulit ditemukan? Kita coba hitung secara sederhana:


Variasi satu huruf terdapat sekitar 26 abjad (kalau dipakai semua) dikali 999999 (juga kalau dipakai semua) = sekitar 26 juta lembar. Sedangkan untuk variasi 2 huruf kita ambil yang tertinggi adalah seri BX seperti pada KUKI 2010 (sangat mungkin ada abjad yang lebih besar dari BX), yang berarti terdapat sekitar 26 abjad untuk AA s/d AZ dan 24 abjad untuk BA s/d BX atau total sekitar 50 urutan (bila terpakai semua) dikali 999999 (juga kalau terpakai semua) = 50 juta lembar.
Dari perhitungan sederhana di atas dapat disimpulkan bahwa variasi satu huruf memiliki tingkat kelangkaan minimal 2 kali lipat dibandingkan temannya variasi 2 huruf.


Pecahan 2,50 gulden
.
.
Entah mengapa pecahan ini ditulis 2.50 gulden. Tidak seperti pecahan kecil lainnya yang tercetak 2 1/2 gulden. Pengaman juga berupa serat biru halus, bertanggal 1 Mei 1920 dan memiliki 2 variasi nomor seri:
.
a. 1 huruf 6 angka
.
b. 2 huruf 6 angka
.
Tingkat kesulitan variasi 1 huruf juga lebih tinggi dibandingkan dengan yang dua huruf. Harga pecahan ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan pecahan-pecahan lainnya.


Pecahan 2.50 gulden 1920
.
.
Semua seri muntbiljet II ditandatangani oleh 3 pejabat :
1. Presiden De Javasche Bank T.E.A Zeilinga
2. Direktur De Javasche Bank K.F van den Berg
3. Direktur Keuangan Talman
3 tanda tangan pada seri munbiljet II
.
.
Harga menurut KUKI 2010 adalah:
Pecahan 1/2 gulden Rp.500.000 s/d Rp.1.750.000
Pecahan 1 gulden Rp.800.000 s/d Rp.3.000.000
Pecahan 2.50 gulden Rp.1.000.000 s/d Rp.5.000.000
Sekali lagi saya tekankan harga pasar yang sesungguhnya belum tentu sama dengan harga KUKI.
.
.
Versi lain:
.
Pada salah satu lelang internasional pernah ditawarkan satu set pecahan 1/2 gulden PROOF. Set ini terdiri dari 5 lembar uang dengan berbagai bentuk separasi warna. Sudah tentu set ini sangat langka dan tidak pernah terlihat sama sekali. Set ini ditawarkan seharga Rp.15 juta.
.
1/2 gulden 1920 PROOF dengan separasi warna
.
.
Sangat mungkin terdapat variasi-variasi lainnya yang tidak pernah terlihat. Bila ada yang memiliki dan bersedia membagi gambar maka dengan senang hati saya akan memuatnya.

1925-1931 (seri Coen II)




Seri JP Coen mulai dicetak tahun 1925 dan berakhir sekitar tahun 1931. Terdiri dari pecahan yang lengkap dari 5 sampai dengan 1000 gulden. Tingkat kesulitan seri ini sangat bervariasi mulai dari sangat mudah ditemukan (pecahan 25 gulden) sampai sangat-sangat sulit didapatkan (pecahan 300 gulden). Seperti apa bentuk seri ini, mari kita lihat.



Pecahan 5 gulden, satu-satunya yang tidak bergambar JP Coen



Pecahan 10 gulden



Pecahan 25 gulden




Pecahan 50 gulden







Pecahan 100 gulden





Pecahan 200 gulden





Pecahan 300 gulden




Pecahan 500 gulden







Pecahan 1000 gulden



Dari semua pecahan-pecahan di atas, masih dapat dibedakan lagi menurut variasi tanda tangannya. Menurut data dari katalog Mevius dan KUKI, seri Coen terdiri dari berbagai jenis variasi tanda tangan seperti pada tabel di bawah ini :


Variasi tanda tangan pada seri Coen.





Dari semua variasi tanda tangan tersebut, 2 diantaranya yang diberikan tanda (+) masih berupa tanda tanya, karena baru dilaporkan tetapi belum pernah terlihat secara fisik, sehingga keberadaannya masih berupa tanda tanya.

Kelangkaan beberapa variasi sudah bukan rahasia lagi, Coen 300 gulden contohnya, mungkin tidak lebih dari 10 lembar yang pernah terdengar tetapi yang benar-benar pernah terlihat secara nyata sejauh ini tidak lebih dari 5 lembar saja. Bila diurutkan, tingkat kelangkaan seri Coen adalah sbb:

1. Coen 300 gulden (sangat sulit ditemukan)

2. Coen 500 gulden

3. Coen 1000 gulden

4. Coen 200 gulden

5. Coen 50 gulden

6. Coen 5 gulden

7. Coen 10 gulden

8. Coen 100 gulden

9. Coen 25 gulden (sangat mudah ditemukan)



Sedangkan bila digabung dengan variasi tanda tangan, 5 urutan tersulit sekaligus termahal adalah sbb:

1. Coen 300 gulden

2. Coen 1000 gulden tt Praasterink

3. Coen 500 gulden tt Praasterink

4. Coen 200 gulden tt Lighart

5. Coen 200 gulden tt Praasterink



Tetapi apakah benar urutannya demikian? Atas dasar apa urutan ini dibuat? Apakah hanya berdasarkan dugaan saja? Untuk kepastiannya silahkan membaca Info Uang Kuno 16 yang akan membahas tuntas rahasia uang kertas seri JP Coen.
Dengan begitu banyaknya variasi tanda tangan ditambah sulitnya mendapatkan pecahan2 tertentu, maka sampai saat ini boleh dikatakan hampir tidak ada seorang kolektorpun yang bisa memiliki seri ini secara lengkap. Bahkan banyak diantara para kolektor senior yang dalam seumur hidupnya tidak pernah sekalipun bisa memiliki 4 pecahan terbesar. Jadi pesan saya untuk teman-teman semua, janganlah kecewa bila anda tidak bisa mengoleksi seri ini secara lengkap. Walaupun tipis harapan, tetaplah berusaha.


Harga
.
Banyak teman-teman bertanya berapa perkiraan harga untuk masing2 pecahan seri Coen. Sungguh merupakan persoalan yang rumit untuk menentukan harga, apalagi karena seri ini termasuk seri favorit yang selalu diburu oleh para kolektor maka tidaklah mengherankan bila harga selalu berubah. Untuk saat ini saya memberikan patokan harga berdasarkan KUKI 2010:

Pecahan 5 gulden: berkisar dari Rp.50.000 s/d Rp.1.000.000

Pecahan 10 gulden: Rp.150.000 s/d Rp.1.500.000

Pecahan 25 gulden: Rp.150.000 s/d Rp.1.250.000

Pecahan 50 gulden: Rp.250.000 s/d Rp.5.000.000 (variasi Lighart)

Pecahan 100 gulden: Rp.500.000 s/d Rp.3.500.000

Pecahan 200 gulden: Rp.4.000.000 s/d Rp.25.000.000

Pecahan 300 gulden: Rp.25.000.000 s/d Rp.60.000.000

Pecahan 500 gulden: Rp.5.000.000 s/d Rp.27.000.000

Pecahan 1000 gulden: Rp.6.000.000 s/d Rp.30.000.000


Seperti biasa, selalu saya ingatkan bahwa harga-harga tercantum bukanlah patokan mati, semuanya harus dinilai dengan bijak. Harga tertinggi menurut KUKI adalah harga untuk variasi tersulit, sedangkan untuk variasi biasa, harga sekitar 25-50% lebih rendah.




Variasi-variasi lainnya
.


Ternyata selain versi beredarnya, seri Coen ini juga memiliki variasi lain yang tentunya lebih langka lagi. Jangan bertanya soal harga, bisa melihatnyapun kita sudah beruntung. Mari kita lihat beberapa jenis variasi-variasi tersebut:
1. SPECIMEN ND 00000
.
Variasi super langka, hanya pernah terlihat 1-2 kali saja dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Sangat jarang ditemukan dalam bentuk satu set lengkap.



Pecahan 5 gulden SPECIMEN




Pecahan 10 gulden SPECIMEN




Pecahan 25 gulden SPECIMEN




Pecahan 50 gulden SPECIMEN




Pecahan 100 gulden SPECIMEN




Pecahan 200 gulden SPECIMEN




Pecahan 300 gulden SPECIMEN




Pecahan 500 gulden SPECIMEN




Pecahan 1000 gulden SPECIMEN

Seluruh uang SPECIMEN di atas bernomor seri ND 00000 dan bertanggal fiktif 31 Februari 9876. Apa arti dibalik angka2 tersebut masih belum diketahui. Kita sungguh beruntung bisa melihat seri ini secara lengkap.


2. SPECIMEN I
.

Variasi ini bernomor seri jalan, tetapi di stempel SPECIMEN. Sering disebut sebagai specimen jalan. Kedua pecahan di bawah ini diambil dari gambar salah satu balai lelang internasional.


Pecahan 200 gulden SPECIMEN bernomor seri jalan




Pecahan 1000 gulden SPECIMEN bernomor seri jalan




3. SPECIMEN II
Bernomor seri jalan tetapi memiliki perforasi (lubang2) bertulisan tanggal fiktif dengan stempel SPECIMEN. Sangat langka dan hampir tidak pernah terlihat dipasaran. Apalagi dalam bentuk satu set lengkap.


Pecahan 1000 gulden SPECIMEN bernomor seri jalan dengan perforasi


4. PROOF

Selain bentuk-bentuk di atas, ternyata terdapat juga bentuk proof nya. Bernomor seri GP 01234 -GP 56789, bertanggal fiktif dan tidak bertanda tangan. Bentuk yang sangat langka.



Pecahan 200 gulden PROOF

Setelah melihat bentuk dan macam2 variasinya, sekarang saya akan mencoba untuk menerangkan rahasia yang tersembunyi di balik seri JP Coen ini. Harap diketahui bahwa pembahasan yang akan diterangkan bersifat umum sehingga kita menjadi mengerti dan lebih menghargai uang2 koleksi kita.
Setiap uang JP Coen, memiliki beberapa keterangan:
.
1. Nomor seri, terdiri dari prefiks 2 huruf dan 5 angka yang selalu dimulai dengan angka 0

2. Tanda tangan dengan berbagai variasi

3. Tanggal cetak, terdiri dari kata BATAVIA diikuti tanggal, bulan dan tahun

4. Kode kontrol yang terletak di sudut kanan bawah sisi belakang





Kode kontrol
Semua tanda2 itu dibuat bukan sembarangan, tetapi memiliki aturan dan pola tertentu yang bila dikumpulkan akan memberikan keterangan yang sangat penting dan berharga. Saya coba untuk mengupasnya satu demi satu, silahkan membaca di Info Uang Kuno 16.
 

1933-1939 (seri wayang)

Seri wayang merupakan seri paling favorit dan paling diburu oleh para kolektor. Bentuknya yang indah, nominalnya yang lengkap dan kesulitannya yang sangat besar menyebabkan seri ini mengalami kenaikan harga yang sangat luar biasa. Tidak heran banyak kolektor baik pemula maupun senior yang seringkali mengalami kesulitan untuk melengkapi seri ini.

Seri wayang terdiri dari 8 pecahan dan 14 variasi. Pecahan kecil (5, 10 dan 25 gulden) masing2 memiliki 3 variasi tanda tangan. Sedangkan pecahan besar hanya satu variasi.



Pecahan 5 gulden

Satu-satunya pecahan yang hanya bergambar satu orang penari Jawa, pecahan lainnya bergambar dua orang penari. Mempunyai watermark mirip seri Coen, yaitu tulisan JB yang tersebar di seluruh kertas. Pecahan terkecil ini adalah pecahan yang paling mudah didapatkan. Harga untuk kondisi fine cuma beberapa puluh ribu rupiah saja, tetapi untuk kondisi UNC saat ini sudah sekitar Rp.400-500 ribu perlembarnya.
.

Wayang 5 gulden



Variasi tanda tangan yang ada:

1. Praasterink (1934-1937), tersulit ditemukan

2. JC Waveren (1937-1939)

3. Smits (1939)



Wayang 5 gulden dengan 3 variasi tanda tangan




Pecahan 10 gulden



Pecahan ini juga relatif masih mudah ditemukan. Mempunyai watermark ombak vertikal, Harga perlembar untuk kondisi fine sekitar beberapa puluh ribu rupiah saja, tetapi untuk kondisi UNC sudah cukup sulit ditemukan.


Wayang 10 gulden



Pecahan ini juga terdiri dari 3 variasi tanda tangan:

1. Praasterink (1933-1934)

2. JC Waveren (1937-1938)

3. Smits (1939)



Wayang 10 gulden dengan 3 variasi tanda tangan




Pecahan 25 gulden
Bentuknya sudah lebih besar dari kedua pecahan sebelumnya, bergambar sepasang penari wayang. Uang dengan watermark bergaris zig-zag ini berharga sekitar 250 ribu rupiah perlembar untuk kondisi fine, sedangkan untuk kondisi UNC sudah di atas Rp. 1,5 juta. Apalagi untuk variasi tanda tangan yang sulit (Smits).


Wayang 25 gulden



Variasi yang ada :

1. Praasterink
2. JC Waveren
3. Smits, merupakan variasi tersulit sekaligus termahal



Wayang 25 gulden dengan 3 variasi tanda tangan





Pecahan 50 gulden
Mulai pecahan ini, bentuk uang sudah sangat besar dan cukup sulit ditemukan dalam segala kondisi. Memiliki watermark patung Hindu dan variasi tanda tangan hanya ada satu saja yaitu JC Waveren. Pecahan 50 gulden merupakan pecahan terakhir yang masih mungkin terjangkau oleh kebanyakan kolektor, harga untuk kondisi fine sekitar 1 juta rupiah sedangkan untuk kondisi EF sekitar 3 juta rupiah. Untuk kondisi UNC, saya tidak dapat memperkirakannya.


Wayang 50 gulden

Pecahan 100 gulden

Kebanyakan kolektor apalagi para pemula, sangat mungkin sudah tidak bisa memliki pecahan ini lagi. Selain cukup sulit, pecahan ini selalu mengalami kenaikan harga yang sangat pesat. Sekitar tahun 2001 harga uang ini untuk kondisi VF masih sekitar 4 juta, tetapi saat ini sudah mendekati angka 20 juta rupiah perlembarnya. Apalagi untuk kondisi yang lebih baik lagi. Pecahan 50, 100, 200, 500 dan 1000 gulden seringkali disebut sebagai wayang besar dan semuanya mempunyai tanda air yang sama yaitu patung Hindu.


Wayang 100 gulden


Pecahan 200 gulden


Pecahan ini jelas sangat-sangat sulit ditemukan dan bernilai sangat tinggi. Perkiraan harga untuk kondisi Fne sekitar belasan juta rupiah.



Wayang 200 gulden


Pecahan 500 gulden


Pecahan ini lebih sulit lagi ditemukan, dalam 5 tahun terakhir hanya sekitar 3 lembar saja yang pernah terlihat di pasaran. Harga untuk kondisi VF mungkin sudah melebihi angka 20 juta rupiah.


Wayang 500 gulden




Pecahan 1000 gulden


Merupakan pecahan terbesar sekaligus tersulit ditemukan. Sangat dicari oleh para kolektor, dan hampir tidak pernah terlihat di pasaran. Harga perlembar tidak dapat ditentukan karena barang yang mau dijual tidak tersedia. Jangan heran hanya segelintir kolektor kelas kakap saja yang memilikinya.


Wayang 1000 gulden





Bentuk-bentuk lain


Selain versi beredarnya, seri wayang juga terdapat dalam bentuk lain yang sangat langka. Bentuk-bentuk tersebut antara lain:



1. Bentuk SPECIMEN bernomor seri AA 12345 - 67890

Terdapat dari pecahan 5 sampai 1000 gulden dengan tulisan SPECIMEN yang melintang, tanpa tanda tangan, tanggal fiktif dan perforasi angka 34-5-68. Harga seri ini sudah mengalami kenaikan yang pesat, dari sekitar Rp. 65-70 juta per set (2004) saat ini sudah dikisaran Rp.100 juta per set lengkap. Untuk gambar lengkapnya silahkan lihat KUKI nomor 135A s/d 142A


Wayang 1000 gulden SPECIMEN versi AA



2. Bentuk SPECIMEN bernomor seri jalan

Sayang sekali saya belum berhasil mendapatkan gambarnya, seri ini sangat sulit ditemukan dan bentuk stempel SPECIMEN nya berbeda dengan variasi sebelumnya. Harga lebih tinggi sedikit bila dibandingkan dengan bentuk pertama.



3. Bentuk Proof (1)

Bentuk yang cukup aneh, bertanggal 3-10-33 tetapi mempunyai nomor seri YR 12345 - 67890, tidak bertanda tangan dan hanya dijumpai dalam bentuk pecahan 10 gulden. Para kolektor masih memperdebatkan bentuk ini, sebagian berpendapat bahwa uang ini merupakan uang yang petama kali dicetak sebelum diedarkan, terlihat dari tanggalnya yang sangat awal. Apapun hasilnya, jenis uang yang satu ini sangat langka dan tidak pernah terlihat dipasaran.


Wayang 10 gulden proof YR



4. Bentuk Proof (2)


Bentuk ini mempunyai nomor seri AA 12345-67890, mirip dengan bentuk SPECIMEN, tetapi tanpa tulisan SPECIMEN. Watermark mirip dengan bentuk yang beredar. Seri ini tidak pernah terlihat dipasaran, bahkan tidak terdapat di dalam katalog manapun.

Wayang 100 gulden proof AA



5. Bentuk Proof (3)


Satu lagi bentuk yang sangat-sangat langka, tanpa nomor seri, tanpa tanggal, tanpa tanda tangan. Benar-benar kosong. Sepertinya bentuk yang siap untuk dicetak. Tidak pernah terlihat di pasaran dan bernilai jual sangat tinggi.


Wayang 200 gulden proof 'blank'

6. Bentuk proof (4)



Bentuk terakhir ini sangat-sangat langka dan tidak pernah terlihat dipasaran dalam bentuk set lengkap. Bernomor seri WW 12345 dan 67890. Sebagian pecahan memiliki watermark yang berbeda dengan versi yang beredar. Saya coba tampilkan bentuk-bentuk langka tersebut.



Pecahan 5 gulden



Tampak 2 variasi warna pecahan 5 gulden, bentuk ini terbuat dari kertas yang agak tebal dan tidak mempunyai tanda air. Tidak tercantum dalam katalog apapun. Variasi yang pertama tercetak hanya pada satu sisi sedangkan variasi kedua tercetak bolak balik.


Wayang 5 gulden proof seri WW dengan 2 variasi warna





Pecahan 10 gulden



Selain mempunyai warna yang berbeda dengan versi yang beredar, juga berbeda di bagian belakangnya yaitu di bagian text undang-undang. Perhatikan perbedaannya. Variasi ini tidak tercantum di dalam katalog.


Wayang 10 gulden proof seri WW




Perhatikan perbedaan letak text undang2 antara versi proof (atas) dengan versi beredarnya (bawah)


Pecahan 25 gulden


Ditampilkan 2 contoh variasi warna yang berbeda dengan versi beredarnya. Tidak bertanda air, mempunyai gambar yang sedikit berbeda dengan versi beredar dan juga tidak pernah terlihat di katalog manapun.


Wayang 25 gulden proof seri WW dengan 2 variasi warna





Perhatikan perbedaan dengan versi yang beredar (bawah) bagian manakah yang berbeda?



Pecahan 50 gulden
.



Mempunyai warna, watermark dan tanda tangan yang berbeda, tercantum di KUKI nomor 138B. Sangat langka dan bernilai tinggi.
.


Wayang 50 gulden proof seri WW beda warna




4 macam variasi warna yang berbeda, yang manakah versi yang beredar?


Pecahan 100 gulden

.
Seperti pecahan 50 gulden, pecahan 100 gulden ini juga berbeda dalam warna, watermark maupun tanda tangannya. Tercantum di katalog nomor 139B. Harga jual terakhir berkisar di angka 30 juta rupiah.
.

Wayang 100 gulden proof seri WW beda warna



Perhatikan teks undang2 yang berbeda antara versi proof (atas) dengan versi beredar (bawah)

.
Pecahan 200 gulden
.
Memiliki warna dan tanda tangan yang berbeda dengan versi yang beredar. Tetapi watermark sama yaitu patung Hindu. Tercantum di katalog pada nomor 140B.

Wayang 200 gulden proof seri WW
.


Pecahan 500 gulden
.

Juga memiliki warna yang berbeda dengan versi beredarnya, tercantum di katalog nomor 141B. Harga jual tidak diketahui.



Wayang 500 gulden proof seri WW

.


Pecahan 1000 gulden
.

Demikian juga dengan pecahan terbesar yaitu 1000 gulden memiliki warna yang berbeda dengan versi beredarnya. Tercantum di KUKI nomor 142B.
.


Wayang 1000 gulden proof seri WW
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar