Selasa, 02 November 2010

KOMODO

Sedikitnya, hanya ada sekitar 4.000 ekor komodo di alam liar yang hanya bisa ditemukan di tiga pulau di Indonesia: Pulau Komodo, Flores dan Rinca. Komodo jantan yang udah dewasa bisa tumbuh sampai sepanjang 3 meter dan beratnya bisa mencapai 90 kg, itulah yang bikin mereka dapat julukan sebagai ‘kadal terbesar di bumi’. Binatang ini sangat menarik untuk dipelajari, karena mereka sangat unik.

Selama ini orang beranggapan mulut Komodo menyimpan bakteri virulen yang bisa menginfeksi mangsanya dengan cepat. Tetapi beberapa analisis tentang Komodo menunjukkan adanya saluran kelenjar racun yang mengarah ke gigi komodo. Ternyata ketimbang menggunakan kekuatan gigitanuntuk menggigit mangsanya, Komodo lebih suka menjepit mangsanya dengan gigi2nya lho. Karena dengan cara ini, bisa atau racun dapat meresap ke luka yang ada pada tubuh mangsanya.

Pernah denger tentang kadal Monster Gila ngga? (baca: Hee-La, bukan Gila beneran dalam bahasa Indo) Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadal ini berada di garis keturunan yang sama dengan komodo. Sistem racun dalam kadal dan ular juga sebenarnya berasal dari satu nenek moyang.
Penelitian menggunakan simulasi komputer untuk meneliti tengkorak Komodo yang lalu menghasilkan fakta bahwa kekuatan gigitan komodo hanya seperenam dari buaya air asin Australia, yang notabene memiliki ukuran tengkorak yang sama. Sebaliknya, tengkorak Komodo dioptimalkan untuk menghadapi tekanan yang terjadi jika mangsanya berusaha berontak atau mau kabur. Selanjutnya, pemindaian MRI pada kepala Komodo mengidentifikasi adanya saluran kelenjar racun besar yang mengarah ke ruang diantara gigi2 komodo. Pembedahan saluran kelenjar ini juga menunjukkan bisa yang dikenal untuk menurunkan tekanan darah dan bertindak sebagai anti-koagulan (menyebabkan darah ngga bisa membeku hingga mangsanya shock dan berdarah sampai mati).
Komodo ini hanya menghasilkan sejumlah kecil racun yang relatif lemah dan metode pengiriman racun pada mangsanya bukan yang paling efisien. Komodo membuat luka besar menggunakan kekuatan gigi mereka, dan itu biasanya cukup lebar untuk memasukkan bisanya. Komodo itu cukup kuat untuk mempertahankan mangsanya lho. Beda banget ma ular. Dari segi fisik, ular berbisa jauh lebih lemah karena ular berbisa ngga kuat jika harus tetap mempertahankan mangsanya dalam gigitan mereka, ular berbisa harus menyuntikkan bisa ke mangsanya dan membiarkan mangsanya pergi sambil menunggu bisanya bekerja. Itu sebabnya ular berbisa memiliki taring berongga dan racun mematikan yang melebihi komodo.
Hasil penelitian ini menyimpulkan kalo bakteri yang ada di dalam mulut komodo bisa menginfeksi mangsanya dengan cepat. Tapi penelitian baru gagal menunjukkan jenis bakteri apa yang biasanya terdapat pada liur Komodo. Teori ini udah diuji bertahun-tahun, tapi ngga pernah benar-benar terbukti.
Referensi hasil penelitian juga ada yang menunjukkan fakta bahwa Megalania – kerabat dekat dari Komodo yang sudah punah juga berbisa. Oleh karena itu sepertinya komodo akan menjadi binatang berbisa terbesar yang pernah hidup.
Fakta menarik lainnya, kadal terbesar di dunia ini melakukan proses parthenogenesis.. Nah lhoo, apaan lagi nih? Proses parthenogenesis itu adalah sebuah proses dimana dia mampu melahirkan telur2nya tanpa ada kontak dari jantannya. Keren ngga tuh..! Udah ada serangkaian tes yang menunjukkan kalo komodo betina bisa mengembangkan sel telurnya  tanpa dibuahi sperma komodo jantan.
Salah satu bukti nyata adalah seekor komodo yang dipelihara di kebun binatang Chester di Inggris. Komodo tersebut belum pernah dijadikan satu atau melakukan perkawinan dengan jantannya tapi dia bisa menelurkan 11 telur di awal tahun ini, tapi sayangnya, 3 di antaranya membusuk. Para ahli bilang sih telur2 tadi hasil dari reproduksi aseksual.
Mau bukti lainnya? Ada seekor komodo yang ditempatkan di kebun binatang London yang mampu memproduksi 4 butir telur awal tahun kemarin sedangkan komodo betina tadi ngga pernah ‘berhubungan’ dengan komodo jantan selama kurang lebih 2 tahun. Tapi komodo betina juga bisa menghasilkan telurnya melalui proses perkawinannya dengan komodo jantan, dalam arti melalui perkawinan yang normal2 aja. Sekedar info, masa mengerami komodo berjangka waktu sekitar 7 hingga 9 bulan. Hampir sama kaya manusia ya?
Komodo baru menetas
Proses partenogenesis ini sebenarnya udah ditemukan di lebih dari 70 spesies binatang bertulang belakang tapi selalu dianggap hal yang ngga biasa dan mungkin juga dikategorikan sebagai fenomena yang tidak normal. Hal ini diketahui pernah terjadi pada beberapa ular, ikan, biawak dan bahkan kalkun. Melihat  proses ini terjadi pada 2 ekor komodo betina yang terpisah dan tak ada hubungannya dalam waktu satu tahun, mungkin menunjukkan bahwa proses partenogenesis ini bisa lebih luas dan umum.
Kata para ilmuwan sih, karena hewan-hewan ini di berada di penangkaran selama bertahun-tahun tanpa mendapat akses untuk berhubungan dengan pejantannya, mereka jadi bisa ber-reproduksi secara parthenogenetic. Tapi kemampuan untuk mereproduksi parthenogenetically ini jelas kemampuan turun temurun. Komodo betina mampu memanfaatkan kemampuannya untuk bereproduksi tanpa hubungan seksual  ketika, misalnya aja, dia terdampar sendirian di sebuah pulau tanpa ada komodo jantan untuk membantunya berkembang biak.
Yang lebih menarik lagi, karena proses genetika ini, telur2 komodo parthenogenetic bisa dipastikan akan selalu menetaskan bayi komodo yang berjenis kelamin jantan. Ini bisa dibuktikan dengan komodo betina  yang memiliki satu kromosom  W dan satu kromosom Z, sedangkan komodo jantan memiliki dua kromosom Z. Telur dari komodo betina membawa satu kromosom, baik kromosom Z atau W, dan ketika proses partenogenesis terjadi, baik kromosom Z atau W akan diduplikasi, hal ini menyebabkan telur jadi berkromosom WW atau ZZ. Telur berkromosom WW ngga bisa hidup, tetapi telur yang memiliki kromosom ZZ  bisa berkembang dan ini berarti menghasilkan bayi komodo jantan. Gituuu..
Setelah melalui proses parthenogenesis, komodo betina yang diberi kesempatan kawin dengan komodo jantan juga akan bisa kembali menghasilkan telurnya melalui proses perkawinan yang normal dengan komodo jantan, dan bisa membangun sebuiah koloni baru.
Para peneliti mengatakan untuk memastikan keragaman genetik Komodo yang dipelihara di penangkaran, kebun binatang mungkin harus menempatkan komodo jantan dan betina untuk menghindari reproduksi aseksual yang hanya menghasilkan bayi komodo jantan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar