Sabtu, 06 November 2010

GUNUNG GEDE

Letusan gunung gede pertama kali terjadi tahun 1747/1748. Letusan yang terjadi sangat hebat dan menyebabkan 2 aliran lava bergerak dari Kawah Lanang. Letusan yang terjadi tidak biasa, karena letusan gunung ini hanya mengeluarkan lava seperti aliran lava dalam 250 tahun lalu. Kemungkinan aliran lava yang terjadi sepanjang 2 km, yang merupakan penyebab terbentuknya sumber Air Panas yang saat ini ada.
Terjadi beberapa kali letusan kecil (1761, 1780, dan 1832), gunung Gede kemudian ”tertidur” hampir 100 tahun. Kemudian, jam 3 pagi pada tanggal 12 November 1840 terjadi sebuah letusan yang besar dan sangat tiba-tiba yang membangunkan desa-desa disekitarnya dengan goncangan yang hebat dan disertai semburan api setinggi 50 m diatas kawah. Kepulan asap dari semburan gas disemburkan dan semburan tersebut berhenti sebelum sampai di Kebun Raya Cibodas. Masyarakat di Cipanas mengungsi. Pada hari berikutnya, tanggal 14 November, batu-batu besar yang berdiameter 1 meter lebih, disemburkan keudara. Sebuah batu yang berukuran sangat besar mendarat di Cibeureum dengan saat kuatnya yang menyebabkan terbentuknya kawah sedalam 4 m. Sekitar tanggal 1 Desember tahun 1840, letusan disertai hujan abu disemburkan sangat tinggi mencapai 200 m diatas puncak Gede. Salah satu letusan yang sangat hebat terjadi pada tanggal 11 Desember: letusan sangat intens terjadi dan mengeluarkan hujan abu yang menutupi cahaya matahari dan gemuruh besar yang seringkali terjadi seperti halnya energi statis pada abu diberi listrik sehingga mengeluarkan energi. Aktivitas letusan akhirnya berhenti pada bulan Maret tahun 1841, ketika Hasskarl seorang peneliti, dapat mengamati dan melihat dari dekat kerusakan dan kehancuran yang terjadi. Seluruh pohon-pohon dihutan termasuk tumbuhan bawah terutama di bagian puncak di atas dari Air Panas hancur, sebagian terbakar, dan umumnya hancur akibat guncangan vulkanik yang sangat hebat akibat letusan.
Letusan kecil-kecil sebanyak 24 kali terjadi setelah itu dalam kurun waktu 150 tahun, yang umumnya terjadi secara secara tidak teratur. Misalnya, tahun 1852 terjadi letusan yang menghancurkan penginapan di Kandang Badak akibat diterjang batu yang sangat besar; tahun 1886 terjadi letusan yang disertai oleh hujan abu setebal 50 cm disemburkan sampai sejauh 500 meter dari kawah, menghancurkan hampir seluruh vegetasi. Tahun 1940/1950 beberapa kali terjadi letusan kecil-kecil. Tahun 1957 merupakan letusan gunung Gede yang terakhir, namun ini bukan merupakan hal yang melegakan, karena semakin lama suatu gunung tidak aktif, dan bila terjadi letusan, akan merupakan letusan yang sangat besar dan hebat.

SEJARAH LETUSAN GUNUNG GEDE

Sejarah letusan

Sejarah letusan G. Gede telah dibahas oleh Junghun (1843) dan Taverne (1926) dalam Kusumadinata K. dan Hamidi S. (1979), diterangkan bahwa letusan G. Gede pada umumnya kecil dan singkat, kecuali yang terjadi pada tahun 1747 – 1748 yang mengeluarkan aliran lava dari Kawahlarang. Pada tabel 2 disajikan sejumlah catatan singkat mengenai letusan yang telah terjadi di Gunung Gede.
Karakter letusan
Letusan-letusan G. Gede pada umumnya berupa letusan kecil dan berlangsung singkat. dan sifat letusan pada umumnya hanya letusan-letusan abu atau pasir halus.
Pada tahun 1747 – 1748 diduga terjadi 2 buah aliran lava dari Kawahlanang. Pada tahun 1890 diduga terjadi awanpanas. Tidak ada laporan mengenai korban akibat letusan G. Gede.
Periode letusan
Yang terpendek kurang dari satu tahun (pada tahun 1899 terjadi beberapa kali letusan) dan yang terpanjang 71 tahun.
Sejarah letusan Gunung Gede
1747-1748 = Selama perioda ini terjadi letusan hebat dan menghancurkan (Junghun, 1854).
1761 = Letusan kecil yang menghasilkan hanya sedikit abu (Junghun, 1854)
1832 = Pada 29 Agustus, awan asap raksasa mengepul dari kawah, dapat dilihat dari Bogor dan menyebabkan hujan abu deras pada jam 11.00 – 12.00, sangat halus dan berwarna kehitam-hitaman dan berhembus ke arah Jakarta (Betawi)
1840 = Terjadi beberapa kali letusan besar (Hasskarl, Junghun, 1854). Pada 12 Nopember jam 03.00 malam tiba-tiba terjadi letusan hebat, disertai oleh suara gemuruh dan goncangan tanah hebat, semburan api setinggi lebih kurang 50 m diatas kawah. Sejumlah besar batu membara dilontarkan dari kawah dan sebuah tiang asap hitam naik tinggi ke udara, abu menghujani daerah Bogor. Pada 14 Nopember, abunya ditiup angin sejauh lebih kurang 20 km. Pada 22 Nopember, jam 01.00, bumi berguncang dan terdengar surara keras selama asap dan bongkah puing lava dimuntahkan, keesokan harinya puncak gunung seakan-akan seluruhnya menyala, bagaikan lapangan alang-alang yang terbakar. Letusan paroksisma terjadi pada 1 Desember. Jam 06.00 pagi terdengar suara bagaikan guntur, tiang api mencapai lebih kurang 200 m diatas tepi kawah, awan asapnya mencapai ketinggian lebih kurang 2000 m diatas puncak gunung. 3 Desember, jam 06.00 sore dan kemudian 11 Desember jam 02.00 letusan serupa ini terjadi lagi, yang terakhir disusul dengan hujan abu.
1843 = Pada 28 Juli, jam 23.30 hujan abu tipis.
1845 = Pada 23 Januari, jam 10.30, tampak sebuah tiang asap naik dari kawah, disertai suara bergemuruh. Hal serupa terulang pada 5 Maret jam 22.30.
1847 = Malam hari 17 – 18 Oktober hujan abu tipis jatuh di Bogor.
1848 = 8 mei, di pagi hari tiba-tiba muncul tiang asap tebal di Kawah Gede.
1852 = 28 Mei, sejumlah besar batu berdiameter 2 hingga 12 kaki dan abu dilontarkan.
1853 = 14 Maret antara jam 07.00 – 09.00 tiang awan membungbung
1866 = 18 September terjadi hujan abu
1870 = 29 Agustus – 30 September, bara api, uap asap sangat tebal. 3 Oktober pada jam 09.45 terdengar ledakan kuat.
1885 = Suara gemuruh dalam Januari dan Pebruari.
1886 = 10 Juni – 16 Agustus terjadi ledakan dan dentuman, hujan abu.
1887 = 22 Oktober
1888-1889-1891 = Tanggal tidak diketahui
1899 = 1 – 14 Mei suara gemuruh, sinar api diwaktu malam
1900 = Suara bergemuruh
1909 = 2 Mei, hujan abu dan suara bergemuruh. Menurut Taverne (1926), semuanya sama sekali tidak berarti dan hanya terbatas pada hujan abu yang tipis yang hanya berlangsung 1 atau 2 hari. Neumann van Padang (1951, p.72 – 74) mencantumkan bahwa letusan ini adalah esplosi normal yang terjadi di kawah pusat.
1946 = 19 – 20 Desember, tampak asap membumbung dari Kawah Ratu
1947 = 2 September, letusan kecil dari kawah Ratu 27 September, terjadi hujan abu tipis. Pada jam 09.00 dan 09.30 awan letusan setinggi lebih kurang 500 m. 17 Oktober; pada 20.30, 20.40 dan 21.00 letusan pendek. 1 Nopember, pada 13.40 letusan pendek. 15 Nopember, pada jam 12.15 letusan pendek. 28 November, pada jam 11.25 letusan selama 2 – 3 menit. 30 Nopember, pada jam 21.27 letusan selama 3 menit.
1948 8 Januari, pada jam 00.20 letusan selama 3 menit dan semburan pasir dan lapili. 11 Januari, pada jam 21.50 letusan selama 20 detik. 17 Januari, pada jam 15.45 terjadi letusan pendek. 22 Januari, pada jam 00.45 dan 01.00 terjadi letusan pendek. 25 Januari, pada jam 07.30 dan 07.32 terjadi letusan selama 3 menit (Berlage, 1948). 28 Januari, pada jam 04.23 letusan. 12 Nopember, pada jam 11.28 terjadi letusan dengan awan abu lebih kurang setinggi 5000 m. 16 Nopember, pada jam 06.45 terjadi letusan abu kelabu. 20 Nopember, pada jam 03.45 terjadi letusan. 23 Nopember, pada jam 07.00 tampak 3 letusan dengan awan letusan sampai 2500 m tingginya (Adnawidjaja, 1948).
1949 = 17 Januari dan 5 Pebruari, letusan kecil dari kawahpusat (Neumann van Padang, 1951).
1955 = 21 Juli (Djatikoesoemo, 1955). 2 Agustus, pada jam 00.20 Asap tebal hitam pekat tampak menyembur setinggi 300 – 400 m (Djajawinangun, 1955).
1956 = 28 April, pada jam 07.00, tampak awan abu tebal berwarna hitam disertai dengan sinar, berlangsung setengah jam (Hadikusumo, 1957).
1957 = 13 Maret, pada jam 1914 – 19.16 letusan disertai suara gemuruh, tinggi awan letusan lebih kurang 3 km diatas kawah (Hadikusumo, 1957).
1972 = Menurut Hamidi (1972, p.3) dalam bulan Juli Kawahlanang mengeluarkan asap putih yang agak tebal berbau belerang bersuara mendesis. Lokasi tempat tembusan ini telah bergeser lebih kurang 10 meter. Di Kawahratu tembusan fumarola terdapat di tebing sebelah utara, asapnya berwarna putih dengan tekanan lemah. Dasar kawahnya tertutup lumpur. Di Kawawadon, tembusan fumarola terdapat di sudut sebelah tenggara, berbau belerang berwarna putih tipis dengan tekanan rendah. Tidak ada perubahan kawah yang menyolok.

Sekilas Tentang Gunung Gede Pangrango


Gunung Gede Pangrango berada dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) mempunyai peranan yang penting dalam sejarah konservasi di Indonesia. Ditetapkan sebagai taman nasional pada tahun 1980. Dengan luas 21.975 hektar, kawasan Taman Nasional ini ditutupi oleh hutan hujan tropis pegunungan, hanya berjarak 2 jam (100 km) dari Jakarta.Di dalam kawasan hutan TNGP, dapat ditemukan “si pohon raksasa” Rasamala, “si pemburu serangga” atau kantong semar (Nephentes spp); berjenis-jenis anggrek hutan, dan bahkan ada beberapa jenis tumbuhan yang belum dikenal namanya secara ilmiah, seperti jamur yang bercahaya. Disamping keunikan tumbuhannya, kawasan TNGP juga merupakan habitat dari berbagai jenis satwa liar, seperti kepik raksasa, sejenis kumbang, lebih dari 100 jenis mamalia seperti Kijang, Pelanduk, Anjing hutan, Macan tutul, Sigung, dll, serta 250 jenis burung. Kawasan ini juga merupakan habitat Owa Jawa, Surili dan Lutung dan Elang Jawa yang populasinya hampir mendekati punah. Ketika anda hiking di kawasan TNGP, anda dapat menikmati keindahan ekologi hutan Indonesia.
Sebagai kawasan wisata dan rekreasi, saat akhir minggu (Sabtu dan Minggu) dan hari libur, kawasan wisata Cibodas dan Kebun Raya Cibodas akan diramaikan oleh pengunjung yang membeli suvenir dan oleh-oleh berupa sayuran dan buah-buah segar dengan harga terjangkau dari pasar wisata di Cibodas.
Nikmati liburan anda di kawasan taman nasional, dengan indahnya pesona alam pegunungan, menyegarkan diri anda setelah hari-hari yang sibuk, dan anda dapat belajar tentang alam dan ekosistem alam.
Mari bersama-sama melestarikan alam yang sangat berharga ini dan mewariskannya kepada generasi yang akan datang!!!


Sejarah Letusan Gunung Gede


Letusan Gunung Gede pertama tercatat pada tahun 1747. Letusan terdahsyat terjadi antara bulan November 1840 - Maret 1841. Pada bulan Desember 1840, lidah apinya menyembur keluar kawasan setinggi lebih dari 200 meter. Hujan kerikil dan awan debu menyertai kejadian itu.
Letusan terakhir terjadi tahun 1848, dengan beberapa kejadian kecil sampai tahun 1957. Lubang kawah masih mengeluarkan gas belerang. Keasamannya mempengaruhi vegetasi setempat. Titik letusan gunung yang relatif baru, membuat lubang yang luas di pinggiran kawah Mandalawangi lama. Seandainya terjadi letusan besar, lava mungkin akan langsung mengalir menuju Cibodas. Sementara Gunung Pangrango berumur lebih tua, lebih luas dan sudah tidak aktif.


Beberapa Objek Menarik di Kawasan TNGP


Ada beberapa objek menarik yang bisa kita kunjungi di kawasan TNGP diantaranya adalah :


Telaga Biru


Danau kecil berukuran lima hektar (1.575 meter dpl.) terletak 1,5 km dari pintu masuk Cibodas. Danau ini selalu tampak biru diterpa sinar matahari, karena ditutupi oleh ganggang biru.

Air terjun Cibeureum



Air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar 50 meter terletak sekitar 2,8 km dari Cibodas. Di sekitar air terjun tersebut dapat melihat sejenis lumut merah yang endemik di Jawa Barat.







Air Panas



Terletak sekitar 5,3 km atau 2 jam perjalanan dari Cibodas.











Puncak dan Kawah Gunung Gede



Panorama berupa pemandangan matahari terbenam/terbit, hamparan kota Cianjur-Sukabumi-Bogor terlihat dengan jelas, atraksi geologi yang menarik dan pengamatan tumbuhan khas sekitar kawah. Di puncak ini terdapat tiga kawah yang masih aktif dalam satu kompleks yaitu kawah Lanang, Ratu dan Wadon. Berada pada ketinggian 2.958 m. dpl dengan jarak 9,7 km atau 5 jam perjalanan dari Cibodas.






Alun-alun Suryakencana



Dataran seluas 50 hektar yang ditutupi hamparan bunga edelweiss. Berada pada ketinggian 2.750 m. dpl dengan jarak 11,8 km atau 6 jam perjalanan dari Cibodas.


Gunung Gede merupakan sebuah gunung yang berada di pulau Jawa, Indonesia. Gunung Gede berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangarango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980. Terletak diantara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, dengan ketinggian 1.000 – 3.000 m. dpl, dan berada pada lintang 106°51′ – 107°02′ BT dan 64°1′ – 65°1 LS. Suhu rata-rata di puncak gunung Gede 18°c dan dimalam hari suhu puncak berkisar 5°c, dengan curah hujan rata-rata 3.600 mm/tahun. Gerbang utama menuju gunung ini adalah dari Cibodas dan Cipanas.
Gunung Gede mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Objek Penelitian

Gunung Gede mempunyai keadaan alam yang khas dan unik, hal ini menjadikan Gunung Gede sebagai salah satu laboratorium alam yang menarik minat para peneliti sejak lama.
Tercatat pada tahun 1819, C.G.C. Reinwardt sebagai orang yang pertama yang mendaki Gunung Gede, kemudian disusul oleh F.W. Junghuhn (1839-1861), J.E. Teysmann (1839), A.R. Wallace (1861), S.H. Koorders (1890), M. Treub (1891), W.M. van Leeuen (1911); dan C.G.G.J. van Steenis (1920-1952) telah membuat koleksi tumbuhan sebagai dasar penyusunan buku The Mountain Flora of Java yang diterbitkan tahun 1972.
Gunung Gede juga memiliki keanekaragaman ekosistem yang terdiri dari ekosistem sub-montana, montana, sub-alpin, danau, rawa, dan savana.
Gunung Gede terkenal kaya akan berbagai jenis burung yaitu sebanyak 251 jenis dari 450 jenis yang terdapat di Pulau Jawa. Beberapa jenis di antaranya burung langka yaitu elang Jawa (Spizaetus bartelsi) dan burung hantu (Otus angelinae).
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir pada tahun 1977, dan sebagai Sister Park dengan Taman Negara di Malaysia pada tahun 1995.

Objek Pariwisata

Gudung Gede maupun kawasan Taman Nasional Gede Pangrango juga merupakan objek wisata alam yang menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun internasional.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi

  • Telaga Biru. Danau kecil berukuran lima hektar (1.575 meter dpl.) terletak 1,5 km dari pintu masuk Cibodas. Danau ini selalu tampak biru diterpa sinar matahari, karena ditutupi oleh ganggang biru.
  • Air terjun Cibeureum. Air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar 50 meter terletak sekitar 2,8 km dari Cibodas. Di sekitar air terjun tersebut dapat melihat sejenis lumut merah yang endemik di Jawa Barat.
  • Air Panas. Terletak sekitar 5,3 km atau 2 jam perjalanan dari Cibodas.
  • Kandang Batu dan Kandang Badak. Untuk kegiatan berkemah dan pengamatan tumbuhan/satwa. Berada pada ketinggian 2.220 m. dpl dengan jarak 7,8 km atau 3,5 jam perjalanan dari Cibodas.
  • Puncak dan Kawah Gunung Gede. Panorama berupa pemandangan matahari terbenam/terbit, hamparan kota Cianjur-Sukabumi-Bogor terlihat dengan jelas, atraksi geologi yang menarik dan pengamatan tumbuhan khas sekitar kawah. Di puncak ini terdapat tiga kawah yang masih aktif dalam satu kompleks yaitu kawah Lanang, Ratu dan Wadon. Berada pada ketinggian 2.958 m. dpl dengan jarak 9,7 km atau 5 jam perjalanan dari Cibodas.
  • Alun-alun Suryakencana. Dataran seluas 50 hektar yang ditutupi hamparan bunga edelweiss. Berada pada ketinggian 2.750 m. dpl dengan jarak 11,8 km atau 6 jam perjalanan dari Cibodas.

Legenda Rakyat

Sejarah dan legenda yang merupakan kepercayaan masyarakat setempat yaitu tentang keberadaan Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi di Gunung Gede. Masyarakat percaya bahwa roh Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi akan tetap menjaga Gunung Gede agar tidak meletus. Pada saat tertentu, banyak orang yang masuk ke goa-goa sekitar Gunung Gede untuk semedhi / bertapa maupun melakukan upacara religius.

Rute Pencapaian

Untuk mencapai lokasi Taman Nasional Gede Pangrango bisa ditempuh melalui rute Jakarta-Bogor-Cibodas dengan waktu sekitar 2,5 jam (± 100 km) menggunakan mobil, atau Bandung-Cipanas-Cibodas dengan waktu 2 jam (± 89 km), dan Bogor-Salabintana dengan waktu 2 jam (52 km).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar