Selasa, 09 November 2010

Prasasti Batutulis





Prasasti Batutulis di tahun 1920-an

Prasasti Batutulis di tahun 1920-an

Salinan gambar prasasti Batu Tulis dari buku The Sunda Kingdom of West Java From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with the Royal Center of Bogor
Prasasti Batutulis terletak di jalan Batutulis, Kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Kompleks Prasasti Batutulis memiliki luas 17 x 15 meter. Prasasti Batutulis terletak di situs ibu kota Pajajaran, Batutulis berarti batu yang bertulis, prasasti ini in situ yakni masih terletak di lokasi aslinya dan menjadi nama desa lokasi situs ini.[1] Batu Prasasti dan benda-benda lain peninggalan kerajaan Sunda terdapat dalam komplek ini. Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dalam bahasa dan huruf Sunda kuno.

Isi Prasasti

  • Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun,
  • diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana
  • di wastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu haji di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata
  • pun ya nu nyusuk na pakwan
  • diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang
  • ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyan sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi

Terjemahan

Terjemahan bebasnya kira-kira seperti ini
  • Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum
  • Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana,
  • dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
  • Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan.
  • Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang.
  • Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida[2], membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka "Panca Pandawa Mengemban Bumi"
 Entah sudah berapa puluh kali saya melewati jalan batutulis, tapi masih saja nggak "ngeh" (sadar) bahwa didaerah situ terdapat prasasti yang sudah berumur ribuan tahun peninggalan kerajaan Tarumanegara. Tentu bukan salah saya 100% karena meskipun lokasinya tepat ditepi jalan batutulis, susah dikenali atau dibedakan dengan bangunan pertokoan atau rumah penduduk. Malah sepintas mirip dengan kantor kelurahan atau kantor pemerintahan sejenis lainnya. Terlebih lagi daerah tersebut boleh dibilang padat arus lalu-lintasnya sehingga mata pengemudi akan cenderung mengamati jalan raya, waspada bila tiba-tiba saja ada angkutan umum yang dengan santai memotong jalan atau berhenti mendadak.







[navigasi.net] Budaya - Prasasti Batutulis
Sebuah batu lain yang terletak di depan batu lingga, diperkirakan sebagai tempat duduk


Berada dalam sebuah bangunan ukuran +/- 5x5 meter, yang dipagari besi dan tanaman pada sisi dalamnya, praktis lokasi ini sama sekali tidak menarik perhatian atau mengisyaratkan ada benda istimewa didalamnya. Papan wisata yang adapun dipasang sejajar dengan badan jalan sehingga agak susah dibaca kecuali benar-benar tepat berada didepan/diseberang jalan.
Prasasti batutulis memang merupakan bagian sejarah dari kota bogor. Terletak di kelurahan Batutulis, Kecamatan Bogor Selatan, Kotamadya Bogor, dulunya lokasi ini ribuan tahun yang lalu berada ditempat yang hening, sepi dan berkabut. Bahkan bagi penduduk setempat dipercaya sebagai tempat sarang harimau yang kemudian menumbuhkan khayalan adanya hubungan antara kerajaan Pajajaran yang sirna dengan harimau. Scipio, seorang ekspedisi Belanda yang ditugaskan untuk membuka daerah pedalaman jakarta, melukiskan betapa hormat dan khidmatnya mereka (orang pribumi dalam rombongan ekspedisi), menghadapi situs Batutulis sampai mereka berani melarang Scipio yang merupakan pimpinannya menginjakkan kaki kedalamnya karena ia bukan orang Islam, jelas sekali mereka menganggap tempat itu "keramat", karena disitu, menurut mereka, terletak tahta atau singgasana raja Pajajaran. Dengan keyakinan seperti itu, bila pada saat mereka pertama kali menemukan tempat tersebut lalu melihat seekor atau beberapa ekor harimau keluar dari dalamnya, mereka tidak akan menganggapnya sebagai hewan biasa.







[navigasi.net] Budaya - Prasasti Batutulis
Sepasang tapak kaki dan tangan dari Prabu Surawisesa


Menurut catatan sejarah, prasasti itu dibangun tahun 1533 oleh Prabu Surawisesa, sebagai peringatan terhadap ayahandanya, Prabu Siliwangi, Raja Pajajaran. Prabu Siliwangi memerintah pada 1482 - 1521. Raja sakti mandraguna itu dinobatkan dengan gelar Prabu Guru Dewata Prana, lalu bergelar Sri Baduga Maharaja Ratu Haji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata.
Di kompleks itu terdapat 15 peninggalan berbentuk terasit, batu yang terdapat di sepanjang Sungai Cisadane. Ada enam batu di dalam cungkup, satu di luar teras cungkup, dua di serambi dan enam di halaman. Satu batu bercap alas kaki, satu batu bercap lutut, dan satu batu besar lebar yang berisi tulisan Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Konon prasasti batutulis itu dibuat oleh Prabu Surawisesa sebagai bentuk penyelasannya karena ia tidak mampu memepertahankan keutuhan wilayah  Pakuan Pajajaran yang dimanatkan padanya, akibat kalah perang dengan kerajaan Cirebon.
Perang Pakuan-Pajajaran berlangsung selama 5 tahun. Cirebon yang didukung kerajaan Demak berhasil mengalahkan kerajaan Pakuan setelah pasukan meriam Demak datang membantu tepat pada saat pasukan Cirebon mulai terdesak mundur. Laskar Galuh (Pakuan) tidak berdaya menghadapi "panah besi yang besar, menyemburkan kukus ireng, bersuara seperti guntur dan memuntahkan logam panas". Tombak dan anak panah mereka lumpuh karena meriam sehingga jatuhlah Galuh diikuti dua tahun kemudian dengan jatuhnya pula kerajaan Talaga, benteng terakhir kerajaan Galuh.
....................................................................................................................................................................
Prasasti yang terpahat dibatu tersebut tersusun dalam 9 baris tulisan. Adapun bunyi dan arti dari prasasti tersebut tiap baris adalah:
1. wangna pun ini sasakla prabu ratu purane pun diwastu : Wangna ini tanda peringatan bagi Prabu almarhum dinobatkan.







[navigasi.net] Budaya - Prasasti Batutulis
Prasasti yang ditulis dengan huruf palawa


2. diya wingaran prebu guru dewata prana diwastu diya dingaran sri : Dia bernama prabu guru dewata parana dinobatkan lagi dengan nama Sri
3. baduga maharaja ratu haji di pakuan pajajaran sri baduga ratu de : Baduga maharaja ratu haji dipakwan Pajajaran sang ratu de-
4. wata pun ya nu nyusuk na pakuan diya anaka rahyang dewa nis : wata dialah yang membuat parit pakwan dia anak sangyang dewa nis-
5. kala sang sida mokta di guna tiga incu rahyang nisakala wastu : kala yang mendiang di guna tida cucu rahyang niskala wastu
6. kancana sang sida mokta ka nusa larang ya siya nu nyian sakaka : kencana yang mendiang ke nu salarang dialah yang membuat tanda pe-
7. la gugunungan ngabalay nyian sanghyang talaga : ringatan gugunungan, membuat teras di lereng bukit membuat hutan samida, telaga
8. rena maha wijaya ya siya pun i saka panca panda : rena maha wijaya ya dialah itu dalam tahun saka lima li-
9. wa emaban bumi .. : ma empat satu (1455) => dalam tahum masehi 1533. Disebelah prasasti itu terdapat sebuah batu panjang dan bulat sama tingginya dengan batu prasasti. Batu panjang dan bulat (lingga batu) ini mewakili sosok Sri Baduga Maharaja sedangkan prasasti itu sendiri mewakili sosok Surawisesa. Penempatan kedua batu itu diatur sedemikian rupa sehingga kedudukan antara anak dengan ayah amat mudah terlihat. Si anak ingin agar apa yang dipujikan tentang ayahnya dengan mudah dapat diketahui (dibaca) orang; akan tetapi ia tidak berani berdiri sejajar dengan si bapak. Demikianlah batutulis itu diletakkan agak kebelakang disamping kiri lingga batu.







[navigasi.net] Budaya - Prasasti Batutulis
Lokasi batutulis dilihat dari jalanraya yang sepintas tidak ada bedanya dengan bangunan umum lainnya terkecuali adanya papan petunjuk wisata

Perbedaan Batu Tulis, Petilasan Dan Makam

 Beberapa peninggalan sejarah dan budaya Nusantara berupa batu bertulis, situs-situs petilasan dan makam. Penulis mencoba memberikan penjelasan dan perbedaan ketiga peninggalan tersebut agar memperdalam wawasan kita. Berikut merupakan perbedaan dari batu bertulis, situs petilasan dan makam :

Batu Bertulis.
Merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan kuno ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Di Nusantara, kebanyakan batu-batu ini dibuat pada masing-masing zaman kerajaan. Batu diambil dari batu kali yang besar dan kokoh (agar awet tak lekang perubahan zaman) dan ditulis mengenai kejayaan dan kebesaran raja atau kerajaan.  Contoh :
  • Prasasti Batu Tulis Bogor. Dahulu wilayah batu tulis merupakan pusat kerajaan Padjajaran. Dibuat oleh Prabu Surawisesa untuk mengenang kejayaan ayahandanya Prabu Siliwangi dan kebesaran kerajaan Padjajaran
Dlm Kompleks-Prasasti Batu Tulis-Shangkala
  • Batu Tulis Ciarunteun, Ciampea, Bogor. Yang menuliskan kebesaran Raja Purnawarman dengan kerajaannya Tarumanegara.

Batu Tulis Ciarunteun Ciampea
Situs petilasan
Merupakan tanda dimana leluhur-leluhur besar bangsa ini pernah menginjakkan kaki dan mendapat makna atau pengetahuan luhur di wilayah tersebut. Beberapa bentuk situs petilasan :
  • Lingga-Yoni.
Lingga merupakan batu panjang seperti huruf Alif, dipancang tegak di suatu wilayah. Lingga berarti makna kebenaran sejati, jalan lurus, yang telah dimaknai oleh leluhur yang memancangnya. Terkadang di wilayah Lingga, juga terdapat Yoni. Lingga-Yoni merupakan makna keseimbangan langit dan bumi. Keselarasan feminim dan maskulin. Contoh:
Lingga-Yoni terdapat di wilayah Batu Tulis Bogor dan Candi Sukuh di G.Lawu.
Lingga di batu Tulis Bogorgb : Lingga di Batu Tulis Bogor
Lingga di Candi Sukuh Lawugb : Lingga di Candi Sukuh, G.Lawu
  • Batu kecil yang dipancang sederhana, disebut juga sebagai situs petilasan.
Hening, meditasi, mengenal diri merupakan hal biasa dilakukan sejak turun – temurun manusia di bumi Nusantara. Di suatu wilayah yang leluhur-leluhur bangsa ini mendapatkan makna atau pengetahuan hasil dari heningnya, kemudian mereka menandai dengan batu sederhana.
Perlu diketahui bahwa situs petilasan bukanlah makam. Karena sekarang sering ditemui banyaknya situs petilasan yang dibenahi, namun dengan di rubah bentuk seperti makam/tempat orang dikubur.
Ada juga petilasan yang berbentuk patung-patung batu. Merupakan simbol dari leluhur itu sendiri.
Karena situs petilasan sejak dahulu merupakan tempat meditasi atau hening, maka sampai sekarang fungsinya masih dijalankan.
Contoh:
Petilasan Surya Kencana, G Bunder Bogor
gb : Situs petilasan Surya Kencana di G. Bunder, Bogor.
Petilasan Permaisuri Prabu SIliwangi di tengah Kebun Raya Bogor
gb : Petilasan permaisuri Prabu Siliwangi di tengah lingkungan Kebun Raya Bogor.
Puser Jawa-Magelang
gb : Puser Jawa, G. Ketep di Magelang Jawa Tengah.
Petilasan empat kerabat dekat prabu Siliwangi di Batu Tulis Bogor
gb : Petilasan empat orang terdekat prabu Siliwangi (mahaguru, pengawal dan emban),
yang masih berlokasi di wilayah batu tulis Bogor.

Makam
Makam baru ditemui pada zaman kerajaan modern. Makam merupakan tempat dikuburkannya seseorang yang telah meninggal dunia. Pemakaman yang telah ratusan tahun, biasanya banyak yang berziarah. Contoh:
Makam Raja Ali Haji

Makam Raja Abdurrahman di P.Penyengat Kepri
gb : Makam keluarga kerajaan Riau di P.Penyengat, Tanjung Pinang, Kepri.

Penutup
Sebagai anak bangsa, dalam melanjutkan langkah-langkah kaki di bumi ini, kita tidak dapat meninggalkan sejarah dan budaya luhur bangsa yang besar ini begitu saja. Agar kita dapat memetik pelajaran dan makna selama kita masih bernafas.
Semua mahluk diberi petunjuk hidup. Semua mahluk berbahagia. Amin.



Surawisesa tidak menampilkan namanya dalam prasasti. Ia hanya meletakkan dua buah batu didepan prasasti itu. Satu berisi astatala ukiran jejak tangan dan satunya berisi padatala, ukiran jejak kaki. Mungkin pemasangan batu tulis itu  bertepatan dengan dengan upacara srada yakni "penyempurnaan sukma" yang dilakukan  setelah 12 tahun seorang raja wafat. Dengan upacara itu sukma orang yang meninggal dianggap telah lepas hubungannya dengan dunia materi.
Dengan kata lain, prasasti batutulis merupakan bukti rasa hormat seorang anak terhadap ayahnya, dan merupakan suatu hal yang perlu diteladani oleh generasi sekarang maupun yang akan datang.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar