Senin, 07 Juni 2010

Memotret Kondisi Sanitasi dan Perilaku Lewat EHRA

Apa jadinya sebuah perencanaan pembangunan tanpa disertai data-data yang memadai? Tentu hasilnya akan jauh dari harapan. Demikian pula dalam hal pembangunan sanitasi, perlu gambaran riil kondisi di lapangan agar prioritas dan model pembangunan sanitasi tepat sesuai kondisi wilayah setempat.

Selama ini ini pemerintah daerah sudah memiliki data sekunder tentang kondisi sanitasi di wilayahnya. Namun data tersebut bersifat terbatas. Data terkait dengan sanitasi umumnya berada di tingkat kota/kabupatan dan tidak mampu dipecah ke dalam tingkat yang lebih di bawah. Selain itu, data terkait dengan sanitasi kerapkali berada di database yang berbeda-beda, tersebar di berbagai sektor.

Untuk melengkapi data sekunder ini ada perangkat untuk memotret kondisi sanitasi dan perilaku masyarakat, yakni Survei Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment – EHRA). Studi EHRA pada dasarnya merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan data bagi pembangunan sanitasi yang harus menyesuaikan dengan kondisi wilayah setempat, sekaligus untuk memecah persoalan keterbatasan data.

EHRA dirancang untuk mendapatkan data yang representatif tentang deskripsi kondisi sanitasi tingkat kota dan kecamatan, sekaligus dapat dijadikan panduan dasar bagi pemahaman kondisi tingkat kelurahan. Perolehan data primer di tingkat kelurahan memiliki berbagai keuntungan, 1) pembangunan sanitasi dapat mengakomodasi perbedaan-perbedaan/ pengelompokkan-pengelompokkan yang muncul antar-kelurahan sehingga pendekatan/ model yang diterapkan dapat disesuaikan, 2) pembangunan sanitasi dapat memiliki benchmark (tolok ukur) yang dapat diuji oleh warga atau stakeholders di tingkat kelurahan yang dengan mudah mengobservasi pencapaian pembangunan.

Di sini secara tidak langsung, para pemangku kepentingan tingkat kelurahan termasuk warga telah dibekali dengan amunisi berupa data tentang kondisi lingkungan sendiri yang dapat digunakan dalam proses advokasi, baik ke tingkat lebih tinggi (kecamatan atau kota) maupun secara horizontal pada sesama warga atau stakeholders di tingkat kelurahan.

Melalui EHRA pula berbagai informasi-informasi dari indikator-indikator yang selama ini menjadi ”milik” sektor-sektor secara ”eksklusif” dijadikan satu set database sehingga analisis lanjutan seperti uji hubungan antara dua atau lebih variabel (semisal, perilaku cuci tangan dengan sabun dengan insiden diare) pada kasus terendah (antar-rumah tangga) dapat dimungkinkan.

Database yang lebih komprehensif ini sangat penting dalam proses mengubah paradigma pembangunan sanitasi yang semula sektoral menjadi pembangunan yang menekankan kolaborasi lintas sektor. Dengan adanya database bersama diharapkan semua pihak memiliki persepsi yang sama terhadap masalah sanitasi yang ada dan mengerti kontribusi yang diharapkan dari setiap pihak dalam rangka mencapai kondisi sanitasi kota yang lebih baik.

EHRA merupakan riset aplikatif yang diterapkan pada rumah tangga – rumah tangga di suatu kota yang bertujuan untuk mendapatkan deskripsi kondisi sanitasi suatu kota, baik dari aspek fisik/ bangunan mapun pengetahuan, sikap dan perilaku, yang berisiko terhadap kondisi kesehatan rumah tangga atau warga lainnya. Kondisi sanitasi yang dimaksud mencakup hal-hal seperti sumber air minum, pembuangan black dan grey water (tinja manusia dan dapur/ mandi), penanganan sampah rumah tangga, perilaku higinitas, dan bahasan mengenai risiko sanitasi, yakni insiden diare.

Di tingkat kota/kabupaten, data primer yang dikumpulkan riset EHRA dimanfaatkan sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota. Selain untuk merencanakan program pengembangan sanitasi di kota, data EHRA pun dimanfaatkan sebagai tolak ukur keberhasilan program sanitasi di tingkat kota.

Di tingkat nasional, dengan mengumpulkan dan mengompilasi data EHRA dari berbagai kota, EHRA dapat menjadi salah satu bahan pengambilan keputusan. Bahkan di tingkat kecamatan atau kelurahan, data EHRA dimanfaatkan sebagai salah satu bahan urun rembug dan pengambilan keputusan yang dapat berimplikasi pada warga setempat. Di sinilah pentingnya EHRA. Sudahkah kota Anda melakukannya?

sumber: http://www.sanitasi.or.id/

2 komentar:

  1. Survei EHRA merupakan survei yang sangat penting untuk mengetahui kondiri riel kualitas lingkungan dan sanitasi masyarakat. Informasi dari EHRA akan melengkapai data statistik yang disediakan oleh Pemerintah Kab/kota, dan diharapkan informasi ini dapat menjadi alat pengambilan keputusan Pemerintah Kab/Kota guna memperbaiki kondisi sanitasi dan kualitas lingkungan, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di perkampungan kumuh.

    BalasHapus