Apa jadinya sebuah perencanaan pembangunan tanpa disertai data-data yang  memadai? Tentu hasilnya akan jauh dari harapan. Demikian pula dalam hal  pembangunan sanitasi, perlu gambaran riil kondisi di lapangan agar  prioritas dan model pembangunan sanitasi tepat sesuai kondisi wilayah  setempat.
Selama ini ini pemerintah daerah sudah memiliki data  sekunder tentang kondisi sanitasi di wilayahnya. Namun data tersebut  bersifat terbatas.  Data terkait dengan sanitasi umumnya berada di  tingkat kota/kabupatan dan tidak mampu dipecah ke dalam tingkat yang  lebih di bawah. Selain itu, data terkait dengan sanitasi kerapkali  berada di database yang berbeda-beda, tersebar di berbagai sektor.
Untuk  melengkapi data sekunder ini ada perangkat untuk memotret kondisi  sanitasi dan perilaku masyarakat, yakni Survei Penilaian Risiko  Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment – EHRA).  Studi EHRA pada dasarnya merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan data  bagi pembangunan sanitasi yang harus menyesuaikan dengan kondisi wilayah  setempat, sekaligus untuk memecah persoalan keterbatasan data.
EHRA  dirancang untuk mendapatkan data yang representatif tentang deskripsi  kondisi sanitasi tingkat kota dan kecamatan, sekaligus dapat dijadikan  panduan dasar bagi pemahaman kondisi tingkat kelurahan. Perolehan data  primer di tingkat kelurahan memiliki berbagai keuntungan, 1) pembangunan  sanitasi dapat mengakomodasi perbedaan-perbedaan/  pengelompokkan-pengelompokkan yang muncul antar-kelurahan sehingga  pendekatan/ model yang diterapkan dapat disesuaikan, 2) pembangunan  sanitasi dapat memiliki benchmark (tolok ukur) yang dapat diuji oleh  warga atau stakeholders di tingkat kelurahan yang dengan mudah  mengobservasi pencapaian pembangunan.
Di sini secara tidak  langsung, para pemangku kepentingan tingkat kelurahan termasuk warga  telah dibekali dengan amunisi berupa data tentang kondisi lingkungan  sendiri yang dapat digunakan dalam proses advokasi, baik ke tingkat  lebih tinggi (kecamatan atau kota) maupun secara horizontal pada sesama  warga atau stakeholders di tingkat kelurahan.
Melalui EHRA pula  berbagai informasi-informasi dari indikator-indikator yang selama ini  menjadi ”milik” sektor-sektor secara ”eksklusif” dijadikan satu set  database sehingga analisis lanjutan seperti uji hubungan antara dua atau  lebih variabel (semisal, perilaku cuci tangan dengan sabun dengan  insiden diare) pada kasus terendah (antar-rumah tangga) dapat  dimungkinkan.
Database yang lebih komprehensif ini sangat penting  dalam proses mengubah paradigma pembangunan sanitasi yang semula  sektoral menjadi pembangunan yang menekankan kolaborasi lintas sektor.  Dengan adanya database bersama diharapkan semua pihak memiliki persepsi  yang sama terhadap masalah sanitasi yang ada dan mengerti kontribusi  yang diharapkan dari setiap pihak dalam rangka mencapai kondisi sanitasi  kota yang lebih baik.
EHRA merupakan riset aplikatif yang  diterapkan pada rumah tangga – rumah tangga di suatu kota yang bertujuan  untuk mendapatkan deskripsi kondisi sanitasi suatu kota, baik dari  aspek fisik/ bangunan mapun pengetahuan, sikap dan perilaku, yang  berisiko terhadap kondisi kesehatan rumah tangga atau warga lainnya.  Kondisi sanitasi yang dimaksud mencakup hal-hal seperti sumber air  minum, pembuangan black dan grey water (tinja manusia dan dapur/ mandi),  penanganan sampah rumah tangga, perilaku higinitas, dan bahasan  mengenai risiko sanitasi, yakni insiden diare.
Di tingkat  kota/kabupaten, data primer yang dikumpulkan riset EHRA dimanfaatkan  sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota. Selain  untuk merencanakan program pengembangan sanitasi di kota, data EHRA pun  dimanfaatkan sebagai tolak ukur  keberhasilan program sanitasi di  tingkat kota.
Di tingkat nasional, dengan mengumpulkan dan  mengompilasi data EHRA dari berbagai kota, EHRA dapat menjadi salah satu  bahan pengambilan keputusan. Bahkan di  tingkat kecamatan atau  kelurahan, data EHRA dimanfaatkan sebagai salah satu bahan urun rembug  dan pengambilan keputusan yang  dapat berimplikasi pada warga setempat.  Di sinilah pentingnya EHRA. Sudahkah kota Anda melakukannya?
sumber:  http://www.sanitasi.or.id/
Survei EHRA merupakan survei yang sangat penting untuk mengetahui kondiri riel kualitas lingkungan dan sanitasi masyarakat. Informasi dari EHRA akan melengkapai data statistik yang disediakan oleh Pemerintah Kab/kota, dan diharapkan informasi ini dapat menjadi alat pengambilan keputusan Pemerintah Kab/Kota guna memperbaiki kondisi sanitasi dan kualitas lingkungan, khususnya bagi masyarakat yang tinggal di perkampungan kumuh.
BalasHapusTerimakasih atas infonya
BalasHapus