Sabtu, 05 Juni 2010

PALANG MERAH, BULAN SABIT MERAH Sejarah panjang lambang kasih sayang di tengah-tengah kekerasan

Tahukah anda? Bahwa lambang Palang Merah dan Bulan Sabit Merah yang kini digunakan oleh organisasi penolong yang bersifat semesta dan disemua Negara merdeka pasti memilikinya, ternyata telah ada sebelum organisasi tersebut lahir.

Selama ini kita hanya tahu bahwa lambang Palang Merah atau Bulan Sabit Merah ada setelah seorang warga Swiss yang bernama Jean Henry Dunant membentuk organisasi penolong yang kini dikenal dengan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional.

Lambang Palang Merah atau Salib Merah sudah mulai digunakan oleh tim kesehatan angkatan perang pada saat pasukan Salib berhadapan dengan pasukan Muslim pada Perang Salib. Saat itu ordo Tempelier menggunakan lambang Salib Merah (bukan seperti lambang palang merah yang digunakan saat ini, tetapi betul-betul berbentuk salib/ panjang dibawah) diatas dasar warna putih. Ordo ini adalah tim kesehatan bagi Pasukan Salib yang sakit atau terluka.

Pada 1580, seorang warga Italia, Camillo de Lellis yang kebetulan adalah anggota militer Italia mendirikan suatu tim yang memberikan perawatan bagi korban yang terluka dan sakit pada Angkatan Bersenjata Italia. Tim ini bernama “Order of Samaritans”, dan berlambang Palang Merah diatas kain hitam serta menggunakan jubah hitam dengan lambang Palang Merah.
Di Swiss pada tahun 1847 berdiri sebuah organisasi bantuan, organisasi ini didirikan karena adanya ketegangan antar kelompok di Zurich. Tujuan dari didirikannya organisasi ini adalah untuk membantu staff medis angkatan bersenjata Swiss bila kekerasan terjadi. Anggota tim menggunakan ban lengan merah berlambang Palang Putih (diambil dari bendera Federal Swiss) di lengan kirinya sehingga membedakan tim kesehatan ini dengan kelompok yang lainnya (baik tentara maupun kelompok yang sedang bertikai).

Pada akhir bulan Juni tahun 1859 terjadi perang antara Italia yang dibantu Perancis melawan Austria, perang ini terjadi di suatu Desa di Italia bagian Utara yang bernama Solferino. Pada perang ini, Dunant terkesima akibat banyaknya korban perang yang tidak tertolong. Jumlah yang tewas akibat kurangnya perawatan adalah 100 kali dari korban yang tewas disaat perang terjadi. Ini terjadi karena banyaknya dokter dan perawat dari kedua belah pihak yang dibunuh atau ditawan oleh lawannya masing-masing. Sehingga begitu ia pulang ke Jenewa, ia segera menulis buku tentang idenya membentuk tim kesehatan yang membantu tim kesehatan militer dan dibentuk disaat damai. Organisasi ini harus di syahkan oleh pemerintahnya sebagai organisasi penolong yang membantu para korban perang. Tim ini harus diberi perlindungan dari tindakan kekerasan, penawanan dan penghambatan pelaksanaan tugas medis bagi para korban.

Dengan dukungan empat rekannya, Dunant berhasil meyakinkan pemerintah Swiss untuk mengadakan Konferensi Internasional guna membentuk organisasi penolong tersebut. Akhirnya pada tahun 1864 Konferensi tersebut terlaksana dengan diikuti oleh 16 negara dan semua Negara tersebut menyetujui untuk membentuk organisasi penolong bagi korban perang dan melindungi serta menghormati para anggotanya yang sedang bertugas. Perjanjian Internasional untuk menghormati dan melindungi personil medis yang bertugas di medan perang dikenal dengan Konvesi Jenewa 1864. Selain itu terbentuklah sebuah Komite Internasional dari Organisasi tersebut, organisasi ini bernama “Komite Internasional untuk Bantuan bagi para Tentara yang Cidera”. Komite ini saat ini dikenal dengan Komite Internasional Palang Merah.

Komite Internasional dan Organisasi Nasional (bersama-sama dengan unit kesehatan militer masing-masing negara) menggunakan lambang Palang Merah di atas Dasar Putih sebagai pengenal dan pembeda. Lambang Palang Merah diatas dasar Putih diambil sebagai penghormatan terhadap negara Swiss, karena di negara inilah organisasi itu lahir atas ide lima orang warga Swiss.

Organisasi Penolong hadir di Indonesia pertama kali pada tahun 21 Oktober 1873 - dengan lambang Palang Merah – yaitu dengan dibentuknya Palang Merah Belanda Cabang Hindia Belanda (NERKAI – Nederlands Rode Kruis Afdeling Indie). Pada tahun 1932 Dua orang dokter Indonesia, dr. Bahder Djohan dan dr. RCL. Sendoek mengusulkan dibentuknya Organisasi Penolong yang dikelola oleh bangsa Indonesia namun tidak disetujui, sampai akhirnya Indonesia merdeka dan dibentuklah Palang Merah Indonesia (PMI) pada 17 September 1945.

***

Lambang Bulan Sabit Merah sebagai lambang kesehatan yang mendampingi dan membantu angkatan perang yang terluka atau sakit memiliki sedikit coretan sejarah, sehingga sulit untuk ditelusuri. Namun dari literatur yang terbatas dapat diperoleh catatan sejarah bahwa lambang inipun sudah ada sejak sebelum organisasi cetusan Dunant lahir.

Bulan Sabit Merah sebagai organisasi kemanusiaan dan bagian dari Gerakan Palang Merah dan Bulan sabit Merah Internasional diperkenalkan kembali oleh Khalifah Turki Utsmani pada tahun 1876, yaitu disaat Turki berperang melawan Kekaisaran Rusia. Pada saat itu organisasi penolong Turki dan pemerintah Turki melansir kepada masyarakat internasional bahwa mereka tidak menggunakan lambang Palang Merah untuk organisasi penolong dan tim kesehatan militernya. Alasannya adalah, akan melukai nurani dan agama para tentara Turki yang mayoritas Islam bila menggunakan lambang Palang untuk tim kesehatan. Namun begitu pihak militer dan pemerintah Turki akan tetap menghormati dan melindungi tim kesehatan Rusia yang menggunakan lambang Palang Merah. Komite Internasional Palang Merah mengungkapkan bahwa Pemerintah dan tentara Turki tetap menghormati dan melindungi tim kesehatan Rusia dan Negara lain walaupun mereka menggunakan lambang Palang Merah.

Walaupun organisasi ini diangkat kembali oleh Turki pada tahun 1876, sebenarnya Perhimpunan Nasional Turki telah berdiri pada tahun 1868. atau empat tahun setelah Komite Internasional untuk Bantuan bagi para Tentara yang Cidera dibentuk. Turki telah ikut menandatangani Konvensi Jenewa 1864 yang kemudian disusul dengan dibentuknya Perhimpunan Nasional Turki.

Menurut dr. Su’dan dalam bukunya yang berjudul Al Qur’an dan Kesehatan Masyarakat, lambang Bulan Sabit sebagai lambang kesehatan telah lama digunakan di kalangan Islam.
Bulan Sabit Merah sebagai lambang kesehatan telah digunakan di Indonesia, yaitu pada masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dimana pada saat itu organisasi Muhammadiyah telah menggunakannya. Pada awal abad 21 ini telah hadir dua organisasi yang menggunakan lambang Bulan Sabit Merah sebagai lambang organisasinya, yaitu MER-C (Medical Emergency and Rescue Committee) dan BSMI (Bulan Sabit Merah Indonesia). Itulah perjalanan lambang kasih sayang di tengah-tengah kekerasan, dua buah lambang kasih sayang namun satu lambang yang direpresentasikan yaitu kasih sayang bagi semua umat.

Tulisan ini telah dimuat di majalah Insani Islamic Digest Edisi 42 bulan Oktober 2005. Tulisan ini belum di edit seperti yang dimuat di majalah Insani Digest Edisi 42/ ktober 2005.

1 komentar: