I. KELAHIRAN ISLAM DI INDONESIA (ABAD VII – XVIII)
Pada mulanya Islam masuk ke Indonesia adalah dari jalur perdagangan, dimana
sepanjang pesisir pulau Sumatera waktu itu telah banyak di kunjungi oleh pedagang Arab,India dan Tiong Hoa. Mereka adalah para pedagang Muslim, maka selain hubungan
perdagangan, perkawinan, kebudayaan juga tentunya terjalin hubungan Da’wah Islam.
Perhubungan dagang mendatangkan kemakmuran dan selanjutnya perkembangan sosial
budaya. Mulailah terbentuk kelompok-kelompok orang Islam, tentulah secara kecil-kecilan dan terserak. Namun sebelumnya, Nusantara kita terutama Sumatera juga menjadi jalur hubungan perkembangan Agama Hindu dan Budha antara India dan Tiong Hoa. Sumatera dan Malaya (kini Malaysia) merupakan daerah persinggahan penganjur-penganjur Hindu dan Budha, lalu menyusul pulau Jawa yang juga menjadi daerah subur Agama.
Masyarakat Islam mulai terbentuk di beberapa tempat, terutama daerah pantai kemudian tersebar ke setiap pelosok. Kondisi Islam yang membudaya dalam kehidupan
bangsa Indonesia, akhirnya melahirkan kerajaan Islam yang kuat dan sentausa di Pase (Aceh) yang bernama Samudra Pasai pada abad X sampai abad XIV (1444 M). Di masa-masa
kerajaan ini , sementara itu di Timur Tengah sedang berkecamuk Perang Salib, salah satu tokohnya dari pihak Islam yang paling menonjol dan paling digandrungi Umat Islam ialah Sultan Salahuddin Al Ayyubi telah bermadzhabkan Safi’iyyah (Ahlussunnah Wal Jama’ah) telah mampu mempersatukan kembali kekuatan Umat Islam di Timur Tengah terutama di daerah Baghdadh yang ditandai oleh penyelenggaraan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang tujuannya adalah membangkitkan ghiroh yang mana kondisi Umat Islam pada saat itu nampak melemah daya juang dan kesatuannya.
Pembaharuan ini membawa pengaruh kuat kemana-mana termasuk ke Indonesia sendiri, dimana kerajaan Pasai dan kerajaan sesudahnya seperti : Perlak, Demak, Mataram,
Kalimantan, Sulawesi dan Maluku hingga kerajaan-kerajaan kecil sesudahnya, semua
mengikuti pola-pola kerajaan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi di Baghdadh (Timur Tengah).
TAHUN 1399 M
Pulau Jawa bahkan seluruh Nusantara telah di kuasai oleh kerajaan Majapahit (1292 –
1525 M) yang dasar negara dan masyarakatnya beragama Hindu dan Budha. Namun kerajaan
ini mengalami kemunduran sepeninggalan Patihnya yang bernama Gajah Mada, yang semasa
hidup dan kejayaannya pernah juga menaklukkan kerajaan Pasai namun gagal, malah kerajaan di Aceh ini tak pernah dikalahkan, maka perkembangan Islam pun berjalan terus yang kelanjutannya pada tahun ini Islam mulai masuk ke pulau Jawa daerah Timur dengan hadirnya seorang Ulama yang berkebangsaan Arab yang juga sebelumnya menetap di Pasai yang bernama Maulana Malik Ibrahim. Beliaulah Ulama dan Mubaligh pertama di Pulau Jawa tepatnya di Gresik dan beliau menetap selama 20 tahun dan juga orang menyebutnya sebagai Wali yang kemudian di ikuti oleh delapan tokoh lainnya hingga terkenal dengan julukan Wali Songo (9 Wali).
Didalam perkembangan syi’arnya Wali Songo berpolakan ‘evolusi’ (berubah setahap
demi setahap) seni budaya Hindu dan Budha tidak diusik melainkan disuntikan te engahtengah budaya yang ada. Memang luwes dan mendapatkan sambutan yang terbuka dari
masyarakat. Namun dampak negatifnya pertumbuhan Bid’ah dan Khurafat tumbuh subur
dewasa itu hingga dewasa kini. Misi dan pergerakan Islam yang berhaluan Wali Songo
terakhir dibawa oleh Kyai Mojo seorang Ulama dan tokoh masyarakat Jawa Tengah, beliau punya murid yang utama bernama Pangeran Diponegoro. Berbaurnya Risalah Islam dengan seni budaya Hindu dan Budha dapatlah dimaklumi karena masuknya Islam pertama kali ke bumi Nusantara (Indonesia) oleh para pedagang yang merangkap sebagai Mubaligh atau bisa saja Mubaligh-mubaligh yang merangkap pedagang. Namun tetap kemurnian Islam dalam hal penyampaiannya harus oleh Ulama Islam yang sebenar-benarnya dan seutuhnya, sebagaimana oleh Rasullullah SAW, Ulama itu dinobatkan sebagai Warasatul An-biyya.
TAHUN 1642
Berkecamuknya Revolusi industri di dunia mendorong tiap-tiap negara-negara maju
untuk mencari lahan pemasaran dan juga sumber bahan-bahan baku industri serta beberapa kebutuhan hidup yang tidak terdapat pada negaranya, maka tatkala di Indonesia apa yang diharapkan dalam skala yang melimpah ruah sehingga kepulauan Indonesia menjadi ajang perebutan oleh negara-negara yang sedang memperluas wilayah pemasarannya. Pada akhirnya Negara Belandalah yang dapat menguasai kepulauan Indonesia khususnya. Hal ini ditandai dengan lahirnya VOC tahun 1642; untuk memperlancar atau mempermudahkan expansi mereka, maka merekapun mengirim para ahli untuk menyelidiki ideologi, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan Agama.
TAHUN 1825 - 1830
Terjadi pemberontakan kepada Belanda pada waktu itu yang telah mampu menjajah bumi Nusantara (Indonesia) bercokol selama 350 tahun dan berakhirnya tahun 1942, dengan
peristiwa pendudukan Jepang di bumi Nusantara. Peristiwa ini merupakan suatu Pergerakan keagamaan yaitu, Agama Islam yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro di daerah Jawa Tengah. Ini suatu tanda perkembangan yang terjadi dari umumnya bangsa Indonesia itu punya watak ‘nrimo’. Dimana Pangeran Diponegoro memimpin pergerakan ini dengan suatu sistematika perjuangan dengan penataan umat dalam formasi shaf kemiliteran, peperangan yang dikobarkan itu ialah sebagai bukti kemajuan dalam faham Islamismenya. Berakhirnya pergerakan Pangeran Diponegoro, pada saat itu Islam dalam keadaan tenggelam pada masyarakat pada umum di bumi Nusantara dan di Pulau Jawa pada khususnya. Walaupun misi Wali Songo boleh dikata sudah berakhir namun ajatran Islam yang sudah cukup memasyarakat, mampu memberikan suatu peluang terbuka berkomunikasi antara bangsa Indonesia dengan Timur Tengah. Hal ini terjadi pada masa-masa Umroh Haji ke tanah Suci Mekah. Dan dari sinilah awal mula Risalah Islam yang seutuhnya akan tersebar di bumi Nusantara Indonesia, para Ulama Indonesia dapat bertemu langsung dengan para Ulama di pusat-pusat penyebaran Islam dan terjadilah Ta’lim yang sesungguhnya dan seutuhnya dari ajaran Islam yang disampaikan oleh para Ulama-ulama terkemuka sebagai para pewaris para Nabi, sumber yang bersih dari bid’ah dan khurafat.
TAHUN 1880 - 1888
Terjadi pemberontakan petani di Banten yang diprakarsai oleh Ulama besar yang bernama KH Abdul Karim, beliau punya tiga orang murid yang pelopor pergerakan tersebut. Mereka itu adalah :
1. Imam Nawawi Banten;
2. Ki Muhtar Natanagara/Muhtar Bogor;
3. Ki Muhyidin.
KH Abdul Karim seorang Ulama yang kerap kali ke Timur Tengah yang hingga wafatnya pun dimakamkan di Negara Mesir (Ma’la). Beliau pernah bersumpah bahwa dia tidak akan pernah menginjak tanah Banten lagi sebelum disana tegak sebuah negara Islam
dihadapan muridnya. Ini sebagai suatu cetusan awal untuk berdirinya Negara Islam Indonesia(NII). Setelah bersumpah begitu KH Abdul Karim menetap di Arab Saudi dan pergerakan dipimpin oleh Imam Nawawi Banten. Semasa pergerakan ini sekitar tahun 1888 dan orang-orang sisa pergerakan ini berjumlah 94 orang oleh Pemerintah Belanda diasingkan secara terpisah satu sama lainnya ke seluruh pelosok Indonesia. Pada hakekatnya pembuangan secara begitu merupakan penyemaian bagi benih untuk tersebar merata ke mana-mana. Skenario Allah pula yang mengaturnya. Dari sini belumlah ada lagi pergerakan yang dapat dihitung sebagai poin dalam sejarah Islam di Indonesia. Walaupun demikian ke-94 orang yang diasingkan tadi diibaratkan api dalam sekam yang pada suatu saat nanti diserukan suatu ajakan maka bakalan terjadi gayung bersambut dari masyarakat yang telah terwarnai mereka terhadap para penyeru yang datang kemudian (namun masih segenerasi atau generasi yang dekat dengan mereka)
II. PERTUMBUHAN ISLAM (1905 - 1917),
16 OKTOBER 1905 SDI (syarikat Dagang Islam) lahir di Solo, didirikan oleh KH Samanhudi yang dibantu oleh KH Asmodimejo, M Kertoteruno dan KH Abdul Rojak. Motif utamanya adalah : Memerangi diskriminasi yang tajam yang sengaja dilakukan oleh para bangsawan terhadap kaum dhu’afa. Sangat menonjolnya sikap angkuh dan superioritas para pedagang Cina yang memang memonopoli perekonomian Indonesia di bawah naungan tiran/Thaghut Belanda. Partai ini eksisnya nampak masih sangat kaku, karena pergerakannya masih berfokus pada perdagangan batik. Hal ini sangat disadari oleh KH Samanhudi, maka beliau mengadakan konsolidasi dengan para pemuka masyarakat dan Ulama-ulamanya, yang akhirnya beliau bertemu dengan seorang yang kharismatik yaitu Bapak HOS Cokroaminoto di Surabaya. Menurut kabar bahwa KH Samanhudi banyak menyerap pola pikir Ulama besar bernama Mohammad Abduh, seorang pemikir Islam yang ahli dibidang Tauhid. Sedangkan Bapak Cokroaminoto banyak menyerap pemahaman Jamaluddin Al-Afghani, seorang bangsa Afghan yang sukses memulihkan ketata-negaraan yang oleh penguasa sebelumnya telah menjadi negara sekuler. Bahkan beliau mampu mengembalikan Pemerintahan Timur Tengah pada umumnya dari ambang pintu kehancuran lantaran faham sekuler yang mengkoyak-koyak tatanan Pemerintahan Islam. Jadi Jamaluddin Al-Afghani-lah yang telah menggagalkan program musuh-musuh Islam di Timur Tengah. Mengembalikan Timur Tengah kepada persatuan dan Ke-Islaman-nya. Beliau pencetus Pan Islamisme. Pertemuan kedua tokoh tadi sekitar Bulan Mei 1912, membicarakan kemungkinan-kemungkinan perkembangan yang lebih pesat. Kepercayaan mulai penuh terpegang oleh HOS Cokroaminoto, kemudian beliau mengadakan perubahan yang diawali dari nama, yaitu nama Syarikat Dagang Islam menjadi Syarikat Islam. Walaupun hanya menghilangkan satu kata namun hasilnya sangat memberikan pengaruh hebat. Dan tersusunlah anggaran dasar yang pertama yang dirumuskan oleh Raden MasTirtosudiro pada tanggal 11 November 1912 (Pimpinan SI cabang Bogor).
Tujuan organisasi ini dalam anggaran dasarnya disebutkan “Akan berikhtiar, supaya anggotaanggotanya satu sama lain bergaul seperti semula, supaya timbullah kerukunan dan tolong menolong satu sama lain antara sekalian kaum Muslimin. Dan lagi dengan segala upaya yang halal dan tidak menyalahi wet-wet negeri (Surakarta) dan wet-wet Goverment; Berikhtiar mengangkat derajat rakyat agar menimbulkan kemakmuran, kesejahteraan dan kebesaran negeri”.
MEI 1908
Di Batavia berdiri sebuah organisasi sekuler yang bernama Budi Utomo yang didirikan oleh Dr. Sutomo yang para anggotanya adalah kaum intelek didikan Belanda.
Mereka adalah para priyayi dan karena kepriyayiannya maka Budi Utomo dijadikan Tempat bergengsi yang Dr. Sutomo sendiri tidak menginginkannya, maka Dr. Sutomo keluar dari organisasi ini kemudian mendirikan Studi Club yang nantinya menjadi PARINDRA (Partai Indonesia Raya). Organisasi ini sangat bersifat lokal tidak halnya seperti SI, namun mungkin dengan organisasi kaum pribumi didikan Eropa ini dijadikan sebagai tonggak awal dari Nasionalisme, maka kelahiran Budi Utomo ini dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.
Dr. Sutomo membenci SI lantaran ajaran Islamnya yang mengajarkan beberapa hal yang tidak
relevan dengan pemikiran dia sendiri seperti poligami, yang karena membencinya sampai menghina Nabi Muhammad lewat artikel karya tulis yang dimuat di surat kabar. Reaksi dari umat Islam terutama dari SI sangat tajam, maka Dr. Sutomo menarik kembali artikelnya dan menyiarkan lewat surat kabar permohonan maafnya kepada umat Islam dan khususnya kepada SI. Menjelang akhir 1912 SI pernah dibekukan namun tak lama kemudian diizinkan dengan syarat agar Anggaran Dasarnya dirubah. Hal ini diindahkan namum perubahan Anggaran Dasar yang disusun oleh HOS Cokroaminoto lebih membahayakan namun karena dipolitisir sedemikian rupa maka Pemerintah Belanda tidak berani mengusiknya. Pada awal perubahan nama (SDI – SI) sudah nampak percaturannya pada arena perpolotikan, namun sebagai dampaknya ada tokoh-tokohnya yang tidak setuju dan pada kelanjutannya terjadi terulur benang dari kain, mengundurkan diri dari arena yang ada dan mendirikan perkumpulan sesuai dengan aspirasi pribadinya masing-masing.
NOVEMBER 1912
KH Ahmad Dahlan memindahkan diri dari SI dan mendirikan Muhammadiyah, suatu yayasan sosial dan Pendidikan Islam. Tokoh ini adalah seorang Ulama yang berhaluan Madzhab Wahabi. Faham yang berorientasi pada Salafiyah/Reformis yang anti taklid buta dan
menentang bermadzhab. Jadi arahan Muhammadiyah ini menitik beratkan pada masalah
Furu’iyyah. Dapatlah kita menilai eksisnya ini pada tujuan dan latar belakang.
TUJUAN :
1. Memajukan serta menggembirakan pelajaran dan pengajaran Agama Islam dalam
kalangan sekutu-sekutunya.
2. Memajukan serta menggembirakan hidup sepanjang kemajuan -kemajuan Islam
dalam kalangan sekutu-sekutunya
LATAR BELAKANG :
1. Suasana kehidupan agama yang masih berbaur dengan syirik dan bid’ah khurafat.
2. Kondisi ekonomi Islam lemah.
3. Tak ada ukhuwah Islamiyah di kalangan umat Islam.
4. Adanya misi Zending dari Belanda.
Yayasan atau boleh juga kalau mau dikatakan organisasi Muhammmadiyah ini
berpusat di Yogyakarta. Partai ini meminta pengesahan kepada Gubernur Jendral Belanda pada tanggal 20 Desember 1912 dan baru dikabulkan pada tanggal 22 Agustus 1914.
JANUARI 1913
Kongres pertama SI pada kongres inilah Bapak HOS Cokroaminoto memulai
debutnya pada bidang perpolitikan. Pada kesempatan di mimbar beliau berkata : ”Dengan kongres ini, itu adalah pertanda bukti daripada kebangkitan hati Rakyat Indonesia yang dipandang orang sebagai seperempat manusia … bahwa apabila suatu rakyat telah bangun dari tidurnya, tak sesuatupun dapat dihalangi geraknya … bahwa kelahiran SI, semata-mata Kodrat Allah Ta’Ala belaka bahwa Umat Islam Indonesia harus bersatu dalam ikatan Agamanya.”
TAHUN 1914
Melihat perkembangan SI yang sedemikian berpengaruhnya pada masyarakat Islam
khususnya di Jawa, maka Belanda merasa sangat khawatir, maka dibentuklah utuk menyaingi SI suatu Partai Demokrasi Sosial yang bernama ISDV Indische Sosial Demokrat Voolskrad). Belanda mengadakan rujukan antara faham Sosialisme SI dengan faham Sosialisme Komunis Rusia; ISDV dengan kader-kadernya: Sneevlit, Adolf Boors,
Dowwes Dekker, Van Burring, Breman
Upaya Belanda yang semacam ini kurang membawa hasil apalagi pada tahun ini SI
mengadakan kongres menetapkan Anggaran Dasar dan pemilihan central commite yang jatuh pada Bapak Hos Cokroaminoto. SI yang sudah menyebar ke berbagai pelosok sehingga setiap desa dibagi menjadi (3) Wilayah Besar :
- Jawa, Sumatra dipimpin oleh Gunawan di Bandung
- Jateng, Kaltim dipimpin oleh KH Samanhudi di Solo
- Jatim, Sulawesi, Timor -Timur, NTT dan Irian Jaya di pimpin oleh Bapak Hos
Cokroamonoto
Dibagi kedalam 86 cabang dan kongres ini telah didata anggota kurang lebih 360.000
orang.
TAHUN 1917 – 1942
(Juni 1916) Kongres yang ketiga kalinya, tapi ini sebenarnya kongres yang pertama
dari central SI atau NATIKO I (National Kongres ke-I). Pada waktu itu telah terdata sekitar 2.000.000 orang anggota yang tersebar pada 135 cabang di seluruh Indonesia.
(Juni 1917) Kongres National II dilaksanakan di Jakarta. Dalam kongres ini dibicarakan soal yang menyangkut masyarakat baik politik maupun sosial. Dalam usahanya untuk mencapai tujuan disepakatilah langkah penetapan program atas dan program tandhim sbb :
Program Azas :
1. Persatuan umat (ke dalam dan antara).
2. Kemerdekaan umat
3. Sifat Pemerintahan
4. Ekonomi Umat
5. Kesamaan derajat
6. Kemerdekaan sejati (maksudnya NII)
Program Tandhim : 1. Sebersih-bersih Tauhid
2. Ilmu pengetahuan. (setinggi-tinggi ilmu )
3. Siyasah. (sepandai-pandai siasat )
Program Tandhim ini dinamakan juga TRILOGI SI.
III. PERKEMBANGAN ISLAM (TAHUN 1917 - 1934)
Sekitar tahun 1917 terjadi revolusi di Rusia yang mengakibatkan suhu politik dunia
memanas. Maka Belanda dalam rangka menghindarkan pemanfaatan kondisi pergerakan Islam Indonesia atau dalam rangka stabilitas Nasional didirikanlah suatu badan pertahanan yang bernama “volskraad” yang pertama kali dibuka pada tanggal 18 Mei 1918. Rancangan volskraad ini diterima keberadaannya oleh SI dan Bapak Hos Cokroaminoto pun ikut hadir di dalamnya, hal ini bukanlah tanpa rencana dan juga sesuai dengan kesepakatan dari tokoh-tokoh SI lainnya. Kehadiran SI di volskraad adalah suatu realisasi dari program tandhim point ke-3, yaitu siyasah, terbukti sikap SI berupaya beberapa bulan saja berada di volskraad sudah menuntut adanya pemerintahan sendiri dengan alasan sesuai dengan keputusan Ratu tanggal 23 juli 1903 di Den Haag Belanda.
Pada Kongres Nasional III Bapak Hos Cokroaminoto mengatakan jika Pemerintah tidak hendak mengindahkan segala tuntutan di dalam waktu 5 tahun maka SI sendiri kelak
yang akan melakukannya. Dari kejeniusan berpolitik inilah Bapak Hos Cokroaminoto dijuluki oleh Belanda dengan julukan “de Aanstaan de Koning Japanes” (Rajanya orang Jawa yang tak bermahkota).
TAHUN 1917 - 1918
Bapak Hos Cokroaminoto menunaikan ibadah Haji. Pada tahun inilah beliau menjadi
Bapak Haji Oemar Said Cokroaminoto yang selanjutnya dari sini beliau sering mengadakan lawatan ke luar negeri mengadakan konsolidasi untuk kesinambungan perjuangan. Maka tercetuslah “Pan Islamisme” dengan tahapan : Kemerdekaan Indonesia, Kemerdekaan Islam, Kemerdekaan Dunia Islam. Untuk kepentingan ini Bapak Hos Cokroaminoto yang nantinya memiliki kader-kader yang progresif : Abi Kusno/Samaun, Sukarno, SM Kartosoewirjo
TAHUN 1920
Melihat gerak langkah Bapak Hos Cokroaminoto yang semakin lama semakin pesat dan membahayakan, maka Belanda setelah tidak berhasil mengendalikan Bapak Hos Cokroaminoto lewat volskraad-nya, kemudian memfitnah beliau dengan tuduhan memberikan sumpah palsu kepada suatu peristiwa. Akibatnya beliau dipenjarakan ± 1 tahun. Sementara beliau dipenjara, Samaun pimpinan SI cabang Semarang terpengaruhi faham Marxis. Seringlah terjadi perdebatan yang sengit antara Samaun dan H. Agus Salim pengganti sementara di SI selama Bapak Hos Cokroaminoto uzur. Dalam Kongres Nasional IV disepakati untuk adanya disiplin Partai yaitu tiap-tiap anggota SI tidak memiliki 2 aliansi. Maka Samaun pun terkena disiplin Partai. Maka terbendunglah rencana PKI untuk memerahkan SI apalagi setelah keluarnya Bapak Hos Cokroaminoto dari penjara yang dengan kharismanya dapat memulihkan kerancuan dan perpecahan dikalangan SI.
TAHUN 1921
Samaun mengadakan Kongresnya yang pertama di Semarang, hasil Kongres ini mengangkat Lenin sebagai pimpinan dan diproklamasikannya Partai Komunis Hindia. sebagai transpormasi dari ISDV serta dijadikannya SI cabang Semarang menjadi SI merah.
TAHUN 1923
Diadakan Kongres di Madiun memutuskan tentang perobahan baru pada arahannya,dimana sentral SI diputuskan untuk diubah menjadi Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).
Resmilah kini golongan Islam mempunyai wadah sebagai alat perjuangan. Dan juga dalam
Kongres ini diputuskan mengenai pengukuhan disiplin partai. Misi PKI benar-benar merasa terpotong, maka mereka mengambil sikap balasan dengan mengadakan Kongresnya di Bandung pada tanggal 4 Maret 1923. Yang dihadiri 14 cabang PKI dan 14 cabang SI merah.Disisi lain terjadi pendirian Persis oleh A. Hasan di bantu oleh M. Natsir, dengan ketuanya B.Zamzam dan HM Yunus. Sebenarnya A Hasan ini adalah andalan Bapak Hos Cokroaminoto didalam Syari’ah baik teori maupun praktis. dimana keberadaan A Hasan sendiri pada waktu itu dalam kondisi buron. Maka dalam mendampingi Bapak Hos Cokroaminoto tidak banyak orang tahu setelah diketuai, maka A.Hasan dipaksa untk berada pada posisi yang mudah diawasi dengan mendirikan yayasan / organisasi formal, sehingga dapat dilihat jelas arahan Persis ini juga hanya berorientasi pada bidang Ubudiyyah dan teori-teori Syari’ah yang banyak mengetengahkan logika. Semenjak keluarnya KH Ahmad Dahlan dari PSII, maka PSII telah dikembangkan oleh Bapak Hos Cokroaminoto. (QS. 30 :31-32), tentang status masyri bagi yang memecah belah Islam menjadi beberapa golongan yang masing-masing merasa bangga dengan golongan nya masing-masing.
TAHUN 1925
SI merencanakan pertemuan antara ulama seluruh Nusantara mengingat adanya pemisahan diri beberapa tokoh yang kurang/tidak setuju dengan prinsif PSII, maka disebarkan
undangan kepada orang Islam yang berkompeten diseluruh Indonesia berikut kepada duta SI di Arab Saudi, yaitu KH Hasyim Asy’ari, namun ternyata surat undangan tersebut tersensor Belanda malahan diubah isinya yang tadinya mengadakan undangan kepada para ulama untuk membicarakan persatuan umat, menjadi bahwa akan terjadi pembunuhan para ulama yang tidak mau komitmen kepada PSII. Akibatnya sangat falat , apalagi KH Hasyim Asy’ari adalah Pimpinan pondok Pesantran Tebu ireng di Jombang Jatim. Maka sesudah menerima surat, ia kembali ke Indonesia dan langsung ke sana bukannya datang ke SI untuk laporan mentabayyun sesuai dengan tugas dan haqnya.
Sesampainya di Tebu Ireng Belanda pun telah menyiapkan skenario selanjutnya yaitu
KH Hasyim Asy’ari diperintahkan oleh Pemerintah untuk mendirikan suatu perkumpulan agar terjadinya persatuan dan pembaharuah yang bernama Nedherland Organization (NO). Jadi pada mulanya NU adalah golongan yang berada dibawah ketiak thagut.
TAHUN 1926
Untuk kelanjutannya para tokoh Pesantren Tebu Ireng mengadakan rembukan untuk
membentuk suatu wadah yang sesuai dengan inspirasi mereka dan juga sesuai dengan situasi dan kondisinya serta telah terasa tekanan kepada mereka dengan semakin tersebarnya faham wahabi yang jelas-jelas bertentangan faham dengan fahamnya Ahlusunnah wal jama’ah yang mereka yakini. Maka lahirlah pergerakan kebangkitan ulama dengan nama Nahdatul ulama (N=Nahdiyyun =kebangkitan ulama).
TAHUN 1927
Sukarno dikeluarkan dari SI dan mendirikan PNI (Partai Nasional Indonesia), faktor
penyebabnya : Sukarno pernah diketahui oleh Bapak Hos Cokroaminoto yang membuat karya tulis curahan hati dan cita-citanya, setelah dianalisa ternyata karya tulisannya itu tentang Komunisme. Waktu diperintahkan dibatalkan niatnya oleh Bapak Hos Cokroaminoto, malah ia tetap menyatakan pada pendiriannya. Sewaktu partai membicarakan tentang azas yang mendasari negara bila merdeka ternyata Sukarno bersikeras pada pendiriannya yang menyatakan bahwa Dasar Negara harus Nasionalisme. Maka PSII memutuskan untuk menjatuhkan ketetapan disiplin partai maka Sukarno dikeluarkan dari partai. Kelahiran Islam dipanggung politik cukup menonjol, namun usianya tidak seberapa lama hanya 1 tahun untuk selanjutnya didirikan PNI (Pendidikan Nasional Indonesia) oleh Moh. Hatta. Inipun tetap gaya Barat corak Nasionalisme.
TAHUN 1930
Bapak SM Kartosuwiryo semakin aktif di PSII dan mempunyai peranan penting sebagai dokumen hidup yaitu menjadi sekjen PSII. Pada tahun ini pula beliau menikah dengan
Ibu Dewi Siti Kulsum (wiwi).
TAHUN 1933
Majlis Tandhim ke 22 menetapkan sikap Hijrah kepada faham partai, (QS. 2 : 218),
terjadi penolakan pemahaman ini pada Wali Al-Fattah. Yang akhirnya mereka terkena disilpin partai. Selanjutnya kedua orang ini mendirikan PARTII (Partai Islam Indonesia)
TAHUN 1934
Tanggal 17 Desember 1934 bertepatan dengan Bulan Ramadhan, tokoh utama Bapak
Hos Cokroaminoto wafat pada usia 52 tahun.
IV. PERGOLAKAN UMAT ISLAM (1934 - 1940)
Tahun 1934 Sepeninggalan ketua utama PSII maka kepemimpinan jatuh pada adik
almarhum sendiri yaitu Abi Kusno Cokrosuyoso dan wakil ketuanya adalah Bapak
SMKartosuwiryo.
TAHUN 1936
PSII dengan pimpinan baru mengadakan Kongres/ Majlis Tandhim ke 23, dimana
syuro’ PSII menetapkan dan menugaskan Bapak SM Kartosuwiryo untuk menyusun brosur
Hijrah. Setelah tersusun sebanyak 2 jilid maka PSII menetapkan brosur tersebut sebagai konsep partai namun akibatnya terjadi pro dan kontra akan konsep partai yang baru. Karena konsep tersebut jelas menggariskan sikap non koopertif yang radikal. Tanggal 28 November 1936 berdiri BPPSII (Badan Penyadar PSII) yang dipelopori oleh H Agus Salim dan Moh Room yang menganggap konsep hijrah adalah suatu gila gilaan. Masih tahun ini, SI cabang Padang juga memisahkan diri dan menamakan diri PSII jangkar Pimpinan H Umar Din. Melihat kegoncangan sebagai reaksi dari konsep Hijrah, maka Abi Kusno mengadakan pemantauan ulang terhadap Konsep tersebut yang akhirnya dia
menyatakan pembatalan konsep hijrah sebagai konsep partai. Namun Bapak SM
Kartosuwiryo berdiri di satu pihak untuk tetap mempertahankan konsep hijrah yang sudah
jelas kebenarannya dan juga merupakan kelanjutan dari ide almarhum Bapak Hos
Cokroaminoto. Karena gigihnya Bapak SM Kartosuwiryo mempertahankan konsep ini
resikonya beliau terkena disiplin partai. Pada hakekatnya Abi Kusnolah yang keluar dari PSII
karena ia telah menyeleweng dari azas perjuangan yang ada dan selanjutnya Abi Kusno
membawa PSII ke arah parlementer
TAHUN 1937
Belanda memperalat NU dan Muhammadiyyah untuk mengendalikan Partai Islam di
Indonesia dengan diselenggarakannya Majelis Ulama Islam A’la Indonesia (MIAI). Dalam
prinsipnya mereka mengatakan non politik. Partai ini diketuai oleh KH Abdul Wahid
Hasyim. Istilah ‘Ala yang dipakai pada partai ini menunjukan sebagai yang
tertinggi/menaungi namun pada kenyataannya adalah tidak demikian. Dapatlah kita mengkaji
ucapan KH Agus Salim ketua BPPSII sebagai berikut :”untuk kita masih ngeri rasanya akan
termasuk dalam satu badan yang menamakan dirinya Tertinggi/ ‘Ala, sedang kita masih
mengetahui diri kita meranggkak di bawah ditegah-tengah rakyat yang sedikitpun tidak
mempunyai kekuasaan di daulah Agamanya. Tidak berkuasa ataus Masjidnya, atas angkatan
iman dan umatnya, atas hukum nikah dan hukum warisnya.
TAHUN 1938
Sukiman setelah dipecat dari PSII sempat masuk kembali dengan syarat membubarkan
PARTII, namun pada tanggal 4 Desember 1938 kembali dikeluarkan kemudian Sukiman
mendirikan Partai Islam Indonesia (PII) dan diangkatlah Raden Wiwoho sebagai ketuanya (ex
ketua Jong Islamiten Bond). Raden Wiwoho diangkat ketua karena namanya masih bersih
dari persengketaan dan pernah di Volskraad menjadikan bertaraf nasional walaupun usianya
masih reltif muda.
TAHUN 1939
Lahir sebuah Federasi yang bernama GAPPI (Gabungan Partaip-Partai Politik
Indonesia), anggotanya antara lain :
PSII parlementer (Abi Kusno)
Parindra (Sukarjo W)
Gerindo (Mr. Amir Syarifuddin)
Pasundan (Atik Suardi)
Partai Khatholik (Kasimo)
PII (Sukiman)
Dr Suiman memimpin GAPPI dengan topiknya ”menuntut Indonesia berparlementer”.
Karena Volskraad selaku Dewan Rakyat terlalu banyak menguntungkan Belanda. Melihat
demikian Bapak SM Kartosuwiryo setelah mengadakan konsolidasi dengan orang-orang PSII
9
yang masih mau konsekwen mendirikan Komite Pertahanan Kebenaran PSII (KPK-PSII).
V. EMBRIO DAULAH ISLAMIYYAH (Tahun 1940 - 1945)
MARET 1940
Dalam rangka merealisasikan itikad sucinya Bapak SM Kartosuwiryo hijrah ke
Malangbong (kampung istrinya) dan disana mendirikan institut SUFFAH. Dari sinilah mulai
terbentuk embrio Daulah Islamiyyah. Islam menjadi kenyataan menjadi syari’at yang tegak
secara utuh dan murni walaupun dalam skala yang terbatas.
TAHUN 1940
MIAI & GAPPI tergabung dalam suatu proyek yang bernama Kongres Rakyat
Indonesia (KORINDO) yang programnya :
Mempercepat proses Indonesia berparlemen. Menuntut perubahan ketatanegaraan di Indonesia menuju berpemerintahan sendiri yang Nasionalistis. Kongres ini di laksanakan di Yogyakarta.
TAHUN 1942
Perang Dunia ke-II dimana Rusia dan Jepang meraih kemenangan. Adapun untuk Asia
umumnya dikuasai oleh Jepang termasuk juga Indonesia di dalam menjadi wilayah Jepang. Tanggal 8 Maret 1942 Jepang setelah berkuasa membubarkan (MIAI dan GAPPI), masing-masing anggota kembali ke induknya semula. NOVEMBER 1943 Atas restu Jepang berdirilah MASYUMI (Majelis Syuro Muslimin Indonesia), maka diangkatlah ketuanya M Natsir. Partai ini sebagai jelmaan MIAI (Belanda) yang telah dibekukan dan berdirinya pun adalah hasil rengekan orang-orang partai Islam kepada thogut
Jepang. Dari sini dibentuk barisan militernya bernama “Hisbullah” dengan ketuanya Isa Ansyori.
Pembentukan Hisbulloh ini adalah rekayasa Jepang dalam rangka “Man Power” untuk
menghadapi pasukan sekutu yang akan menyerang, namun Allah menghendaki lain, justru halini menguntungkan bangsa Indonesia sendiri, khususnya Umat Islam yang menjadi kenal betul akan penggunaan senjata.
TAHUN 1944
Siswa Suffah ikut aktif latihan militer Hisbulloh sebagai situasi pemanfaatan
situasi.Begitu pula Bapak SM Kartosuwiryo berperan di MASYUMI daerah dan sewaktu
akan ditarik ke pusat beliau menolak lantaran tergambar bagaimana keterjeratan dan rencana Jepang yang jelas hendak memanfaatkan Bangsa Indonesia.
Semakin hari semakin nampak rencana Jepang , maka Bapak SM Kartosuwiryo kerap
memberikan kepada tokoh-tokoh MASYUMI, namun nampaknya mereka semakin betah dengan jabatan.
TAHUN 1945
Bapak SM Kartosuwiryo memisahkan diri dari MASYUMI Natsir, otomatis terlahir
dua kubu MASYUMI, maka Bapak SM Kartosuwiryo pun membentuk barisan-barisan
tersendiri yang bernama Barisan Sabilillah. Adapun sebab memisahkan diri ini karena
kelalaian diri M. Natsir cs sudah tak dapat diperingatkan lagi. Apalagi janji Jepang muluk dan memberikan peluang sedikit kepada Bangsa Indonesia, yaitu membentuk BPUPKI (Badan Peneliti Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia). Partai-partai semuanya berebut ambil bagian dari kursi-kursi yang sengaja disediakan, tak terlewat tokoh-tokoh MASYUMI pun ikut berbagi diri. Tnjauan AL-QUR’AN QS. 4 : 140 ; 5 : 80 ; 3 : 28 ; 42 : 218. “Dan sesungguhnya Allah telah menurunkan kepada kamu didalam AL-QUR’AN bahwa apabila kamu mendengar Ayat-Ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir) maka janganlah kamu duduk beserta mereka sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain, karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang -orang kafir didalam jahanam”
“Kamu lihat kebanyakan dari mereka tolong menolong dengan orang-orang yang kafir
(musyrik) Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan”.
“Janganlah orang-orang Mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang Mukmin. Barang siapa berbuat demikian niscaya ia lepaslah ia dari pertolongan Allah. Kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka (dan Allah memperingatkan kamu terhadap siksanya) dan hanya kepada Allah kembali (mu)”.
“Dan janganlah kamu campur adukan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu
sembunyikan yang haq itu sedang kamu mengetahui”.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di
jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. BPUPKI beranggotakan 62 orang, berbagai aliran ada di sana baik Nasionalis, solialis-Komunis maupun Islam sendiri. Didalam pembentukan Dasar Negara terjadi pertentangan yang sengit, maka diambilah cara pemungutan suara (Vooting) hasilnya yaitu memilih Dasar Negara, cuma 15 suara dan selebihnya menginginkan Dasar Negara Nasionalis.
JUNI 1945
Disepakati Dasar Negara sebagi titik temu berbagai faham yang dijadikan sebagai
pandangan hidup umat manusia di Indonesia yaitu Pancasila. Menurut Sukarno Pancasila
adalah buah pikiran Dr. Sun Yat Sen dalam bukunya “The three People Principle” dioplos dengan buah pikiran Adolf Bors tentang sosialisme. Pada rumusan tersebut tidak disinggung akan peran Islam dalam rumusan Pancasila. Pihak militer atau lasykar Muslim yang merintis dan mendominasi perjuangan di Indonesia tidak menerima keputusan ini, maka diambil beberapa orang dari BPUPKI untuk membentuk kepanitiaan juga dengan mengadakan musyawarah dengan para lasykar Muslim. Panitia kecil ini berjumlah 9 orang mereka terkenal dengan Panitia 9 yang anggotanya sbb :
1. Abikusno
2. Sukarno
3. Wahid Hasyim
4. Agus Salim
5. Ahmad Subarjo
6. Bung Hatta
7. Maramis
8. Abdul Kahar Muzakir
9. M. Yamin
Hasil pertemuan ini menghasilkan “Piagam Jakarta” (Jakarta Charter), yang ditanda
tangani tanggal 2 Juni 1945. Dengan Piagam ini umat Islam pada umumnya merasa puas
dengan perubahan pada point pertama dari Pancasila, yaitu dari kata “Berketuhanan” menjadi “Ketuhanan dengan menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Hal ini dianggap sebagai konstitusi Dasar akan berlakunya hukum Islam di Indonesia secara mutlak memegang peran yang utama dan terutama, walaupun pada kenyataannya berbicara lain. Betapa besar peranan kesembilan panitia ini mampu menenangkan dan mendiamkan suasana Umat Islam, namun dikemudian hari semua akan merasakan akibatnya . Tinjauan AL-QUR’AN QS. 6 : 123 dan QS. 27 : 48. “Dan demikianlah Kami adakan dalam tiap-tiap negeri penjahat yang terbesar agar mereka melakukan tipu daya dalam negeri itu. Dan mereka tidak memperdayakan melainkan dirinya sendiri, sedang mereka tidak menyadari”.
“Dan adalah di kota itu sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka
bumi, dan mereka tidak membuat kebaikan”.
14 AGUSTUS 1945
Jepang takluk pada sekutu otomatis di Indonesia dalam keadaan vaccum dari kekuasaan, maka hal tersebut dipergunakan oleh Bapak SM Kartosuwiryo dan para
pendukungnya untuk memproklamasikan Kemerdekaan Negara Islam Indonesia.Proklamasi
ini hanya baru di lingkungan sendiri.
17 AGUSTUS 1945
Proklamasi kemerdekaan Indonesia tersiar lewat radio sampai ke luar negeri. Dengan
adanya proklamasi tersebut maka Bapak SM Kartosuwiryo menarik kembali Proklamasi
Negara Islam Indonesia (NII) nya dan menyatakan mendukung Proklamasi kemerdekaan
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945. Adapun dukungan ini diberikan mengingat bahwa
Sukarno adalah saudara seperjuangan semasa muda dibawah naungan Bapak HOS Cokroaminoto dan bercita-cita mewujudkan satu tujuan yang sama merealisasikan cetusan Pan Islamisme tahap pertama yaitu “Kemerdekaan Indonesia”. Namun sikap ini bukan berarti pula Bapak SM Kartosuwiryo mendukung Nasionalisme dan Komunismenya yang waktu itu masih menyembunyikan dirinya. Jadi Bapak SM Kartosuwiryo tidak menghendaki pertentangan dan perpecahan antara bangsa pada umumnya. Khususnya antar Umat Islam lantaran dua Proklamasi yang sama : yaitu proklamasi kemerdekaan Indonesia. Adapun masalah azas yang berbeda adalah sesuatu yang akan ditentuan kemudian. Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 dapatlah dikatakan atau distatuskan sebagai satu kenyataan lahirnya “Kiblat Baitul Maqdis” bagi Umat Islam.
VI. MASA DEFENSIF UMAT ISLAM (1945 - 1947)
18 AGUSTUS 1945
PPPKI (Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia)
bersidang dengan keputusan :
Menetapkan UU RI Mengangkat Ir. Sukarno dan Drs. M Hatta sebagai Presiden dan Wapres
Pembentukan Kabinet Pertama yang bernama Kabinet Presidentil Pada hari / tanggal ini juga wakil dari Indionesia bagian Timur Mr. Syam Ratulangi datang ke Jakarta untuk mengusulkan penghapusan Piagam Jakatra. Mengingat Umat Bangsa Bagian Timur mayoritas beragana Kristen yang jika usulannya tidak dikabulkan akan memisahkan diri dari RI. Maka pada waktu itu pun Sukarno lebih menampakkan kecongkakannya untuk menghapuskan Piagam Jakarta dan mengembalikannya kepada Pancasila. Namun benar-benar caranya sangat halus, Diawali dengan berpidato dihadapan sidang yang diiringi dengan derai air mata buaya, Sukarno memaparkan kerisauannya dan kesedihannya bilamana Bangsa Indonesia terpecah persatuan dan kesatuannya hanya lantaran perbedaan Agama, sementara kemerdekaan Indonesia baru pertama kali dikumandangkan. Ampuh sekali hasilnya dimana perwakilan dari Islam pun menjadi sangat lunak terlebih setelah Sukarno mengajak bicara secara pribadi dengan Wahid Hasyim yang setuju akan penghapusan Piagam Jakarta, maka resmilah penghapusan Piagan Jakarta dengan perubahan pada poin pertama “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam sebagai pemeluk-pemeluknya” dirubah menjadi Ketuhanan yang Maha Esa. Ini berarti pencoretan Islam dipanggung politik Indonesia yang akan berakibat kemudian tercabutnya Islam hingga ke akar-akarnya dari peredaran bumi Indonesia. Adapun Undang-undangnya adalah mentransfer dari UUD Belanda yang didominasi kaum Gereja dan Sekuler.
9 SEPTEMBER 1945
Belanda membonceng pada Sekutu waktu akan mengadakan pelucutan senjata Jepang
kembali datang ke Indonesia yang sebenarnya akan menancapkan bendera lagi untuk
menjajah bumi Pertiwi.
15 OKTOBER 1945
Tentara Inggris masuk ke Indonesia dibawah pimpinan Jendral Howtorn
1 NOVEMBER 1945
Presiden dan Wapres serta Mentri Amir Syarifuddin terbang ke Surabaya atas undangan Jendral Howtorn yang memerintahkan Cease Fire.
7 NOVEMBER 1945
Berdiri MASYUMI Baru, kelahirannya setelah dikeluarkan Dekrit Hatta tentang kebebasan untuk berdirinya Partai-partai politik. Partai ini menjadi partai terbesar di samping Partai Nasionalis serta Sosialis. Mengingat betapa pentingnya wadah bagi Umat Islam Indonesia yang pada awalnya sebagai penggerak kesadaran merdeka, sebagaimana MASYUMI yang lalu, MASYUMI barupun memiliki pasukan militer yang bernama Hisbulloh dan Sabilillah. Pasukan ini berjuang mempertahankan kemerdekaan bersama BKR / TKR / TNI beserta yang lainnya. Partai Masyumi terkenal paling keras menentang segala macam bentuk kompromi dengan penjajah. Pada tahun ini juga Kabinet berubah dari Presidentil Kabinet menjadi Parlementer Kabinet. Dibawah kepemimpinan Sjahrir.
10 NOVEMBER 1945
Pertempuran di Surabaya TNI melawan Belanda adalah pertempuran yang sama-sama
bathal, yang menentukan kemenangan ialah kekuatan fisik dan kesempurnaan sarana fasilitas. Maka pertempuran inipun Belandalah yang mendapat kemenangan, dikarenakan banyaknya korban maka hari atau tanggal ini dijadikan sebagi hari Pahlawan. Dalam kurun waktu 2 tahun serangan Belanda telah menciutkan wilayah RI menjadi Jawa dan Sumatra.
3 JULI 1945
Coup d’etat Komunis Tan Malaka bernamakan “persatuan Perjuangan” tapi gagal.
10 - 12 JULI 1945
Konfrensi Malino oleh Van Mook dalam persiapan pembentukan Pemerintahan Federal Belanda untuk daerah-daerah Malino.
18 - 24 DESEMBER 1945
Konferensi Denpasar kelanjutan Konferensi Malino untuk pembentukan Negara Indonesia Timur, diangkat sebagai Presidennya Sukawati dan Perdana Menterinya Najamuddin Daeng Malewa.
VII. MASA AKTIF UMAT ISLAM (TAHUN 1947 - 1949)
MARET 1947
Karena RI terus terdesak maka masuklah ke dalam Perjanjian Linggar Jati, yang mana
RI menandatangani persetujuan tersebut yang intinya menyatakan bahwa keberadaan wilayah RI hanya tinggal Jawa dan Sumatra. Hal ini membuktikan akan hal engkhianatan Sukarno terhadap Amanat Rakyat yang telah dipercayakan kepadanya. Dengan Sukarno menyerahkan begitu saja kepada Belanda akan rakyatnya untuk dijajah.
Maka Bapak SM Kartosuwiryo menstempel Sukarno sebagai pengecut, tak mengacuhkan penderitaaan rakyat dan meremehkan para lasykar/para gerilyawan yang terus
berjuang dan siap mati untuk membela kemerdekaan menghadapi penjajah Belanda
diberbagai daerah. Sebagai sikap yang diambil oleh Bapak SM Kartosuwiryo, beliau
mengeluarkan manifesto politik dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi
kemudian dengan dibentuknya :
MUI (Majelis Umat Islam) di Tasik (Sindangkasih perbatasan antara Tasik dan Ciamis)
DPUI (Dewan Pertahanan Umat Islam) di Garut.
3 JULI 1947
Dibentuk Kabinet Amir Sjarifuddin yang mengakibatkan semakin melemah pihak RI sendiri
21 JULI - 14 AGUSTUS 1945
Belanda melakukan Aksi Polisional yang mengakibatkan semakin terdesaknya wilayah RI.
17 JANUARI 1948 RI masuk pada Perjanjian Renville, dengan keputusan bahwa wilayah RI cuma tinggal Yogyakarta dan 8 Karesidenan yang rata-rata minus dan kurang penduduk serta tanpa pelabuhan. Pengurangan wilayah RI dan penarikan TNI ke Yogya sebagai usaha-usaha Belanda dalam rangka persiapan pembentukan RIS dan UNI - BELANDA. Setelah Perjanjian Renville ini Belanda membentuk Negara-negara Boneka antara lain :
Negara Pasundan, Negara Jatim, NTT dll., yang tergabung dalam BFO (Bijeenkomst voor
Federal Overlag)
7 - 10 FEBRUARI 1948
Berhubung peristiwa pahit akibat Perjanjian Renville, dengan rasa sedih prihatin tapi penuh tanggung jawab atas nasib rakyat dan Umat Islam serta nasib kemerdekaan Indonesia, maka atas inisiatif MASYUMI Priangan dilangsungkan Musyawarah Umat Islam di Kampung Pangrumusan, Ciloneng Desa Gunung Cupu dengan jumlah hadirin yang tidak
kurang dari 1000 orang. Kehadiran anggota Konferensi dalam jumlah besar ini
diselenggarakan atas Kodrat Alloh Ta’ala dan upaya KH Masduki dkk yang telah membina
dan menata masyarakat serta lingkungannya secara utuh hingga dua desa di Gunung Cupu
dapat dikuasai. Maka lokasi tesebut dijadikan tempat strategis bagi Konferensi yang digelar dalam sebuah aula besar. Konferensi dipimpin oleh Pak Kamran dan dihadiri oleh perwakilan parpol dan ormas seperti : PSII (Parlementer) (Pak Oni)
Ormas (Hasan Toha), NU, Persis, Muhammadiyah, dll
Juga dari luar Jawa ada yang ikut hadir serta datang juga keturunan Arab bernama
Abdullah Barabas, Khabarnya hadirin diatas adalah rata-rata Ulama besar dan pemukapemuka masyarakat, kebanyakan hadir sambil membawa kitab-kitab Islam, ada yang sampai dua pikulan. Hal ini menunjukan betapa penting yang digelar karena akan menentukan sejarah Islam dan nasib Umat Islam pada masa yang akan datang.
Hasil keputusan Kongres antara lain adalah :
Mendirikan Majelis Islam (MI)
Bentuk partai diubah menjadi Negara
Membentuk MASYUMI Jabar
Pembentukan Tentara Islam Indonesia :
BKN (Badan Keamanan Negara)
PII (Polisi Islam Indonesia)
PADI (Pahlawan DI / Lasykar Cadangan BKN)
Panglima Perangnya diangkat Bapak R. Oni Qital
Membentuk organisasi Militer Tentara Islam Indonesia dari regu sampai resimen
Resimen yang terbentuk bernama Resimen Sunan Rahmat dengan 4 Bataliyon
Batalion yang dipimpin oleh Agus Abdullah, meliputi Indramayu, Sukunsari
Batalion yang dipimpin H Abidin, meliputi Wanaraja - Garut
Batalion yang dipimpin Nur Lubis
Batalion yang dipimpin oleh Adah Jaelani
De Facto yang sementara :
Desa Cikoneng dipegang oleh KH Masduki
Desa Cihaur dipegang oleh Kyai Jajuli
Desa Panumbangan Perlunya terangkat seorang Imam.
Untuk hal ini tak ada yang siap dan apalagi menyiapkan diri sebagai Imam, maka
ditempuhlah pengangkatan Imam ini dengan : 1). Istikharah ; 2). Musyawarah.
Cara pertama ditempuh, semua yang hadir dalam Konferensi ini melakukan istikharah
dalam dua tahap. Pada tahap pertama sebagian dari seluruh jumlah yang melakukan
shalat melihat Bapak SM Kartosuwiryo dalam mimpi berpakaian adat Jawa. Hal ini
anggota memandang perlu adanya suatu selacta (seleksi) Apakah calon Imam
ini direstui Allah atau tidak, karena nantinya akan memegang amanat sebagai Khalifah
(Wakil Allah). Maka dilakukan tahap kedua melakukan kembali Istikrarah 3 sampai 7
hari. Hasilnya sebagian besar adalah melihat dalam mimpinya tulisan arab dengan
kalimat Indonesia “Minal Mukhlasiin” artinya adalah “Dari orang-orang yang ikhlas”.
Ini suatu peristiwa akbar, nampak kebesaran Allah di muka bumi ini, keputusan dan
pelantikan Imam di laksanakan kemudian pada Bulan Maret.
Beberapa saat kemudian, dikirimlah beberapa utusan Imam dibawah pimpinan Sdr.
Nanggadisura ke Ibukota Yogyakarta dengan tujuan menyampaikan surat-surat Imam kepada Presiden Sukarno / Pemerintah RI dan Pemimpin-pemimpin Islam disana untuk
mempermaklumkan keputusan-keputusan tersebut. Berita Jawa seberah Barat mendapat
sambutan baik dan direstui Pemerintah dan rakyat RI disana. Sejalan dengan itu dikirimkan pula beberapa orang utusan ke Sidang BKMI (juga di Yogya) yang berlangsung antara tanggal 26 akhir November 1948. Kemudian oleh sidang tersebut keputusan-keputusan Umat Islam Jawa sebelah Barat itupun diterima dan diakui secara aklamasi. Dengan ini jelas dan tegas, bahwa keputusan-keputusan Umat Islam tertanggal 10 Pebruari 1948 itu merupakan keputusan seluruh Umat Islam Bangsa Indonesia. Disini salah seorang tokoh utama Masyumi yang bernama M. Natsir pernah diajak gerilya oleh seorang tokoh Negara Islam Indonesia (NII), namun menolak dengan alasan bahwa dia tidak sanggup berjuang dengan cara gerilya dan kemudian memutuskan untuk Hijrah ke Yogya. Namun dia menjanjikan tetap komitmen kepada Negara Islam Indonesia, walaupun berada di daerah RI. Maka oleh Negara Islam
Indonesia (NII) ditugaskan untuk berperan sebagai Abbas-nya Rasulullah SAW (informan).
Setelah di Yogyapun M.Natsir memenuhi tugasnya, dimana lahirnya keputusan diatas
diterimanya pula sebagai keputusan seluruh Umat Islam Bangsa Indonesia. Dari keahliannya berpolitiknya maka dipanggung Indonesia politik Negara Islam Indonesia (NII) menjadi kuat
17 FEBRUARI 1948
Agresi Belanda pertama mengadakan pembersihan daerah kekuasaannya di Jawa sejak
dari Timur menuju ke Barat ; namun sesampainya pasukan Belanda di Jawa Barat tepatnya di Gunung Cupu bentrok dengan pasukan Tentara Islam Indonesia (TII). Kasusnya berawal dari pengkhianatan Abdullah Barabas, padahal dia adalah teman dekat Pak Oni, dimana Abdullah Barabas merasa tidak setuju dengan lahirnya Majelis Islam (MI). Waktu Shubuh ia meninggalkan Majelis pada waktu Konferensi. Namun dalam perjalanan ia tertangkap Belanda. Maka terbongkarlah keputusan yang telah lahir. Tidak lama kemudian pada tanggal 16 Pebruari 1948 pukul 16.00, Belanda menyerang Markas Tentara Islam Indonesia (TII) selama dua jam dengan meluncurkan kurang lebih 2000 roket berbobot antara 25 - 30 Kg, dengan kejadian ini Tentara Islam Indonesia mengumumkan perang.
Yang menentukan kemenangan antara dua pasukan Haq dan Bathil adalah nilai
Aqidah dan Jihad, bukan oleh jumlah dan materi, maka kemenangan ada di pihak TII. Setelah memakan waktu 3 Bulan 3 hari dikhabarkan pada pertempuran ini pihak TII tidak seorangpun yang menjadi korban atau gugur di medan perang. Barangkali kejadian itu belum adanya pembai’atan yang kongkret sebagai ikatan yang jelas, sehingga lahirnya syuhada (mati syahid) yang harus di saksikan dan dipertanggung jawabkan sebagai seorang Mujahid. Adapun dengan kemenangan ini TII dapat merampas 10 pucuk senjata, dengan demikian perlengkapan TII bertambah menjadi 17 pucuk senjata
1 - 2 MARET 1948
Konferensi di Cipeundeuy Kec. Bantarujeg Kab. Cirebon yang dihadiri Bapak SM
Kartosuwiryo, Pak Kamran, Pak R Oni Qital, KH Ghojali Tusi, Sanusi Partawijaya, Toha
Arsyad dan lain-lain. Kesimpulan isi Konferensi adalah :
Program politik Umat Islam Rencana ketentraman Umat Islam Indonesia mengenai keorganisasian dan usaha Kesatuan Pimpinan (lampiran I)
Maka pada Konferensi ini terangkatlah Resmi Imam Negara Islam Indonesia (NII) yaitu :
Bapak SM Kartosuwiryo
APRIL 1948
Imam Bapak SM Kartosuwiryo melawat ke front dan mengadakan pertemuan hingga
TII Belanda
313 Jundullah X Ribuan Jundusy - Syaithon
7 pucuk senjata api Peralatan perang lengkap
Al - Haq Al - Bathil
terselenggara dialog para ulama dengan Imam Bapak SM Kartosuwiryo sebagai bahan-bahan
untuk penyusunan Konstitusi Negara Islam Indonesia (NII) yang bernama Kanun Azasi.
1 - 5 MEI 1948
Konferensi di Cijoho Kec. Bantar Ujeg - Majalengka merupakan Sidang Kabinet
(Dewan Imamah). Dalam Konferensi ini dibicarakan hal pembenahan termasuk pemberlakuan
Bai’at bagi TII yang sekarang dan akan datang (lampiran 2)
1 JUNI 1948
Belanda menggugat Perjanjian Renville kepada RI, maka Jendral Sudirman mengirim
kurir kepada Bapak SM Kartosuwiryo untuk diajak ta’at kepada Pemerintah RI, menyerah
kepada pihak Belanda sebagai mana perjanjian. Bapak SM Kartosuwiryo balik bertausiah
kepada Jendral Sudirman dan berhasil, dimana Jendral Sudirman menyatakan rasa simpatik akan perjuangan gerilya Bapak SM Kartosuwiryo dan mendukung dengan dikirimnya persenjataan ke Jawa Barat.
JUNI 1948
Kembali terjadi pertempuran ke-II TII Belanda 4000 Prajurit Jundullah X 14000 Prajurit Jundusy - Syaithon
Berlangsung selama enam bulan di seluruh Jawa Barat dengan pusatnya : Garut ; Ciamis ; Tasikmalaya. Kembali kemenangan diraih oleh pihak TII dengan seijin Allah dengan gilanggemilang.
Dikhabarkan pada pertempuran ini banyak syahid (QS. 3:13) “Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur) segolongan berperang di jalan Allah dan segolongan yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat seakan-akan orang Muslimin dua kali sebanyak mereka. Allah menguatkan dengan
bantuan siapa yang dikehendakinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan hati”.
TANGGAL 27 AGUSTUS 1948
Undang-undang Dasar atau Kanun Azasi NII di resmikan (lampiran 3) Bapak SM
Kartosuwiryo mempunyai gagasan untuk berusaha tidak untuk mendirikan Negara Islam
Indonesia tetapi juga mengusahakan “Perserikatan Negara-negara Islam seluruh Dunia”,
melalui fase perjuangan.
TANGGAL 18 SEPTEMBER 1948
Pemberontakan PKI di Madiun Hal ini pun sebagai dampak dari Perjanjian Renville
dimana Muso sewaktu datang dari ChekoSlovakia mendapatkan negara tidak karuan karena
perjanjian yang dilaksanakan dipandang sebagai penjualan Negara dari Sukarno dkk. kepada imperialis demi kepentingan pribadi. Hingga terjadilah pemberontakan. Selain oleh orang-orang Muso sendiri juga di dukung oleh kaum sosialis Pimpinan Amir Syarifuddin, yaitu Front Demokrasi Rakyat (FDR). Pemberontakan ini berakhir pada bulan Desember. Pada Bulan Oktober 1948 masa penataan struktur NII dan pada tanggal 6 Oktober terbentuk Dewan Imamah.
AWAL DESEMBER 1948
Pasukan Belanda mengalami kekalahan total beberapa kali melawan kekuatan yang
sebenarnya jauh lebih kecil baik personil maupun persenjataan, maka hal ini merupakan sesuatu hal yang memalukan sehingga Jendral yang terutus dari Belanda yang bernama Jendral Scoor melakukan bunuh diri, hal ini sangat membangkitkan kemarahan Belanda.
18 DESEMBER 1948
Agresi Belanda ke II
Belanda langsung menyerang Yogya dan memporak-porandakan dengan alasan RI
telah melanggar perjanjian Renville, yaitu dengan adanya pengiriman senjata ke Jawa Barat dari Jendral Sudirman. Ditengah-tengah RI sedang memulihkan kondisi dan sedang menyusun strategi, mendapat serangan mendadak dari Belanda yang membuat kecut TNI dan mereka kocar-kacir, sebetulnya TNI tidaklah sepengecut itu karena setidaknya anggota TNI mayoritas orang-orang masih terjiwai oleh ruh-ruh Islam yang patriotisme tidak disangsikan, tetapi hal ini diakibatkan oleh kepengecutan Sukarno, dimana TNI dengan pepemimpinan Jendral Sudirman dengan pihak Pemerintah Sukarno telah mengadakan semacam perjanjian dengan pihak militer untuk siap meneteskan darah yang penghabisan dalam membela Pemerintah. Ditengah-tengah bergeloranya perang tak tahunya tiba-tiba berkibarnya Bendera putih dari gedung tempat Pemerintaah pengertian RI menyerah. Sukarno bertekuk lutut kepada pihak
Belanda tanpa kompromi dengan Jendral Sudirman. Betapa kecewanya Jendral Sudirman; beliaupun akhirnya melarikan diri ke hutan disertai oleh pengikutnya yang setia kepada beliau untuk tidak sepengecut itu menyerah kepada imperealisme. Tidak seperti Sukarno, Hatta, Ketua KNIP menteri Luar Negeri dan lainnya diborgol dan ditawan. Ada juga pasukan yang lari tanpa mengikuti Jendral Sudirman tetapi kembali ke Jawa Barat, yaitu sebahagian besar pasukan Siliwangi yang sampai di perbatasan Ciamis dihadang oleh Tentara Islam Indonesia (TII) dengan 3 alternatif:
1. Bergabung dengan Tentara Islam Indonesia (TII) yang pengakuan resminya sebagai
Mujahid setelah mengikuti 3 kali peperangan.
2. Kembali menjadi rakyat berarti dilucuti senjatanya.
3. Bila tidak memilih poin satu dan dua maka statusnya adalah tentara liar yang
mengacaukan keamananPada kebanyakan pasukan Siliwangi tidak mau bergabung dengan Tentara Islam Indonesia (TII) malah mereka sakit hati oleh Negara Islam Indonesia (NII) yang telah menjadikan mereka seperti itu katanya. Tentara inilah yang merasa senang mengadakan-kerusuhan dengan membakar rumah-rumah,
membunuh para Ulama yang pro terhadap Negara Islam Indonesia (NII), merampok,
memperkosa dll; sambil mereka sering menyatakan dirinya sebagai anggota Tentara Islam Indonesia (TII). Dengan bubarnya Yogya tamatlah sudah riwayat pemerintahan Sukarno-Hatta dan anak-anak buahnya berkeliaran menjadi para pembangkang, kafirin yang nifaq
21 Desember 1948
Bapak Imam Kartosuwiryo mengeluarkan pernyataan sehubungan situasi dan kondisi
yang ada dalam Maklumat No. 6 angka 6-10 (PDB) sebagai berikut:
1. Kepada saudara-saudara dan handai taulan daripada bangsa Indonesia yang masih
mengalir darah republikenein dalam tubuhnya dan masih berjiwa perjuangan:
ketahuilah bahwa perjuangan yang kami usahakan hingga berdirinya Negara Islam
Indonesia itu adalah kelanjutanperjuangan kemerdekaan dan mengingat proklamasi 17
Agustus 1945 ....., sekarang sudah tiba saatnya segenap bangsa Indonesia yang
mengaku. “Cintakemerdekaan, Cinta bangsa , cinta tanah air, cinta agama
menanggung wajib suci, melakukan perlawanan sekuat mungkin terhadap Belanda.
Ketahuilah pula! bahwa tiada suatu kemerdekaan yang dapat direbut hanya dengan
goyang-goyang dua kaki atas kursi belaka. kemerdekaan kita, kemerdekaan negara,
kemerdekaan agama harus dan wajib direbut kembali dengan darah!
18
2. Untuk kepentingan perjuangan dan berhasilnya maksud dan terlaksananya cita-cita
kita, maka perlu dan wajib adanya. kesatuan komando, kesatuan pimpinan selain dari
pada kesatuan komando itu akan menimbulkan buah hasil yang efektif juga akan
menggagalkan politik “devide et impera” yang selalu dilakukan oleh si durjana. Untuk
kepentingan ini yang dalam anggapan kita menjadi kepentingan agama, negara dan
umat, maka kami kami pimpinan negara Islam Indonesia memberanikan dan
menyangupi diri untuk melakukan wajib memgang kesatuan komando perjuangan itu.
bagi mempermudah dan mempersatukan jalannya perjuangan umat bangsa Indonesia
di daerah Republik dan Jawa tengah, maka kami beri tugas kepada pimpinan-pimpinan
yang bertanggung-jawab, untuk melakukan wajib suci itu.
3. Adapun wakil mutlak dari negara islam indonesia, yang kami serahi untuk memimpin
perjuangan umat islam bangsa indonesia di daerah tersebut dalam alinea 7 menuju ke
darul islam dan darussalam, ialah saudara anwar cokroaminoto, yang memang sudah
sejak lama menjadi wakil negara islam indonesia di daerah republik.
4. hai pemimpin-pemimpin islam dan umat islam seluruhnya ! anggaplah serbuan
belanda dan jatuhnya pemerintahan republik sukarno-hatta sebagai karunia allah yang
karena itu terbukalah kiranya lapangan baru, lapangan jihad dan kesempatan yang
seluas-luasnya untuk menerima karunia yang lebih besar lagi daripada “azza wa jalla
ialah lahirnya negara islam indonesia yang merdeka, terimalah karunia allah itu
walaupun agak pahit, ditelan sekalipun.
5. mudah-mudahan allah swt menyertaiperjuangan kita menujju darul islam dan
darussalam itu dengan taufik dan hidayahnya, dengan kekuatan dan pertolongannya,
terlaksana berdirinya kerajaan allah di permukaan bumi indonesia !
22 Desember 1948
Lahir pdri (pemerintah darurat ri) di sumatra oleh safrudin prawira negara. pdri
didirikan atas inisiatif dari safrudin semata jadi bukanlah mandat dari sukarno baik secara lisan maupun tulisan . namun hal ini dijadikan sebagai fakta sejarah masih hidupnya RI oleh para pendusta.
Loyalitas syafrudin yang sedemikian besarnya namun pada akhirnya kandas pada kekecewaan lantaran sukarno tanpa sepengetahuan dan persetujuan pdri memberikan mandat kepada muhammad hatta untuk berunding dengan van royen dari pihak belanda. Perundingan ini adalah suatu statemen karena mengingat sukarno maupun pihaknya tetap berstatus tahanan politik dan sama sekali sudah tak memegang/memliki negara lagi. maka hal ini merupakan rencana belanda akan memperalat sukarno dan antek anteknya melawean islam NII yang jelas belandapun memperhitungkan posisi NII yang jauh lebih menguntungkan. Namun disisi lainpun belanda mempunyai keuntungan memiliki napi eksekutif.
23 Desember 1948
Lahir maklumat no 7 angka 11 halaman 11 PDB sebagai berikut:
“Bahwa sejak hari tanggal diumumkan maklumat ini hanya dikenal 2 golongan yang
berperang ialah negara Islam Indonesia (NII) dengan Belanda atau/dan Negara-negara yang menjadi “boneka Belanda”) ......”
25 Januari 1948
Perang segitiga Antralina (Ciawi) antara: NII Belanda RI TII Pasundan TNI
Negara Pasundan adalah buatan Belanda dengan aparatur bangsa Indonesia sendiri.
Tentaranya selain orang pribumi juga dibantu tentara kolonial. Adapun TNI disini maksudnya Siliwangi yang datang kembali ke Jawa Barat setelah melakukan Long March, sebenarnya telah mendapat suaka dan diajak bersama menghadapi Belanda oleh TII, maka pihak TNI
Siliwangi sebenarnya adalah pemberontak sebagai mana dinyatakan dalam maklumat militer No. 1 sbb:
Tentang: tentara liar gerombolan serta golongan yang ada dijawabarat
MENGINGAT
1. Maklumat no. 7
2. Pelarian TNI Divisi Siliwangi ke daerah Republik/Jawa Barat mulai pada waktu
daerah Republik diserbu oleh Belanda (19-12-1948)
3. Perbuatan tentara liar tersebut (TNI Divisi Siliwangi yang selanjutnya
disebut tentara liar) karena sifat, tabiat dan perbuatannya memperkosa hak
milik rakyat dan bertindak selalu kejam dan keji sekali terhadap rakyat
terutama umat Islam;
4. Bahwa pada hari pertama Pihak NII sudah cukup menunjukanperbuatan-perbuatan dan
sambutan-sambutan baik atas kedatangan mereka itu;
5. Bahwa mereka itu tidak pandai menghargai dirinya sendiri sebagai tamu melainkan
ingain menguasai daerah dan rakyat NII;
6. Bahwa rakyat NII dan tentaranya; merasa wajib mencegah perbuatan-perbuatan munkar
itu
7. Bahwa mereka terus menerus melakukan pelanggaran atas hak-hak negara kita
sehingga mereka melepaskan tembakan dan menyerang TII;
8. Bahwa serangan mereka itu dianggap sebagai permaklumanpermusuhan dari pihak
tentara liar atas negara kita. Permakluman mana disambut dengan syukur kepada
AllahSWT sehingga terjadi pertempuran yang sengit pada hari Selasa tanggal
15 Januari 1949/26 Maulud disuatu tempat termasuk daerah: Tasikmalaya Barat.
Jadi pada waktu itu bisa dikatakan bahwa suatu daerah terdapat 3 pemerintahan dengan
masing-masing aliansi: NII, Pasundan dan Republik. Pada pertempuran inipun kemenangan
tetap ada dipihak TII/NII 7-5-49
Statemen (Perintah-perintah) Roem-Royen antara lain:
1. Yogya diserahkan kepada RI
2. Presiden, wapres dan lain-lain harus dikembalikan ke Yogyakarta
3. Bersedia mengikuti KMB dalam pembentukan Negar Indonesia Serikat (NIS) atau RIS.
19 - 22 Juli 1949
Konfrensi RI - BFO di Yogya membicarakan persiapan menghadapi Konfrensi Meja
Bundar KMB.
3 Agustus 1949
Terlaksananya konfrensi ulang di Jakarta yang isinya adalah:
a. Perintah penghentian perang gerilya oleh Presiden Sukarno
b. Delegasi RI yang dipimpin Hatta berangkat ke Nederland 6 Agustus 1949 M. Hatta
tiba di Nederland untuk menghadiri KMB
23 Agustus
KMB di Den Haag dimulai
VIII. MASA KEJAYAAN ISLAM (1949 - 1950)
A. PROKLAMASI NEGARA ISLAM INDONESIA NII DAN KESINAMBUNGANNYA
7 Agustus 1949 Proklamasi NII dikumandangkan dibumi Indonesia yang didahului oleh suatu uraian singkat mengen i tugas dan kewajiban pejuang umat Islam Indonesia; juga dilengkapi dengan penjelasan yang terdiri 10 Pasal Teks Proklamasi
PROKLAMASI
Berdirinya NEGARA ISLAM INDONESIA
Bismillahirrohmanirrohiim
DENGAN NAMA ALLAH, JANG MAHA MURAH DAN JANG MAHA ASIH
Asyhadu an laa ilaaha illa-Lllah Wa asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah
Kami, Umat Islam Bangsa Indonesia,
MENJATAKAN :
BERDIRINJA “NEGARA ISLAM INDONESIA”
Maka hukum jang berlaku atas Negara Islam Indonesia, ialah :
H U K U M I S L A M
ALLAHU AKBAR ! ALLAHU AKBAR !
ALLAHU AKBAR !
Atas Nama Umat Islam Bangsa Indonesia
IMAM NEGARA ISLAM INDONESIA
S.M. KARTOSOEWIRJO
Madinah - Indonesia
12 Sjawal 1368 / 7 Agustus 1949.
10 Pasal penjelasan Proklamasi:
1. Alhamdulillah maka Allah telah berkenan menganugrahkan kurnia-Nya Yang Maha Besar
atas Umat Islam Bangsa Indonesia ialah Negara Karunia Allah, yang meliputi
Seluruh Indonesia.
2. Negara Karunia Allah itu adalah Negara Islam Indonesia atau dengan kata lain
AdDaulatul Islamiyyah atau Darul Islam atau dengan singkatan yang sering
dipakai orang DI (ditulis dan dikatakan “de - ie) selanjutnya hanya dipakai
satu istilah resmi yaitu NII.
3. Sejak bulan September 1945, pada ketika turunnya Belanda ke /di Indonesia khusus
ke/di pulau Jawa atau sebulan kemudian daripada proklamasi berdirinya Republik
Indonesia maka revolusi nasional yang mulai menyala pada tanggal 17 Agustus 1945
itu merupakan Perang sehingga sejak masa itu seluruh Indonesia di dalam
keadaan perang.
4. Negara Islam Indonesia tumbuh dimasa perang ditengah-tengah revolusi nasional
yang akhir kemudiannya, setelah naskah renville dan umat Islam Bangsa Indonesia
bangun serta bangkit melawan keganasan penjajahan dan perbudakan yang dilakukan
oleh Belanda,beralih sifat dan wujudnya menjadi Revolusi Islam atau Perang Suci
5. Insya Allah perang suci atau revolusi Islam itu akan berjalan terus hingga:
Dengan diproklamasikan Daulah Islamiyah, maka idharlah Al-Haq di muka bumi maka
jadilah proklamasi Agustus 1949 sebagai kiblat kaum muslimin, berarti disini
adanya perubahan/pemindahan kiblat, dari Masjidil Aqsha (proklamasi 17 Agustus
1945) kepada kiblat Masjidil Haram (Proklamasi 7 Agustus 1949) Sebagaimana tinjauan tinjauan Al-Qur’an Surat 2:142-147 “Orang-orang yang kurang akalnya diantara manusia akan berkata:”Apakah orang memalingkan mereka (umat Isllam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat kepadanya ?” Katakanlah:”Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat; Dia memberi petunjuk kepada siapa yang menghendakinya ke jalan yang lurus”. (QS. 2: 142) “Dan demikianlah kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas perbuatan perbuatan kamu. Dan kami tidak menjadikan kiblat yang menjadikan kiblatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui supaya nyata siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sunggu (pemindahan kiblat) itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan tidak akan menyianyiakan
imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia (2/143)
“ Sesungguhnya kami sering melihat mukamu menengadahkan ke langit, maka
sungguh kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke
arah Masjidil Haram dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan
sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al-Kitab (Taurat dan injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Raab-Nya;
Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa-apa yang mereka kerjakan” (2/144)
“Dan Sesungguhnya kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani)
yang diberi Al-Kitab (Taurat dan Injil) semua ayat (keterangan). mereka tidak akan
mengikuti kiblatmu dan kamupun tidak akan mengikuti kiblat mereka dan sebahagian
merekapun tidak akan mengikuti kiblat sebahagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang dzalim” (2/145)
“Orang-orang (yahudi dan Nasrani) yang telah kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil)
mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anak-nya sendiri. Dan sesungguhnya
sebagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran padahal mereka mengetahunya”
(2/146) “Kebenaran itu adalah dari Rabb-mu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu” (2/147)
Dari pemindahan kiblat ini terjadi reaksi, yang setia makin teguh kepada Rasul yang
pura-pura atau setengah-setengah membelot dari Rasul, terutama Ahlul Kitab Kongkrit
kejadiannya pada masa awal berjalan RIS.
30 Oktober 1949
Susunan Pemerintahan Negara dimasa perang MKT No. I. Lampiran 1 dan 2
Memutuskan
I. Penetapan bentuk Komandemen
1. Susunan Pemerintahan Negara, politik dan militer diubah dan diperbaharukan
demikian rupa sehingga mencapai bentuk, sifat, organisasi dan usaha: Komandemen
2. Komandemen itu dibagi menjadi 5 tingkatan:
a. Komandemen Tertinggi; dulu Dewan Imamah yang dipimpin oleh Imam
b. Komandemen Wilayah; dulu Divisi dan Wilayah yang dipimpin oleh panglima
Divisi (bagian militer dan oleh gubernur (bagian politik)
c. Komandemen daerah; dulu resimen dan residen (Keresidenan yang dipimpin oleh
komandan resimen (bagian militer) dan Residen (bag. politik)
d. Komandemen kabupaten; dulu batalion dan kabupaten yang dipimpin oleh
Teritorial/batalyon (bag militer) dan Bupati K1 dan K2 (bagian politik
e. Komandemen Kecamatan; dulu yang dipimpin oleh Camat 1 dan 2 (bag politik
sedang militer tidak tentu; adakalanya Komandan PADI di tempat tersebut yang
menjadi komandan pertempuran.
II. Tentang Tentara dan Ketentaraan
1. Didalam lingkungan Negara Islam Indonesia hanya di bentuk 2 bentuk alat Negara
yang merupakan:
a. Tentara Islam Indonesia, ialah tentara resmi dari Negara Islam Indonesia;
b. Polisi Islam Indonesia, polisi resmi negara, selama Negara dalam keadaaan
perang (In staat Van Orloog)
2. Padi (Pahlawan Darul Islam) yang sekarang berangsur-angsur telah merupakan
kesatuan-kesatuan tentara diubah sifat, bentuk dan organisasinya menjadilah Tentara
Islam Indonesia.Sejak waktu itu, maka hukum dan organisasi Tentara berlaku
sepenuhnya atas kesatuan-kesatuan itu.
3. BKN (Badan Keamanan Negara), beralih sifat dan organisasinya menjadi polisi Islam
Indonesia
27 Desember 1949
Penyerahan kedaulatan atas Satelit Belanda (Sukarno-Hatta) dari Pemerintah Belanda
dalam KMB dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Membentuk Negara Indonesia Serikat (NIS/RIS)
2. Hukum yang berlaku adalah Hukum kolonial Belanda
3. Hancurkan Negara Islam Indonesia dan Tentara Islam Indonesia
4. Berkewajiban mengganti kerugian dana yang diderita Belanda selama menghadapi
peperangan dengan Tentara Islam Indonesia (TII).
(menurut suatu khabar jumlahnya kurang lebih 6 juta Gulden)
Perlu diketahui bahwa RIS terdiri dari 16 negara bagian Boneka Belanda dan RI
sebagai pelaksana daripada statemen Roem-Royen sehingga kedudukan RI hanyalah
merupakan negara Bagian RIS sekali-kali bukan RI kesatuan sepanjang Proklamasi RI 17
Agustus 1945 dan Undang-Undang Dasar 1945 lagi. Beberapa saat berjalan timbulah
sengketa dalam RIS antara kaum unitaris yang dipelopori RI dan pihak Federal yang
dipelopori Negara-negara boneka Belanda yang keduanya merasa tangguh karena mempunyai kekuatan dalam APRIS, yang satu TNI dan yang lain tentara Federal.
Preventivnya Belanda memutuskan untuk melebur semua negara bagian, maka RI dan
negara-negara bagian RIS tadi dibubarkan kemudian dibentuk negara kesatuan dan diangkat Sukarno sebagai presiden. Anggota DPR RIS terdiri dari 2/3 BFO dan 1/3 RI. Disamping itu 65000 antek-antek Belanda dari KNIL dan VB dimasukan kedalam tubuh angkatan perang Negara kesatuan tersebut. Dari awal hingga terbentuk Negara kesatuan, maka nampaklah kerewelan dan keruwetan. Terbayang kejadian-kejadian tersebut dan akibat-akibatnya yang akan timbul dan mesti dihadapi, maka sukarno segera meraih DN Aidit dengan sistem komunisnya sehingga mulai saat itu Negara Kesatuan sulapan RIS tadi praktis diseret menjadi Negara Indonesia Komunis (NIK) atau (RIK) pada akhirnya ditahun 1965.
23 Januari 1950
Peristiwa APPRA
Tahun 50 awal RIS mulai bekerja dengan menarik M. Natsir sebagai PM pertama Indonesia. Pengangkatan M. Natsir disebabkan citra Sukarno yang telah terlibat PKI yang jelas musuh Islam khususnya dan masyarakat umumnya, maka dalam rangka menenangkan suasana juga dalam rangka azas manfaat tokoh-tokoh Islam yang membelot dengan mendudukan mereka di Parlemen RIS dalam menghadapi NII mengambil langkah pertamanya dengan diplomatik, diperintahkan Natsir untuk berupaya menundukan Imam S MK, maka diutuslan seorang ulama besar, A Hasan, namun sekembalinya dari berhadapan dengan Imam SMK, justru A Hasan kalah hujjah malah taslim kepada NII yang kemudian ditugaskan untuk bergerak di perkotaaan dengan menempatkan PERSIS sebagai lembaga pendidikan NII di perkotaan, sebagai akibat pada komitmen pada NII A Hasan tidak berusia lamadari kejadian tersebut beliau wafat ditembak seorang yang tidak dikenal. Selanjutnya Natsir mengutus Wali Al- Fatah untuk berhujah menghadapi Imam SMK akhirnya wali Al-Fatah kalah hujjah juga.
Namun Wali Al-Fatah sekembalinya dari gunung mengatakan bahwa dialah yang menang
hujjah dan malah mengatakan bahwa dialah sekarang yang memegang komando, tetapi tidak berpengaruh banyak. Disamping serangan secara diplomatik Sukarno membuat barisan infiltran, yaitu orang-orang yang senantiasa tampil meyakinkan seperti seorang ulama namun banyak melakukan hal-hal yang tidak senonoh dan kekejian, dengan banyak membunuh ulama maupun rakyat yang mendukung NII serta mereka membakar rumah-rumah penduduk yang jelas-jelas rakyat NII. Melihat kelakuan para infiltran sangat merusak dan merugikan citra Islam sendiri, maka Natsir membuat power dengan dibentuknya “Barisan Janur Kuning” untuk menumpas para infiltran tadi. Namun pasukan Natsir ini keburu ketahuan oleh Sukarno, maka diarahkanlah kekuatan ini juga untuk menyerang TII/NII terjadilah insiden pembantaian pertama terhadap pasukan gerilya Muslim yang turun gunung memenuhi seruan Natsir yang menjanjikan perlindungan kepada mereka bila mau menyerah malah dijanjikan penempatan dan penghidupan yang layak. Dengan kegagalan pendudukan NII ini maka Natsir dipecat
Sukarno dan diganti oleh Sukiman.
13 April 50
Peristiwa Andi Azis di Sulawesi.
25 April 50
Negara Indonesia Timur menjadi RMS dibawah Soumokil
17 Agustus 50
RIS kembali kepada Negara Kesatuan namun dengan konstitusinya menggunakan konstitusi RIS.
22 Oktober 50
Pengiriman Nota Rahasia pertama dari Imam SMK kepada Presiden Sukarno.
17 Pebruari 51
Pengiriman Nota Rahasia kedua dari Imam SMK kepada Presiden Sukarno.
B. PENGGABUNGAN LASYKAR-LASYKAR MUSLIM DI LUAR JAWA-BARAT
a. Pimpinan Pimpinan Amir Fatah Wijaya Kusumah dan beberapa Batalyon TNI.
Semasa perjanjian Renville di Jawa Tengah khususnya daerah Tegal-Brebes kesatuan
TNI pimpinan Wongso Atmojo membentuk sub wehrkreise III disingkat menjadi SWKS III,
sebagai bagian dari struktur komando Tentara Republik. Kedalam kesatuan inilah didatangkan seorang yang bernama Bapak Amir Fatah W untuk menjabat sebagai ketua Koordinator kepala keamanan SWKS III.
Disini Bapak Amir Fatah W membawahi 3 kompi:
1. Kompi Irfan Mustafa
2. Kompi Dimyati
3. Kompi Syamsuri
Mereka adalah dari batalyon V Brig. IV Div. III (pasukan bekas Hisbullah) skup
Bataliyon daerah Pekalongan yang tidak bersedia di TNI kan.
Sementara di Tegal - Brebes telah ada organisasi Masyumi. Bapak Amir Fatah W pun
ikut aktif didalamnya dan ternyata dia mampu memegang peranan hingga tingkat desa
lengkap dengan program pemerintahannya. Dalam suatu rapat para pemimpin MI
memutuskan untuk membentuk kekuasaan daerah yang bernama Darul Islam, memberlakukan
Hukum Islam sebagaimana yang terselenggara di Jawa Barat, maka pasukan MI (peleburan
Hisbullah dan GPII) dirubah menjadi TII, BKN dan PADIsetelah ada kontak dengan
Pemerintah Negara Islam Indonesia NII Jawa Barat.
16 Pebruari 49
Kunjungan utusan Pemerintah NII yang bernama Kamran Cakra Buana Panglima
Divisi I/Syarif Hidayatullah TII Jawa Barat ke Jawa Tengan untuk bertemu dengan Bapak Amir Fatah W dalam rangka memadukan azzam atau kebulatan tekad dengan kesepakatan:
1. melanjutkan (mempertahankan) proklamasi 17 Agustus 1945 dengan sistem NII
2. NII pekalongan dan Banyumas ditugaskan untuk menjalankan organisasi serta alatnya
sebagai persiapan NII
Akhir april 49
Proklamasi NII Jawa Tengah yang merupakan bagian dari NII. juga diangkat Bapak Amir Fatah W sebagai panglima NII wilayah Jawa Tengah.
5 Mei 49
Penyerbuan pertama TII Jateng ke markas komandan Wongso Atmojo SWKS III
(bekas komandan dan kesatuan Bapak Amir Fatah W) di desa bantar sari. Dalam waktu yang relatif singkat markas ini dapat dikuasai, namun sayang tak lama kemudian terjadi pengkhianatan 2 orang Kapten, yaitu Kapten Suja’i dan Kapten Mustafa. Kebocoran informasi dengan ditangkapnya seorang kurir istimewa yang membawa amanat tentang diumumkannya tentang permakluman jihad keseluruh MI didaerah SWKS III yaitu
Banyumas, Majenang, Probolinggo dan Kroya. Namun demikian penyebaran perjuangan
Islam ini terus menjalar dalam masyarakat juga organisasi AUI serta pasukan Batalyon 423 dan batalyon 426 namun batalyon 423 gagal ditarik untuk bergabung.
Penggabungan batalyon TNI diatas, diawali dengan pemberontakan Kapten Sofyansetelah
komandan batalyon 426 Mayor Munawar ditarik. Penarikan ini spontan menjadikan Kapten
Sofyan memegang pimpinan terhadap 3 kompi di asrama jati kudus dan 2 kompi dibawah
pimpinan Kapten Muhammad Alit Cs, yang waktu itu menempati asrama Depo Pendidikan
(DODIK) Magelang. Namun kabur dan menggabungkan diri dengan induknya Batalyon 426
namun pemberontakan ini gagal, untuk selanjutnya Yon 426 menggabungkan diri pada NII
wilayah Jawa Tengah sekitar akhir tahun 1952, maka pertempuran di Jawa Tengah semakin menggelora hingga pada tahun 1954. Kemudian terjadi kemunduran-kemunduran hingga menurut suatu kabar terjadi pembunuhan terhadap beberapa komandan III termasuk panglima Amir Fatah W yang dilakukan oleh pengkhianat.
Secara singkat perjalanan perjuangan NII Jawa Tengah sbb:
1952 - 1954 Merupakan tahap konsolidasi kekuatan konfrontasi fisik
1954 - 1955 Merupakan taraf konsolidasi taktik menghindari benturan
1955 - 1961 Merupakan tahap konsolidasi teritorial melebur dengan massa
b. SISA-SISA LASYKAR AUI KEBUMEN
11 September 45
Berdiri AUI (Angkatan Umat Islam) di Kebumen yang diketuai oleh seorang ulama
pondok pesantren, bernama Kyai Somalangu. Pada dekade awalnya AUI sangat akrab
dengan TNI dalam menghadapi penjajah dan sangat terkenal sekali akan kesatriaan para
lasykarnya.
Oktober 45
AUI menyatakan dirinya menjadi satu partai yang beraliran islam dimana kerjasama
dengan organisasi-organisasi lainnya cukup terjalin dengan baik. Namun pada kelanjutannya AUI melepaskan diri dari komitmen terhadap RI , kemudian menyusun badan-badan kelasykaran bersenjata sendiri yang dinamakan lasykar AUI untuk mewujudkan cita-cita moyangnya Kyai Somalangu yang berasal dari Yaman bernama Syekh Abdul Kahfi Awal (ratusan tahun yang silam) yaitu untuk mempertahankan dan menegakkan Indonesia menurut jalan Allah yang ditunjukkan oleh utusannya, maka tujuan AUI yang sekarangpun adalah berusaha keras untuk memperjuangkan desa Somalangu kepada Pemerintah RI setempat agar dapat dijadikan tanah “Keputihan”, yaitu suatu daerah yang bebas dari pajak RI dan mempunyai peraturan pemerintahan sendiri. Namun hal ini tercetusnya masih ditengah-tengah perang mempertahankan kemerdekaan 17 Agustus 45 melawan Belanda, maka untuk sementara waktu segala sesuatunya masih terkonsentrasikan pada hal itu
15 Pebruari 50
Berangkat dari kasus Perjanjian Renville, AUI mengirimkan surat terbuka kepada
Pemerintahan RIS, isinya menyatakan:” ..... bahwa kemerdekaan itu artinya bebas dan bersih dari campur tangan bangsa asing pada kepentingan masyarakat suatu bangsa yang lain dalam segala hal mengenai perhubungan luar negeri, pertahanan, keuangan, ekonomi, budaya dll. Sebaliknya bilamana lain bangsa dapat campur tangan pada masyarakat bangsa lain maka kemerdekaan itu adalah kemerdekaan yang tidak ada artinya ......”. Jelaslah disini politik AUI sekarang adalah menentang KMB dan menghendaki terwujudnya suatu negara yang utuh bahkan menurut Islam.
Melihat gelagat seperti yang demikian maka, Pemerintah RIS mengajak kepada AUI untuk
mengadakan kerjasama dengan penarikan seluruh lasykar AUI digabungkan kedalam tubuh
TNI. Kyai Somalangu menolak pengangkatan ini namun adiknya yang bernama Haji Nur
Syadiq menerima peleburan ini, maka H Nur Syadiq pun beserta pasukannya dileburkan
kedalam pasukan TNI Surengpati dan pasukannya diberi nama Batalyon Lemah Lanang.
27 Mei 50
Kyai Somalangu membentuk pasukannya dalam satu batalyon dengan nama batalyon
Khimayatul Islam.
1 Agustus 50
Batalyon Khimayatul Islam mengadakan pemberontakan, terjadilah pertempuran
diseluruh kota Kebumen.
26 Agustus 50
Setelah pertempuran berjalan H. Nur Syadiq yang memimpin batalyon Lemah Lanang
akhirnya bergabung dengan kakaknya karena batalyon Lemah Lanang lasykarnya akan
dilebur untuk masuk Diklat Militer, hal ini tidak bisa diterima oleh H Syadiq Namun
penggabungan ini boleh dikatakan terlambat, maka pemberontakan di Kebumen dapat
dipatahkan oleh pasukan kafir TNI. Terjadilah pengejaran-pengejaran lasykar AUI yang
hendak mundur untuk mengatur strategi.
26 September 50
Dipegunungan Srandil (Kroya) terjadi pertempuran habis-habisan. Dan akhirnya Kyai
Somalangupun gugur pada awal bulan Oktober. Sepeninggalan pemimpinnya lasykar AUI
tetap mendapat pengejaran-pengejaran, namun dengan takdir Allah banyak lasykar AUI yang dapat bertemu dengan para Mujahid NII kemudian mereka meleburkan diri kedalam TII/NII. Setelah mereka sampai ke daerah-daerah basis Cilacap, Tegal dan Jawa-Barat.
2. SULAWESI PIMPINAN KAHAR MUZAKAR
Bulan Oktober 50
Setelah pengakuan kemerdekaan dan pembentukan RI yang bersifat federal (Desember
50) telah timbul berbagai ketegangan di Sulawesi Selatan. Salah satunya ialah pertentangan yang ditimbulkan oleh para gerilyawan menuntut penggabungan secara menyeluruh dengan tentara Nasional, namun Kolonel Kawilarang sebagai komandan disana hanya menerima sedikit karena pada kebanyakan terkena seleksi dan selebihnya dibubarkan. Hal ini yang menjadi awal permasalahan. Untuk menyelesaikan masalah ini ada seorang teman Bapak Kahar Muzakar yang bernama Bahar Mattaliu mengajukan usulan kepada Presiden di Jakarta lewat surat yang isinya menjelaskan bahwa yang akan dapat menyelesaikan kerusuhan itu hanyalah Bapak Kahar Muzakar karena dialah yang telah membentuk mereka. Usulan tersebut diterima Presiden, maka diutuslah bakak Kahar Muzakar ke Sulawesi. Sampai disana Bapak Kahar Muzakar mulai menemui para gerilyawan dan sebagai hasilnya Bapak Kahar Muzakar mengusulkan kepada Kolonel Kawilarang bahwa untuk menanggulangi dan mengendalikan para gerilyawan adalah dengan cara mereka dikoordinir dan dijadikan pasukan berupa satu brigade dibawah pimpinan Bapak Kahar Muzakar secara langsung. Usulan itu ditolak oleh Kolonel Kawilarang, maka Bapak Kahar Muzakar meninggalkan Makasar tanggal 5 Juli 50; kemudian bergabung dengan gerilyawan di hutan untuk berhadapan dengan TNI. Dengan para gerilyawan inilah Bapak Kahar Muzakar leluasa membentuk dan mengarahkan pasukan kepada suatu arahan jelas menurut prinsip yang beliau anut yaitu prinsip-prinsip Islam. Dalam kurun waktu yang singkat terbentuk suatu pasukan yang kuat dan terus berkembang dengan cepat.
Perjuangan di Sulawesipun mendapat tembusan dari Jawa Barat yang mengajak bergabung dalam suatu naungan yang sama yaitu dibawah bendera perjuangan Negara Islam Indonesia.
20 Januari 50
Bapak Kahar Muzakar menulis jawaban kepada Bapak Imam SMK yang menyatakan
bahwa Bapak Kahar Muzakar menerima pengangkatan sebagai Panglima TII untuk Sulawesi
dan pelantikan para gerilyawan menjadi TII pada tanggal 7 Agustus 53 juga sebagai ulang tahun proklamasi NII dan dinyatakan bahwa Sulawesi merupakan bagian dari NII. Peristiwa ini terjadi didaerah sekitar Maklus (sulsel) dari sini lahirlah “piagam Maklus”.
BEBERAPA PIAGAM MAKLUS YANG TERKUMPUL
Pasal 12 : Partai PNI, Murba dan PKI adalah munafik dan tidak bertuhan dan karena itu harus dihancurkan.
Pasal 13 : Partai-partai Islam seperti Masyumi, NU dan PSII dinilai kontra revolusioner dan harus ditiadakan.
Pasal 16 : Semua orang feodal yang gemar memakai gelar dan perkataan seperti Opu,
Karaeng, Andi, Daeng, Haji, Gede, Bagus, Sayyid, Teuku atau Raden harus ditawan
Beberapa pasal disediakan untuk mengatur santunan bagi korban revolusi (para janda,
anak yatim piatu dan penyandang cacat)
Pasal 44 : pembatasan biaya perkawinan
Pasal 45 : Peraturan tentang perkawinan poligami, bagi mereka yang menentang akan
diadili. Peraturan ini adalah merupakan bentuk pemecahan masalah penanggulan
janda korban perang.
Pasal 49 : Pembelian dan pemilikan ternak dan tanah, demikian pula kedai, pabrik,
kedaraan sewaan, perahu layar dilarang kecuali dengan izin organisasi
Revolusioner.
Pasal 50 : Dilarang memiliki atau memakai emas dan permata, mengenakan pakaian yang
terbuat dari bahan mahal seperti wall atau sutra, menggunakan minyak rambut,
pemerah bibir dan bedak, makanan-makanan atau minuman yang dibeli dari kota
yang dikuasai musuh, seperti: susu, coklat, mentega, keju, daging atau ikan
kaleng, biscuit, gandum gula, tebu dan teh.
Pasal 52 : Bila barang-barang ini dengan syah telah dalam penguasaan pemilik yang
sekarang, maka Organisasi Revolusioner akan membeli atau meminjamnya; bila
sebaliknya barang-barang ini diperoleh melalui “penipuan moral”, maka barangbarang
ini akan disita.
Jadi untuk daerah yang dikuasai oleh Panglima Kahar Muzakar telah diberlakukan
Hukum Islam sebagaimana mestinya; tegasnya Hukum Islam ini mendapat dukungan kuat
dari masyarakat lingkungannya apalagi mengingat citra kepemimpinan didalam Islam
merupakan Uswatun Hasanah . Begitupun dengan Panglima Kahar Muzakar dapatlah kiranya
beliau mewakili Islam dan Imam di Sulawesi khususnya. Namun akhirnya keagungan yang
ada di Sulawesi mengalami kemunduran dan kerusakan dengan berkhianatnya seorang
rekannya yang sebagai wakilnya juga ialah Bahar Mattaliu. Dia membelot ke TNI karena
faktor ketidak setujuan akan beberapa putusan Panglima Kahar Muzakar, padahal keputusan tersebut bernafaskan syari’at Islam. Panglima Kahar Muzakar tertangkap oleh pasukan TNI di sungai Laslo, menurut kabar beliau ditembak ditempat.
3. SUMATRA (ACEH) PIMPINAN TEUKU DAUD BEUREUH
Tahun 46
Sejak semula di Aceh ada kekuatan yang merupakan dwi-tunggal, yaitu antara para
ulama yang memegang dan memerankan Hukum Islam dan Ulee Balang (Hulu Balang)
sebagai pemegang Hukum Adat. Ada seorang Sultan yang mampu memadukan dua kekuatan
ini menjadi satu. Namun sejak tanggal 10 Januari 1903 Sultan tertawan, maka Dwi-tunggal pun terpecah dengan ditariknya Ulee Balang pada pemerintahan sipil Kolonial. Senantiasa terjadi pertikaian antar ulama dan Ulee Balang hingga tahun 1939. Para Ulama bersatu dalam PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) dan diakhiri tahun 1945; singkatan tersebut menjadi singkatan slogan “Pembasmian Uleebalang-Uleebalang Seluruh Aceh”, maka pada awal tahun 46 terjadi pembantaian sebahagian besar Uleebalang, keluarganya dibunuh dan sisanya ditawan PUSA dipimpin oleh 4 Ulama dan sebagai Ketuanya ialah Teuku Muhammad Daud Beureuh. Organisasi perjuangan PUSA seperti halnya perujangan yang terdapat di pulaupulau lainnya, yaitu perang sabil melawan Belanda.
Tahun 50
Sekembali nya Yogya ke tangan Sukarno Hatta maka PBB menuntut dikembalikannya
akan segala sesuatu mengenai De Facto dan De Jure RIS begitupun De Factonya propinsi
Aceh. Namun hal ini mendapatkan penentangan dari orang-orang Aceh sendiri akan rencana peleburan kedalam kekuasaan RIS dengan daerah lainnya. Sikap Aceh ini dijadikan oleh orang-orang komunis sebagai sasaran empuk untuk difitnah. Disukan bahwa Aceh sedang mempersiapkan pemberontakan untuk memisahkan diri dari RIS, maka Pemerintah Pusat mengambil Langkah. Awalnya adalah dengan pengangkatan seorang Panglima untuk daerah Sumatra Timur dan langkah berikutnya, tepatnya Bulan Oktober 50 Pemerintah pusat di Jakarta memutuskan tentang penyatuan Aceh dengan Tapanuli dan Sumatra Timur menjadi satu propinsi yaitu menjadi Propinsi Sumatra Utara; Dengan pelebuaran ini otomatis Abu Daud menjadi tidak berfungsi lagi. Untuk lebih menguasai lagi kekuasaan/keadaan, Pemerintah Pusat menawarkan jabatan yang ada di Jakarta tapi Abu Daud menolak dan mengundurkan diri dari pemerintahan hal ini menimbulkan ketegangan disemua pihak terutama para pendukung PUSA. Adapun yang diangkat menjadi Panglima di Sumatra Utara oleh Pemerintah RI bernama Nazir seorang Aceh juga namun dikhabarkan dia telah menaruh simpati pada komunisme. Pribadi Abu Daud sendiri dalam menghadapi konflik ini nampak tenang-tenang saja beliau punya prinsip akan tetap sabar selama Pemerintahan dipimpin oleh Muslim atau orang-orang Masyumi yang memegang peranan.
Awal Tahun 53
Orang-orang sayap kiri (komunis) kembali menyebarkan desas-desus bahwa Aceh
benar-benar sedang mempersiapkan pemberontakan, maka Pemerintah di Jakarta menyusun
perencanaan penangkapan kepada 190 orang tokoh Aceh yang terkemuka, namun rencana
tersebut bocor mengakibatkan putus sama sekali hubungan Aceh dengan Jakarta memang
Abu Daud sendiri akhir-akhir ini telah banyak bersikap meremehkan penguasa karena
boneka-boneka RI di Aceh semakin hari semakin terlihat belangnya.
Abu Daud mawas diri dalam menghadapi kecurangan penguasa, maka rencana penguasa RI
yang akan mengadakan penangkapan terhadap 190 orang tokoh Aceh tidak terjadi, namun
yang timbul adalah bentrokan karena terjadinya perlawanan dari tokoh tadi yang dipimpin oleh Abu Daud. Dalam penangguhan dan pemantapan pergerakan yang di pimpinnya, Abu Daud mengadakan kontak dengan Imam SMK (jawa Barat) dengan cara tidak langsung atau lewat utusan. Pada waktu ada rencana pengadaan penggabungan wilayah Aceh untuk menjadi bagian NII haruslah dilaksanakan oleh KUKT (Kuasa Usaha Komandemen Tertinggi), cuma tidak dapat dilaksanakan karena mengingat kesibukan di Pusat yang kurang memungkinkan untuk ditinggalkan. Disodorkanlah kepada Bapak Imam SMK seorang yang dapat mengganti/mewakili KUT KT dalam mengemban tugas ini, yaitu bernama Mustafa Rasyid atau Abdul Fatah Wirananggapati yang dikenal sebagai seorang Anshar yang sudah terbiasa berkeliaran di kota dan dapat dipercaya oleh Panglima Agus Abdullah tetapi Bapak Imam SMK sendiri baru kali itu saja bertemu dan langsung diberi mandat untuk mengadakan pembai’atan sekaligus menyampaikan kebakuan kebijaksanaan yang sedang berlangsung. Akhirnya berangkatlah AFW ke Aceh.. Namun sangat sayang sewaktu hendak kembali dari Aceh ia tertangkap pada Bulan Mei 1953 yang belum sempat melaporkan hasil tugasnya pada waktu itu pula seorang utusan Abu Daud dilaporkan tertangkap juga akibatnya rencana pergerakan yang akan dilaksanakan tanggal 7 Agustus 53 diundurkan, bahkan menurut informasi terjadi penyerangan dari TNI secara mendadak, maka semakin gagal saja rencana penggabungan kekuatan dengan Jawa Barat, padahal disana telah ada kekuatan kapal terbang walau begitu dengan rahmat Allah kekuatan di Aceh dapat dipulihkan kembali.
Tanggal 19 September 53
Diawali dengan proklamasi Aceh dan daerah-daerah sekitarnya menjadi bagian dari
NII diserukanlah komando dimulainya pergerakan seluruh Aceh. Kemenangan-kemenangan
diraih selain persiapannya yang juga mapan juga adanya dukungan dari masyarakat pada
umumnya. Juga hubungan Diplomatik dengan luar negeri dengan negara-negara Islam
maupun dengan fihak PBB sendiri terjalin baik. Yang menjadi konsultannya adalah Hasan Muhammad Tiro yang berdomisili di Amerika.
Tahun 53
Pemilu RI yang pertama, Masyumi menang mutlak, maka di Pemerintahan Pusat semakin gencar pengajuan penyelesaian masalah di Aceh dengan cara perundingan.
Antara 55 - 56
Kebusukan tentara Republik:
1. Perlakuan tak senonoh (asusila) prajurit TNI Minangkabau yang masuk ke sebuah desa dekat Banda Aceh dan mengumpulkan seluruh wanitanya. Kemudian para prajurit itu
semua memperlihatkan kemaluannya kepada para wanita tadi juga beberapa tawanan dari
Aceh (prajurit NII) dipaksa untuk sama-sama memperlihatkan kemaluannya. Para prajurit RI mengatakan kepada para wanita bahwa dia dengan orang Aceh tidak ada perbedaan, yaitu telah sama-sama disunat, karena itu agar tidak dicap kafir.
2. Perampokan dan pembakaran rumah-rumah penduduk yang dicurigai pro Panglima Daud
3. Di desa Cot Jeumpa dan Pulot Leupang pasukan Republik mengumpulkan semua
penduduk tak terkecuali anak-anak, perempuan dan orang tua renta yang kemudian tanpa
ragu dan belas kasihan mereka dibantai semuanya.
Tahun 59
Didalam penyelesaian konflik Aceh maka Pemerintah Pusat RI di Jakarta mengadakan
pertemuan-pertemuan dengan Pemerintah NII di Aceh guna perundingan yang juga dihadiri oleh antek-antek Aceh yang pro penguasa RI hal ini sebenarnya adalah rencana Thaghut memasang politik mengadu domba seperti sebelumnya (1956). Aceh sendiri telah diakui dan disetujui sebagai propinsi tersendiri. Hasil pertemuan ini diangkatlah Hasymi sebagai Gubernur dan Syamaun Gaharu sebagai Panglimanya. Hal ini setelah adanya ide yang disampaikan kepada Pemerintah RI dari Syamaun Gaharu, bahwa untuk penyelesaian Aceh adalah mesti dengan orang Aceh, dengancara Aceh pula, karena Aceh adalah daerah yang memiliki adat yang benar-benar eksklusif. Kemudian pada tanggal 26 Mei 1959 Aceh diakui sebagai daerah Istimewa dengan otonomi khususnya dalam masalah keagamaan, adat dan pendidikan, namun dengan catatan tidak bertentangan dengan UUDS RI.
Tanggal 15 Maret 59
Bagi orang-orang yang berjuangnya karena kesukuan dan ambisi, dengan adanya
pengakuan dan hak otonomi dari penguasa RI dianggap sebagai sesuatu alternatif yang baik untuk diambil sehingga terjadilah perpecahan dalam tubuh NII Aceh, banyak orang terasnya yang mengundurkan diri untuk bergabung dengan antek thaghut dan ada juga yang membentuk Pemerintahan sendiri dengan nama Gerakan Revolusioner Islam Indonesia (GRII), diketuai oleh Abdul Ganu Utsman dan wakilnya Hasan Saleh. GRII selanjutnya mengumumkan penghentian pemberontakan dan menyatakan berunding dengan Pemerintah RI, maka diadakanlah perundingan GRII, Gubernur Aceh RI dan seorang Panglima utusan dari Pemerintah Pusat RI dengan keputusan memberikan peluang yang semakin besar pada otonomi Aceh, walaupun Panglima Daud dan Hasan Ali tetap melakukan pemberontakan nemun pada akhirnya beliau menghentikan sikap frontal mengingat suasana Aceh sudah banyak berubah dengan banyaknya perundingan yang dilakukan oleh para pembelot dengan thaghut yang mengakibatkan kesamaran pemandangan masyarakat Aceh hingga sulitnya mereka untuk diarahkan pada cita-cita penegakkan Islam yang murni maka Panglima Daud mengambil sikap diam. Terlebih dengan adanya kegagalan salah satu pecahan PRRI yang dipimpin Natsir dan Burhanuddin Harahap memproklamasikan diri menjadi bagian NII.
4. KALIMANTAN PIMPINAN IBNU HAJAR
Bermula dari kehadiran kelompok-kelompok kecil orang-orang asal Kalimantan yang
ada di Pulau Jawa juga kelompok-kelompok kecil di Kalimantan itu sendiri yang bergerilya melawan Belanda yang perjuangannya jelas sempalan dan tak terkoordinir, maka Pemerintah RI membentuk ALRI Div. IV untuk mempersatukan gerilyawan tadi dalam mempertahankan Republik di Kalimantan serta hendak menjadikan Kalimantan sebagai wilayah republik ALRI Div. IV dipimpin oleh Hasan Basri dan wakilnya Gusti Aman.
Tahun 1947
Pelantikan ALRI Div. IV resmi menjadi bagian dari jajaran militer Pemerintah RI
setelah terjadinya Perjanjian Linggar Jati, maka hal ini sebenarnya untuk pengendalian ALRI Div. IV yang senantiasa mengadakan aksi yang merepotkan Belanda hingga kewalahan. Sementara Pemerintah buatan Belanda yang bernama daerah Otonomi Kalimantang Tenggaradan Banjar tak dapat berkutik juga menghadapi massa yang dikendalikan oleh ALRI Div. IV. Padahal kalau melihat Perjanjian linggar Jati ALRI Div. IV harus tunduk kepada penjajah Belanda karena Kalimantan merupakan De Facto Belanda, hal ini berlarut hingga 2 tahun lamanya.
25 November 1949
ALRI Div. IV dirubah namanya menjadi Divisi Lembu Mangkurat yang mulai berada
dibawah yuridisi Dewan Banjar dengan banyaknya campur tangan Pemerintah Pusat RI yang didominasi oleh orang-orang Jawa hingga banyak sekali penjahat-penjahat dari Jawa mengambil alih peranan orang-orang Kalimantan sendiri. Kenyataan seperti ini membawa dampak cukup tajam ditengah-tengah ketidak setujuan pengintegrasian ALRI Div. IV pada TNI, juga meningkat antipati kesukuan karena keserakahan pejabat-pejabat Jawa dan orang-orang Kalimantan sendiri sangat dilecehkan padahal mereka adalah bekas gerilyawan sejati. Melihat kenyataan ini Pemerintah Pusat RI semakin khawatir, maka ALRI Div. IV semakin dirobek-robekkesatuan orang-orangnya dilumatkan sama sekali dari arena yang ada dengan alasan arena yang ada dengan alasan penyebaran atau menempati bagian lain di Indonesia dengan ditariknya 40 s.d 50 orang para perwira bekas ALRI Div. IV untuk menempati krususkursus
khusus Akademi Nasional di Yogyakarta. Padahal di Yogya sendiri sebetulnya telah
ditutup setahun silam pendidikan ini. Maka sebagian besar masuk ke Surabaya dan ikut
pendidikan disana namun ternyata cuma satu orang yang menyelesaikan pendidikannya,
selebihnya kembali ke Kalimantan sebagian lagi bergabung dengan Divisi Lembung
Mangkurat dan sebagian lagi bergabung kembali dengan para gerilyawan dihutan untuk
melawan tentara Republik sendiri.
Dihutan itulah para gerilyawan membentuk KRIyT (Kesatuan Rakyat Indonesia Yang
tertindas) yang memang penduduk desa-desa disana mendapat perlakuan yang menindas dari Pemerintah Republik dan yang terutama tujuannya adalah untuk membela keutuhan
Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 Pemerintah Kolonial.
KRIyT dirintis dan dipimpin oleh Bapak Ibnu Hajar (bekas Letnan Dua ALRI Div.
IV), dimana ALRI Div. IV sejak semula terkenal dengan kepribadiannya yang baik dengan kekonsekwenannya terhadap ajaran Islam yang begitu tinggi hingga pengaruhnya melahirkan kekuatan massa yang besar di Kalimantan. Maka dengan berdirinya KRIyT warna Islam semakin nampak sebagai yang melandasi perjuangannya.
Sering terjadi berbagi pertempuran melawan pasukan-pasukan TNI pimpinan Hasan Basri
sebagai kepercayaan Pemerintah RI untuk mengadakan penumpasan KRIyT, padahal Hasan
Basri dulunya pimpinan ALRI Div. IV. Namun berbagai harapan dan impian jabatan dan
kekayaan yang membawa dia menjual akherat untuk dunia. Upaya-upaya Hasan Basri tidak
begitu banyak membawa hasil, maka diganti oleh Sitompul seorang Batak untuk memimpim
penyerangan terhadap pemberontak KRIyT. Sementara Hasan Basri sendiri ditarik ke Jakarta kemudian oleh Pemerintah RI diberikan bea siswa untuk sekolah ke Mesir memperdalam ilmu agama Islam dan kemiliteran selama 4 tahun (1951 - 1955).
Pebruari 54
Konsolidasi erat terjalin antara Pemerintah NII dengan Pimpinan KRIyT dengan
hadirnya seorang utusan utama dari Pemerintah NII yang bernama Sanusi Partawijaya, dalam perbincangannya membicarakan upaya-upaya tentang penggabungan Kalimantan kedalam wilayah De Facto Negara Islam dan membentuk komando Teritorial VI TII
Akhir 54
Proklamasi NII Kalimantan dan pelantikan Ibnu Hajar sebagai Panglima Komando
Teritorial VI TII.
Mulai saat inilah nama KRIyT menjadi APTI (Angkatan Perang Tentara Islam) yang markas besarnya di Hulu Sungai, maka muncullah para pejuang Kalimantan ini dengan identitas kemusliman dan kemujahidannya, terlebih dengan telah ditetapkannya beberapa kebijaksanaannya yang menghapus ciri-ciri sekuler pada sistem dan operasionalnya baik dibidang sipil ataupun dibidang militer.
Berbagai upaya dilancarkan oleh Pemerintah Pusat RI baik secara militer ataupun secara politis hingga Sukarno turun ke Kalimantan dengan propaganda akan memberikan amnesti umum kepada semua pemberontak yang menyerah pada akhir tahun 55, namun hasilnya Nol besar karena kegiatan APTI tidak berkurang, maka Pemerintah pusat RI membuat planning baru yang sifatnya mengulang kembali politik yang sudah baku yaitu politik adu domba dengan mengandalkan ras kesukuan untuk menjadikan transparan kekuatan religius dengan kembali menarik Hasan Basri sepulang dari Mesir untuk diberi kepercayaan dan mandat untuk memimpin pasukan untuk menumpas APTI yang dipandang semakin kuat, karena daerah teritorialnya makin luas. Langkah awalnya Hasan Basri melakukan teror mental dan bujuk rayu dengan menggunakan potensi para Ulama yang pro pada penguasa hingga mengakibatkan 2 komandan APTI membelot, juga menyerahkan 400 orang gerilyawan namun hal ini tidak berkelanjutan karena Ibnu Hajar dapat memanfaatkan situasi umum yang sedang terjadi berupa konflik kesukuan antara Jawa dan Kalimantan. Maka Panglima Ibnu Hajar dapat memulihkan bahkan mengembangkan lebih jauh lagi pasukannya hingga mampu mempertahankan perjuangannya sampai 7 tahun. Namun akhirnya terjadi kemundurankemunduran dengan terjadinya pengkhianatan-pengkhianatan dan kepandaian penguasa yang senantiasa memakai politik adu domba serta kesulitan menjalin kerjasama dengan kekuatan lainnya yang juga dalam kondisi sulit.
Awal September 65
Ibnu Hajar tertangkap kemudian disidangkan pada pengadilan militer dengan vonis
dihukum mati.
IX. KERANCUAN DAN AKIBATNYA YANG FATAL (1958 - 1962)
Tahun 58
Dalam pemilihan didaerah-daerah Jawa berlangsung pada bulan Agustus ternyata
bahwa PKI telah menjadi partai besar di pulau Jawa. Otomatis PKI dalam pemerintahan
semakin memiliki peluang besar, apalagi kekacauan situasi politik waktu itu sangat
menguntungkan untuk lebih menguntungkan kudeta komunis. Ruang gerak orang-orang Islam parlementer sangat sulit, maka beberapa pejabat meninggalkan Jakarta menuju Sumatra untuk bergabung dengan para perwira TNI yang sakit hati yang berada didaerah bergolak Sumatra, dimana disana berdiri PRRI yang dilantik oleh Ketua Dewan Banteng Letkol Ahmad Husein, juga dia melantik menteri-menteri yang ketuanya adalah PM Syafruddin Prawiranegara pada tanggal 15 Pebruari 1958.
Setahun kemudian terjadi perubahan dan pergeserah pimpinan yaitu Mr. Assat naik
sebagi presiden dan Moh. Natsir sebagai wapres sedang Syafruddin P sebagai PM merangkap menteri keuangan adapun Simbolon sebagai Menlu. Dengan tampilnya PRRI adalah untuk memerangi komunisme Sukarno, maka datanglah bantuan dari Negara Liberalis Amerika Serikat. Maka dalam hal persenjataan dapatlah dikatakan berimbang dengan TNI. Sementara itu Natsir sendiri mengirimkan tembusan Ke Timur Tengah untuk minta bantuan pendanaan, maka datanglah batuan dari Liga Arab yang mengira tembusan itu permintaan dari NII. Namun kenyataannya PRRI sangat lemah karena kerancuan ideologi yang bercampur aduk yang mengakibatkan tak ada kekompakan dalam barisan pimpinan. Dimana penyerangan dari APRI yang dipimpin Jendral Ahmad Yani tanggal 17 Agustus 1959 tak mendapat perlawanan sama sekali terlebih lagi setelah Simbolon dan disusul pula Dewan Banteng yang melantik PRRI menyerah kepada RI, dikhabarkan dengan hal ini maka kekuatan berupa perangkat senjata dikirim dari Sumatra ke Jawa, dengan demikian kekuatan RI melipat sebagai perbandingan akhir antara kekuatan TII dan NII kurang lebih 2:3 maka dengan adanya PRRI maka kekuatan berubah sebagai berikut:
TII : TNI : PRRI
2 : 3 : 3
Karena PRRI dengan RI, maka kekuatan menjadi:
TII : TNI
2 : 6
Dalam pada itu Pemerintah RI di Pusat terjadi pertentangan dalam konstituante, maka
Sukarno membatalkannya karena tak ada yang mau mengalah. Kemudian Sukarno
mengeluarkan Dekrit kembali kepada UUD 45 dengan Piagam Jakartanya pada tanggal 5 Juli Maka semakin tak karuan sebagian pihak PRRI yang condong ke Islam kerena hal ini seolah-olah mengembalikan lagi kepada masalah Syari’at Islam yang sebelumnya dihapus. Namun politisi-politisi yang keras hati tak menghiraukan hal ini, malah membentuk apa yang mereka sebut dengan Republik Persatuan Indonesia pada tanggal 8 Pebruari 60. Kini Syafruddin P tampil sebagai presiden merangkap PM, Mr Assat sebagai Ketua Mahkamah Agung, M Natsir sebagai Menteri Agama. Dikarenakan dalam RPI sendiri terjadi pertentangan dan perpecahan menjadi 3 golongan yang salah satunya dipimpin M Natsir. M Natsir menjalin konsolidasi dengan NII Aceh namun tidak sempat karena terburu rontok seiring dengan kehancuran RPI lainnya dengan cara yang mudah, karena sejak semula tidak memiliki orientasi perjuangan yang jelas melainkan diombang-ambing oleh rasa ambisi dan kekecewaan. Ribuan jiwa telah menjadi korban akibat kecerobohankepemimpinan dalam tubuh RPII semua ditangkap dan dipaksa untuk mengakui Kesaktian Pancasila, walhasil Azas Tunggal diterima sebagai ideologi dan mengesampingkan keyakinan dirinya tak terkecuali M Natsir.
Dengan peristiwa noda ini mengakibatkan tokoh-tokoh utama Masyumi yang kena
getahnya juga harus menanda-tangani pernyataan komitmen pada Pancasila dan UUD 45, ini suatu penyerahan ideologi, suatu kemusyrikan yang melebihi dosa keji manapun. Dan sebagai akibat lanjutannya Masyumi dibubarkan dan tak pernah bangun lagi.
Tahun 59 – 62 Pecah perang Brata Yudha antara APNII dan APRI.
Menurut Syari’at walaupun kekuatan NII lebih kecil dibanding kekuatan musuh,
namun hal ini bukan alasan untuk mundur, namun kalau sudan terjadi pengkhianatan, ini lain soal. Betapapun kekuatan yang besar namun tetap kehancuran yang menjadi konsekwensinya.
Melihat gelagat ini Imam SMK memanggil seluruh komandan-komandan APNII dari tingkat
Bupati keatas secara bergilir untuk diberikan amanat-amanat sebelum terjadi “Masa Fathrah” kurang lebih isi amanatnya sebagai berikut:
1. Diperintahkan kepada segenap Mujahid dan Mujahidah untuk kembali ke “semangat
Gunung Cupu” yaitu memegang teguh dan merealisasikan Kalimat Laa Ilaaha Ilal-Llah
Muhammadar Rasulullah, dengan prinsip operasional “Laa ......” Tidan/Non/berpaling)
yang ada pada dasar juangnya harus karena mentaati perintah-perintah mengharap ridho
Allah SWT.
2. Mujahid harus menjadi Mujtahid, jelasnya seluruh APNII terutama para pemimpinnya
harus berijtihad sendiri, jangan taqlid lingkungan atau pada pimpinan selkalipun, bila ia menyerah.
3. Selamatkan Mujahid dan Mujahidah dengan taktik “Khod’ah”/taktik tipu musuh
maksudnya pura-pura
Juga beliau berwasiat kepada seluruh Mujahid dan Mujahidah sebagai berikut:
Mujahid dan mujahidah harus sabar bisa jadi esok lusa kita menjadi sampah. namun sampah itu akan jadi kristal pupuk yang akan menyuburkan NII pada masa yang akan datang.
Sebenarnya siliwangi telah kehabisan akal, untuk menembus pertahanan NII begitupun
Sukarno yang pernah mengadakan pertemuan beberapa kali dengan Bapak Imam SMK
hampir menyerahkan kekuasaannya demi tercapainya kedamaian Nasional yang menjadi titik tujuan RI.
Namun kenyataan diatas berputar 180 0 dengan munculnya para pengkhianat utama,
yaitu 2 orang tokoh NII membelot dan memberikan ide dan kejelasannya mengenai segala
kerahasiahan TII. Tersimpullah suatu rancangan penyerangan sesuai dengan anjuran
pengkhianat, yaitu untuk memasang formasi “pagar betis” pengepungan secara rapat dengan tamengnya adalah masyarakat yang ditarik dari sekitar kaki gunung.. Sebenarnya mereka
adalah rakyat NII sendiri. pagar betis ini memang sangat fatal terhadap pejuang karena
bagaimana akan melepaskan tembakan kalau pelurunya harus menembus rakyat dahulu. Maka setiap bentrokan sering dihindari oleh pasukan NII. diadakan penyerangan kalaulah rakyat yang disertakan dibawah todongan senjata TNI sedang melakukan sholat atau lagi ada keperluan lain yang meninggalkan tempat. Keadaan seperti ini menjadikan para Mujahid semakin terdesak hingga tertangkapnya Imam SMK dalam keadaan sakit pada
tanggal 4 Juli 62.
SIKAP LANJUT
“Ketika orang-orang kafir menanamkan kedalam hati mereka kesombongan, yaitu
kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada
orang-orang Mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat taqwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat taqwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu PATUT DICAMKAN
Pola Tarbiyah Imam SMK wajib dipahami Mujahid untuk menjiwai sakinah dan Istiqomah harokah dalam medan manapun , yaitu menumbuhkan cinta Tho’at dan patuh dengan motto:
• Allah Minded 100 %
• Islam Minded 100 %
• NII Minded 100 %
• Jihad Minded 100 %