Menelusuri kembali sejarah masuk dan perkembangan Islam diIndonesia, tentu sangat menarik karena dapat memberikanpengetahuan dalam membangun kehidupan bermasyarakat
yang lebih baik. Bukankah Islam merupakan agama pencerahan?Islam diturunkan oleh Allah SWT sebagai ajaran yang mampumemberantas kebodohan.
1. Bukti-bukti Masuknya Islam di Indonesia
Kapan pengaruh Islam mulai masuk ke Indonesia?Pertanyaan ini tidak mudah untuk dijawab secara tepat karenatidak bukti tertulis yang menyebutkan secara pasti. Untuk itu,kita hanya dapat memperkirakan berdasarkan beberapa buktiyang dapat ditemukan dan sampai ke tangan kita pada saat ini.Apalagi, jika dikaitkan dengan kenyataan bahwa Islam masukke Indonesia dibawa oleh para pedagang. Padahal, hubungan
dagang antara Indonesia dan beberapa daerah di Asia (Indiadan Asia Barat) telah berlangsung sangat lama. Hubungandagang itu telah berlangsung, jauh sebelum Islam lahir.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka dapat diperkirakanbahwa pengaruh Islam telah masuk ke Indonesia sejak bangsaIndonesia berhubungan dengan pedagang Islam dari Asia
Barat. Pada abad VII, pedagang-pedagang Islam dari AsiaBarat (Arab dan Persia) telah sampai ke Indonesia. Pada saatitu, kerajaan yang terkenal di Indonesia adalah Sriwijaya, yangmenurut pedagang Islam disebut dengan Zabag atau Sribusa. Disamping itu, para pedagang dari Gujarat (India) telah menjalinhubungan dagang dengan Malaka dan beberapa KepulauanIndonesia. Berdasarkan kenyataan itu, dapat diperkirakan
bahwa pengaruh Islam telah masuk ke Indonesia lebih awaldari pada yang diduga banyak orang. Setidak-tidaknya, orangorangGujarat lebih awal menerima pengaruh Islam dan merekamembawanya ke Indonesia melalui kegiatan perdagangan.Beberapa bukti yang dapat dipergunakan untukmemastikan masuknya Islam di Indonesia adalah sebagai
berikut:
a. Surat Raja Sriwijaya
Salah satu bukti baru tentang masuknya Islam ke
Indonesia dikemukakan oleh Prof. Dr. Azyumardi Asra
dalam bukunya: ‘Jaringan Ulama Nusantara’. Dalam buku
itu, Azumardi menyebutkan bahwa Islam telah masuk ke
Indonesia pada masa kerajaan Sriwijaya. Hal ini dibuktikan
dengan adanya surat yang dikirim oleh Raja Sriwijaya
kepada Umar bin Khattab yang berisi ucapan selamat atas
terpilihnya Umar bin Khattab sebagai pemimpin Islam
menggantikan Abu Bakar.
b. Makam Fatimah binti Maimun
Berdasarkan hasil penelitian sejarah telah ditemukan
sebuah makam Islam di Leran, Gresik. Pada batu nisan
dari makam tersebut tertulis nama seorang wanita, yaitu
Fatimah binti Maimun dan angka tahun 1082. Artinya, dapat
dipastikan bahwa pada akhir abad XI Islam telah masuk
ke Indonesia.Dengan demikian, dapat diduga bahwa Islam
telah masuk dan berkembang di Indonesia sebelum tahun
c. Makam Sultan Malik Al-Saleh
Makam Sultan Malik Al-Saleh yangberangka tahun 1297 merupakan buktibahwa Islam telah masuk dan berkembangdi daerah Aceh pada abad XIII. MengingatMalik Al-Salaeh adalah seorang sultan, makadapat diperkirakan bahwa Islam telah masuk
ke daerah Aceh jauh sebelum Malik Al-Salehmendirikan Kesultanan Samudera Pasai.
d. Ceritera Marco PoloPada tahun 1092, Marco Polo seorang musafir dari
Venesia (Italia) singgah di Perlak dan beberap tempatdi Aceh bagian Utara. Marco Polo sedang melakukanperjalanan dari Venetia ke negeri Cina. Ia menceritakan
bahwa pada abad XI, Islam telah berkembang di Sumaterabagian Utara. Ia juga menceriterakan bahwa Islam telahberkembang sangat pesat di Jawa.e. Ceritera Ibn Battuta
Pada tahun 1345, Ibn Battuta mengunjungi SamuderaPasai. Ia menceriterakan bahwa Sultan Samudera Pasaisangat baik terhadap ulama dan rakyatnya. Di samping
itu, ia menceriterakan bahwa Samudera Pasai merupakankesultanan dagang yang sangat maju. Di sana, Ibn Battutabertemu dengan para pedagang dari India, Cina, dan para
pedagang dari Jawa.
Gambar 12.4
Makam Sultan
Malik Al-Saleh
Makam Sultan
Malik Al-Saleh
me-rupakan
salah satu
peninggalan
Islam tertua di
Kepulauan Nusantara.
Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia 239
f. Pendapat lain
Beberapa waktu terakhir ini berkembang pendapat baru
bahwa Islam sebenarnya telah datang dan berkembang di
kawasan Nusantara pada abad VII-VIII atau abad I tahun
hijrah. Pendapat ini didasarkan pada kenyataan bahwa
masyarakat Indonesia telah menjalin hubungan dagang
dengan bangsa-bangsa India, Cina, dan Arab (khususnya
Persia). Bahkan kalau ditelusur pada awal abad Masehi
orang-orang Yunani telah mengenal Nusantara. Tercatat
dalam peta yang disusun oleh Ptolomeus, nama-nama
seperti Tabih, Argue, Posi Lam Wuli, Rommi, Lameri.
2. Peranan Pedagang
Pedagang adalah seseorang yang pekerjaannya melakukan
jual beli barang. Sedangkan perdagangan adalah sebuah
transaksi (kesepakatan) antara penjual dan pembeli untuk
saling menukarkan barang atau benda yang mereka miliki.
Alat pembayaran yang sah dalam transaksi perdagangan
adalah uang. Namun, pada waktu itu masyarakat belum
mengenal atau mencetak uang sebagai alat pembayaran. Oleh
karena itu, perdagangan masih dilakukan secara ‘barter’, yaitu
perdagangan yang dilakukan dengan cara menukar barang
tertentu dengan barang yang lain. Misalnya, para pedagang
Indonesia membawa hasil pertanian (beras, rempah-rempah,
atau yang lain) bertemua dengan pedagang dari luar yang
membawa barang-barang dagangan (seperti kain, sutera,
keramik, perhiasan, dan sebagainya). Setelah bertemu, mereka
mengadakan transaksi untuk saling menukarkan barangbarangnya
sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Pada waktu itu, pertemuan antar pedagang bukan pekerjaan
yang mudah karena berbagai faktor, seperti: (1) belum adanya
tempat transaksi yang tetap; (2) keadaan geografis yang masih
sulit dijangkau oleh pedagang dari daerah lain; (3) hubungan
antar daerah (kota) yang satu dengan daerah (kota) yang lain
masih sulit; (4) terbatasnya sarana transportasi, terutama
transportasi darat. Oleh karena itu, satu-satunya hubungan
antara para pedagang yang paling mudah adalah melalui jalurlaut.
Kegiatan perlayaran dan perdagangan antara kawasan
Asia Barat dan Asia Timur melalui Selat Malaka telah
berlangsung cukup lama. Malaka menjadi pusat perdagangan
dan persinggahan para pedagang dari Cina, India, Persia, dan
para pedagang dari Kepulauan Indonesia. Pertemuan mereka
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
240
memberikan pengaruh satu sama lainnya, baik dalam bidang
budaya maupun agama.
Orang-orang Persia yang datang kemudian membawa
budaya dan agama Islam. Para pedagang Indonesia pun
mendapat kesempatan untuk belajar agama Islam dari para
pedagang Persia atau pedagang India yang telah memeluk
agama Islam. Bahkan, ketika para pedagang Indonesia pergi
ke Persia selalu memanfaatkan waktu untuk belajar agama.
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia mulai memeluk agama
Islam. Bahkan, kota-kota bandar seperti Pasai, Samudera,
Perlak, Gresik, Tuban, Demak, Cirebon, Banten telah menjadi
bandar-bandar yang dikuasai oleh orang-orang Islam. Tidak
lama sesudah itu, muncullah kesultanan-kesultanan Islam di
berbagai wilayah Indonesia.
Perdagangan di Kepulauan Nusantara tidak hanya terjadi
di wilayah Indonesia bagian Barat saja, tetapi telah berkembang
sampai ke wilayah Indinesia bagian Timur. Para pedagang dari
pulau Jawa membawa beras ke Kepulauan Maluku dan sebelum
pulang mereka membeli rempah-rempah untuk dijual kepada
para pedagang dari India, Persia, dan Arab. Dengan demikian,
pengaruh Islam tidak hanya terbatas di pulau Sumatera dan
Jawa, tetapi sampai di Kepulauan Maluku. Oleh karena itu,
tidak mengherankan apabila dalam perkembangannya muncul
kesultanan Islam di Kepulauan Maluku, seperti Kesultanan
Ternate dan Kesultanan Tidore.
Melalui hubungan dagang itulah, para pedagang saling
mengenal dan memperkenalkan adat istiadat, budaya, dan
agamanya. Para pedagang muslim, di samping berdagang,
mereka juga diwajibkan melakukan siar agama atau
menyebarluaskan agamanya kepada orang lain. Meskipun
Gambar 12.5
Jalur Perdagangan dan
Persebaran Islam di Kepulauan
Indonesia
Bab XI Perkembangan Masyarakat Pada Masa Islam di Indonesia 241
demikian, yang aktif dalam menyebarkan agama Islam bukan
hanya para pedagang muslim yang berasal dari Arab, Persia,
maupun Gujarat. Para pedagang Indonesia pun sangat aktif
untuk belajar agama Islam sehingga mampu mengajarkan agama
Islam kepada sanak keluarga dan tetangga-tetangganya.
Di samping melalui jalur perdagangan, penyebaran Islam
juga dilakukan melalui jalur perkawinan. Para pedagang
muslim menikah dengan penduduk Indonesia. Setelah
menikah, kemudian mereka ikut memeluk agama Islam.
Bahkan, keluarga mereka akhirnya memeluk agama Islam.
3. Peranan Bandar-bandar Pelabuhan
Sebagaimana dikatakan di atas bahwa salah satu
penghambat pelaksanaan hubungan perdagangan adalah tidak
adanya tempat transaksi yang tetap. Oleh karena itu, salah satu
usaha yang dilakukan oleh para pedagang adalah membangun
kota pelabuhan. Biasanya, kota pelabuhan yang terletak pada
jalur perdagangan yang strategis dapat berkembang dengan
pesat dan cepat. Dengan demikian, pembangunan kota
pelabuhan merupakan salah satu persyaratan yang penting
bagi perkembangan perdagangan di kepulauan Indonesia.
Dalam perkembangannya, kota pelabuhan memegang
peranan penting penyebaran Islam di kepulauan Indonesia.
Kota pelabuhan merupakan tempat bertemunya para
pedagang. Mereka kadang-kadang harus menginap, apabila
barang dagangannya belum laku seluruhnya. Pada waktu
bermalam, banyak kegiatan yang dilakukan para pedagang
muslim, terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan ajaran
Islam. Misalnya, melaksanakan sholat dan membaca kitab suci
Al-Qur’an (mengaji). Kegiatan pedagang muslim kemudian
ditiru oleh para pedagang Indonesia. Bahkan, tidak sedikit
di antara pedagang Indonesia yang sengaja belajar agama
Islam.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka tidak berlebihan
apabila kota pelabuhan sebagai kota dagang dan jalur
pelayaran memiliki peranan yang strategis dan penting bagi
proses masuknya Islam ke Indonesia. Beberapa fungsi kota
pelabuhan adalah sebagai berikut:
1. Sebagai tempat berlabuh kapal-kapal dagang, baik
untuk memuat dan/atau membongkar barang-barang
dagangannya.
Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas VII
242
2. Sebagai tempat traksaksi perdagangan (jual beli barangbarang).
3. Sebagai tempat persinggahan dan/atau istirahat para
pedagang.
4. Sebagai tempat tinggal para pengusaha kapal dan para
pedagang.
Pada umunya, bandar-bandar tersebut kemudian
berkembang menjadi pusat pemerintahan. Misalnya, Samudra
Pasai, Perlak, Palembang, Banten, Sunda Kelapa, Cirebon,
Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Banjarmasin, Gowa, Ternate,
dan Tidore.
4. Proses Penyebaran Islam di Indonesia
Secara umum dapat dikatakan bahwa proses penyebaran
Islam di Indonesia berlangsung secara damai. Hal itu
sangat berbeda dengan proses penyebaran Islam ke Eropa
yang berlangsung melalui jalur peperangan. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi penyebaran Islam di Indonesia
berlangsung secara damai, di antaranya;
Gambar
Klangkong.
BalasHapus